Bismillah...
Gak terasa hari selasa esok insya Allah aku akan mengukir prasasti sejarah dalam kehidupanku, berjuang dengan 5 professor penguji dengan penguasaan bahasa asing yang seadanya. Semoga Allah senantiasa menjagaku dari sifat lupa dan takut (Amin). Jadi insya Allah tinggal menghitung hari dan menghitung minggu insya Allah ijazah master sudah ditangan. Promisse, sama Ibu dan bapak kalo pulang mau bawa ijazah insya Allah akan segera tertunaikan.
Berat hati, meninggalkan Beijing dengan segala keindahanya dan kenyamanannya. Tak sanggup ya Rabb jika aku harus meninggalkan belahan jiwaku disini. Aku dan dia sudah layaknya 1 raga dan 1 nyawa, tak bisa dipisahkan. Dia selalu memanjakanku, bahkan dalam segala khilafkupun dia tetap memanjakanku. Apa jadinya jika aku harus jauh darinya? mungkin bisa tak sadarkan diri atau bisa jadi kehilangan akal sehat. Apa kurangnya dia? banyak...!! tapi apa lebihnya dia?? sangat banyak...!! kekuranganya mampu menyempurnakan hidupku, kelebihanya mampu membuatku sangat sangat sempurna.
Tak sanggup, jika aku harus berjauhan darinya. 2 jam saja ditinggal kelas, aku sudah pusing karena kangen yang melanda. Apalagi untuk 1 tahun tanpa dia? Aku itu manja, sangat manja bahkan over manja ke dia. Dan dia sangat sangat memanjakanku, aku benar2 dijadikanya ratu. Tak pernah dia memerintahku untuk sesuatu yang berat, bahkan akunya saja yang kadang tak mau. Tapi dia tetap memanjakanku.
Jadi, insya Allah aku akan ambil sekolah bahasa disini 1 tahun, dengan biaya full support darinya. Siapa lagi?? memang ga murah, tapi ya dia sangat memanjakanku, dan ingin selalu melihatku bahagia. Kemarin segala cara loby2 sudah diusahakan agar mendapat keringanan biaya pendidikan sekolah bahasa, tapi mungkin belum jalan-Nya dan belum rejeki buatku, namun cara lain akan segera direalisasikan insya Allah after finish thesis. Pengajuan lamaran jadi staff pengajar bahasa indonesia sudah dilakukan, tapi belum ada respon. Pengajuan beasiswa tunjangan biaya hidup ke dikti sudah diajukan, dan insya Allah ini yang sementara ini masih berpeluang. Insya Allah mau nyambi menjahit kerudung buat dijual diemperan masjid saat hari jum'at dan meloby mini market di masjid agar mau ikutan jual kerudung, gamis dan rukuh yang insya Allah bisa pre-order sekalian cari tahu jualan online taobao.
Beasiswa S3 ku gagal, bukan karena aku ga kualified tapi karena ada aturan baru dari pemerintah china yang dimana harus ada gap 1 tahun antara jenjang master dan doctor bagi penerima beasiswa dari pemerintah china, dimana keputusan itu baru diberitahukan pihak kampus setelah semua aplikasi beasiswa sudah closed. Awalnya kecewa, tapi life must go on, dan anggap saja belum rejekiku, dan insya Allah jalan menuju doctoral degree masih terbuka sangat lebar, selagi nyawa masih dikandung badan dan keinginan masih membara dalam dada. Doa doa yang terpanjat tak akan sia sia, karena Allah maha mendengar dan maha mengabulkan.
Cuti suamiku ternyata bersyarat, dimana syarat itu nyaris memupuskan semua cita2nya. Mungkin kami berada pada titik nadir dan diambang dilema perpisahan jarak indonesia-china. Tapi sekali lagi, insya Allah kami akan lalui semua itu dengan lapang dada dan ceria. Masih ada banyak jalan, pengajuan jadi tenaga pengajar bahasa inggris untuk anak2 di TK2 embassy masih belum dilakoni. Jualan kerudung juga belum dilakoni, jadi tak akan kami menjudge bahwa rejeki bukan buat kami, karena masih dalam salah kami, rejeki itu belum kami jemput. Insya Allah akan selalu ada jalan bagi orang yang bersungguh2.
Adapun aku, masih ingin sekali belajar di bangku kuliah,mungkin jika aku tak dapat kerjaan di kantor, aku mau jadi IRT yang selalu sekolah dan sekolah saja, mengulang2 S2 di bidang yang aku sukai cari beasiswa sana sini.
Life is not only about money, yang jelas kami tak terlalu ambil pusing tentang masalah uang. Karena uang itu milik Allah. Dan sekaranglah saatnya kami berdua harus struggle, mimpi2ku yang diambang pupus begitu juga dengan mimpi2nya. Tapi, kami akan selalu bergandengan tangan untuk mewujudkan mimpi2 kami, untuk keluarga kecil kami dan keluarga besar kami demikian pula untuk bangsa kami.
Saturday, May 31, 2014
Wednesday, May 14, 2014
Bicara tentang rumah idaman, maunya yang kecil dan cukup untuk aku dan suamiku berserta 5 orang anak kita kelak ?? whahahah udah maen 5 aja. Iya manusia kan hanya merencanakan, the rest is up to Allah. Kaya aku nih udah berencana mau lanjut S3 di KAUST eh ga keterima, coba daftar di Tsinghua eh masih ga keterima juga, berati memang belum rejeki dan mungkin kualitas otak ku belum bisa disamakan dengan orang2 jenius di KAUST dan Tshinghua. Ya sudah, mungkin memang lebih baik duduk manis didepan mesin jahit, menjahit baju2 buat keluarga dan berekperimen dengan bahan2 makanan di dapur setiap hari. hahahahha..... love it love it love it.... ^_^
Menuntut ilmu di meja belajar kampus hanya untuk mencari ijazah, tapi ilmu yang sebenranya harus diaplikasikan seorang ibu itu bukan melulu hitung2an matematika atau bahasa inggris saja (curhat patah hati). Yasuhdalah hitung2 menghibur diri habis ditolak lamaran S3 berkali kali. Eiiiitttzzz....rasanya belum afdol dan belum khalas kalo daftar sekolah tanpa ditolak tolak, Ya Ilahi robbi, tunjukan jalanMu...Amin.
5 orang anak?? hahahh yeayyyy mungkin rame kali yah, pastinya seneng dan bahagia. Berasa pagi2 kalo bapaknya mau berangkat kantor dan mamahnya (ngantor ga yaaaa) hahahh pasti super ribut deh ada yang minta makan, ada yang minta dimandiin, ada yang minta mainan, ada yang minta digantiin popok bahkan ada yang puup, ada yang minta duit ada yang bla bla bla pokoknya seneng dan semua itu tak bisa diungkapkan dengan kata2. Yang penting apapun itu, mau jadi ibu dirumah saja atau mau berkarier, pendidikan harus tinggi !!! titik !!! harga mati !!!
Bukan maksud apa tapi memang ibu itu harus pintar dan berwawasan. Kembali ke rumah idaman, maunya yang kecil biar ga repot bersih2 tiap hari, secara aku ga suka banget lihat rumah kotor dan bawaanya emosi deh kalo sudah sampe debu2 beterbangan itu memancing alergi kulit jadi kambuh, huahahahha....yang kecil dan penuh dengan canda tawa anak2 dan suamiku, yang jelas dapurnya harus oke, karena hobby yang satu ini ga pandang bulu, biar ga enak pun tetep maunya masak dan masak aja. Terus ruangan menjahit yang eksklusif, karena kalo sudah berurusan dengan mesin jahit rasanya nih pantat ga mau geser barang sedikit aja dari kursi depan mesin jahit.
Ya ampyun buuu, lulusan S3 mau dirumah aja gitu?? buat apa ijazahnya?? ya buat dipajang di CV donk, hahahha.... biar anak2ku juga terinspirasi sama ibunya donk "enak aja ibuku yang dirumah aja ijazahnya sampe S3, aku yang anaknya yang berprestasi harus lebih donk" whahhaha.... gak lah, yang jelas biar dirumah ilmu itu juga harus ditularkan, pada siapa? pada ummat donk, apa gunanya ilmu tinggi tapi mati cuma di otak kita sendiri saja? bukankah lingkungan sekiar membutuhkan gebrakan dari kita untuk lebih maju? yah itung2 ada sedikit pengalaman memasak masakan china dan bisa ditularkan ke ibu2 PKK sekitar rumah nantinya. Hitung2 ada pengetahuan agama untuk survive di negeri non muslim yang bisa ditularkan di majelsi taklim nantinya. Hitung2 ada sedikit pengalaman mencicipi bangku kuliah di negeri orang yang bsia di share sama 5 anak nantinya. Whahahah...."fa bi ayyi alla i robbikumma tukadziban"
Yang jelas, penolakan demi penolakan S3 di universitas2 ternama yang aku lamar kali ini tak akan membuatku surut untuk melanjutkan jenjang S3. Maju terus pantang mundur !!!! *cium pipi suami*-gak nyambung***
Subscribe to:
Posts (Atom)