Friday, June 13, 2014

Saling percaya

Bismillah...

Alhamdulillah minggu ini sudah bebas dari tugas kampus, tinggal mengurusi form of leaving dan menentukan mau ambil sekolah bahasa dimana. Sekalian ingin sekali berbagi cerita, hehe... tentang kami (Rumah tangga kami) yang Alhamdulillah masih sangat bahagia dan semoga sampai akhir hayat akan tetap demikian. Amin.

Sebenarnya Alasan aku sendiri tak mau pulang ke Indonesia selepas S2 bukan karena tidak percaya sama suamiku disini atau sebaliknya, tetapi lebih tepatnya aku masih ingin belajar, rasanya memang berat melepas status sebagai mahasiswi. Well, bagi kami kepercayaan atau saling percaya itu number 1, lah buat apa kita mengikat janji jika nyatanya kita tidak saling percaya?

Saya tidak pernah marah jika suami saya chatting dengan teman wanitanya dan begitu pula dia pada saya. Mungkin sedikit rasa cemburu itu ada dan wajar, karena kita memang saling mencintai, tapi rasa cemburu kita tidaklah sampai menjadikan masing2 pihak terugikan. Rasa cemburu itu tidak sampai membuat saya melarang dia berteman dengan teman wanitanya dan begitu pua sebaliknya dia. Karena kami saling mempercayai. Kami menikah dan kami bebas berteman dengan teman kami masing2 asal masih dalam batasan wajar. Guys, menikah itu jangan sampai membatasi pergaulan kita. Itulah pernikahan yang sehat menurut kami. Malah diharapkan dengan pernikahan itu kita bisa mempunya banyak teman, saya misalnya, malah bisa punyai banyak teman dari ibu2 dan cewe2 PLN atau cewe2 teman suami saya, begitu pula sebaliknya dengan suami saya. Dan kami merasa sangat bahagia dengan itu.

Jaman jahiliyah pun saya pernah punya pacar dan Alhamdulillah suami saya tak marah dengan kondisi saya yang berteman denganya, karena kami sendiri sudah berprinsip, cemburu itu boleh dan wajar asal jangan berlebihan, bukankah Allah tidak menyukai sesuatu yang berlebihan? Suami saya pun pernah suka sama teman wanitanya dulu walaupun tak sampai berpacaran tetapi its ok for me, jikalau dia masih berteman baik dengan teman wanita tersebut, saya akan menerima dengan senang hati dan malah bisa nambah silaturahmi. Bukan berarti dia sudah tak berteman baik, tapi memang kondisinya sudah beda dan hampir sudah lost contact.

Well, menikah itu menyatukan antara dua insan dalam segala hal. Diantaranya pertemanan, saya senang saya bisa punya banyak teman dan bisa silaturahmi dengan teman2 suami saya baik itu yang laki2 atau perempuan, begitu juga sebaliknya suami saya. Kita sudah tau batasan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh karena kita bukan anak kecil lagi. Saya mencintai dia dan dia juga mencintai saya, kami bukanlah tipe orang yang berperan layaknya polisi bagi pasangan kami. Justru menurut saya orang yang rasa cemburunya berlebihan itu tergolong masih sangat kenakan-kanakan atau dibilang alay. Yah gimana enggak? misal mau ketemu sama si ini si itu lapor, mau ini mau itu lapor, ketemu mantan pacar di FB aja dicemberutin berbulan bulan, Hey, dude loe itu udah alih fungsi jadi polisi ya? cemuburu ya oke tapi ala kadarnya donk...paling geli saya lihat aksi dan tingkah laku beberapa teman saya (maaf) yang sangat super duper over protect pada pasanganya masing2, bukan bermaksud apa, tapi layaknya hidup si suami itu cuma untuk dia aja apa? atau hidup si istri itu cukup untuk dia aja apa? Astaghfirullohaladzim

Justru keadaan demikian membuat kita hidup jadi gak nyaman dan gak tenang, apa2 takut, iya saking cintanya tapi ga over gitu juga kaleeee, kami memang bukan pasangan ideal, tapi kami akan menjadikan diri kami masing2 menjadi seideal mungkin. Semoga kita tetap bisa saling percaya dan menghargai kepercayaan pasangan kita masing2.

No comments:

Post a Comment