Monday, September 29, 2014

Fabiayyialaa i robbikummatukadzibaan

Subhanallah, Allohuakbar, Sekarang memasuki ulang tahun pernikahan yang pertama arah kehidupan semakin terlihat walaupun samar. Rejeki pun datang dengan kuasa Allah, seneng banget dan surprise ulang tahun pernikahan dapat kado yang tak terduga dari ibu. Kata ibu ini kado rombongan, yang wisudaan S2, yang ulang tahun ke 23, yang ulang tahun nikahan ke 1 dan sederet doa terpajat dari surat ibu dalam bungkusan itu. Huhuhu langsung nangis deh... Ibu memang ga bisa kasih surprize party tapi over all, walaupun surprizenya diwakilkan tapi aku tetep super bahagia, bukan kadonya bukan nilainya, kalau mau dibilang mungkin nilainya terbilang sangat woow memasuki angka 2 digit didepan tapi arti perhatian yang berlimpah itu yang sangat wonderfull, Ibu sudah mempersiapkannya jauh jauh hari sebelum aku pulang dan 3 hari sebelum aku balik ke beijing ibu memberikan mandat pada mba tarti buat bikin surprize party. Surptize party dari Suami juga ada, aah dia juga ga mau kalah...ya seperti yang ku minta insya Allah bisa buat nabung. Alhamdulillah rejeki sedang membenjiri kami, tapi kamipun tak mau kufur nikmat. Alhamdulillah Bapak sama Ibu membuatkan rumah untuk kami, biar di kampung tapi kami tetap sangat berterimakasih.
Sekarang hidupku serasa lengkap. Amanah dan keinginan orang tua agar aku cepat menyelesaikan S2 ku terbayar sudah. Dan sekarang aku ingin rehat barang sejenak, aku mengikuti suamiku di Beijing, dan untuk mereduksi biaya sewa rumah, akhirnya aku ambil kuliah bahasa mandarin di kampus agar aku diijinkan tinggal di kamar yang dulu berdua dengan suami dengan membayar separuh harga. Memang kuliah bahasa disini harganya fantastis, tapi suamiku bilang "uang itu bisa dicari, tapi momen kebersamaan itu sangat jarang" jadi ya walaupun baru datang di beijing kami sudah di todong hampir 20juta untuk bayar uang sekolah dan uang asrama, kami tetap bersyukur karena Allah masih memberikan kami rejeki untuk makan dan minum, Allah masih memberikan aku kesehatan untuk ke kelas tiap pagi sampai sore, Allah masih memberikan suamiku kesehatan untuk membantuku menyelesaikan pekerjaan rumah yang tercecer dan sebagainya. Walaupun berat setiap pagi sampai sore di kelas dan malam juga harus mereview banyak pelajaran tapi aku sangat menikmatinya. Alhamdulillah setidaknya beban dan janjiku pada bapak ibu sudah terbayarkan. Walaupun jika aku menunda kelulusan (karena beasiswaku 3 tahun) 1 tahun aku bisa sekolah bahasa dengan biaya yang jauh lebih murah, aku bisa dapat asrama gratis dan tentunya uang bulanan dari kampus. Tapi bukankah rejeki sudah dibagi-bagikan secara adil oleh Allah? Awalnya aku yakin karena ada iming-imingan beasiswa dari pemerintah indonesia, kemudian mengajar bahasa indonesia untuk foreigner dan mengajar agama islam untuk anak2 kecil di sini. Dan walaupun nyatanya sampai sekarang beasiswa dari pemerintah indonesia masih tercegat, tawaran mengajar baha indonsia masih belum jelas dan rutinitas mengajar agama islam masih belum dimulai aku masih sangat bersyukur karena Allah memberikanku ketrampilan memasak dan menjahit, tak disangka pula kemarin ada yang pesan masakanku untuk acara pengajian mahasiswa, Alhamdulillah, sedikit itupun rejeki aku masih sangat bersyukur. Berdua dengan suamiku disini dalam keadaan sehat saja aku sudah sangat bahagia. 
Aku ingin memanfaatkan momen berdua disini atau bahkan nanti bisa bertiga saat kami kembali ke tanah air? what a happy I am. Momen ini akan sangat jarang aku temui saat mungkin aku sudah bekerja atau suamiku sudah mulai bekerja.

Sebenarnya kemarin sebelum pulang aku sempat ragu, karena tawaran CPNS di FT Unsoed sangat menggiurkan. Bekerja disana, selain lebih dekat dengan ibu dan bapak yang insya Allah akan aku rawat hari tuanya juga lebih terasa nuansa Desa-nya. Kemudian tawaran dari sekolah tinggi telkom (dulu AKATEL) juga sudah cukup membuat aku ingin membatalkan tiket terbang ke Beijing. Namun aku bukan type orang yang kacang lupa kulitnya, aku masih harus berbakti pada almamaterku, UGM yang membawaku go international. Walaupun sampai saat ini belum ada tindak lanjut dari pihak sana namun aku ingin menungguinya selama 1 tahun, jika dalam kurun waktu itu tetap tidak ada tindak lanjut, mungkin langkah kedepan harus segera ditentukan. Mengingat usiaku yang semakin bertambah, kebutuhan hidup yang harus segera dicukupi, dan lain sebagainya.

Sebenarnya aku sangat menikmati aktivitasku ini, mungkin aku tipe orang rumahan yang sangat suka memasak, menjahit dan segala yang berkaitan dengan rumah. Namun aku juga tak bisa dipisahkan dari kehidupan kampus dan sekolah, karena dari dulu dari dikandung aku sudah merasakan atmosfir sekolah yang ibuku seorang guru. Jadi rasanya memang berat untuk keluar dari lingkup sekolahan, so bekerja di sekolahan adalah pilihan yang smart versiku dan suamiku.

Dikelas bahasa aku punya dua orang teman yang bernasib sama, mereka dari Iran memang beda keyakinan akidah tapi whateverlah bagiku agamaku dan bagimu agamamu. Mereka mengikuti suami mereka yang sekolah S2 dan S3 dan merekapun tinggal dikampus. Bedanya aku tinggal di asrama yang super murah sedangkan mereka di asrama no 1, anyway masalah keuangan adalah faktor utama mereka. Namun mereka mengaku mereka sangat bahagia berada disini, aahhhh.... aku juga. Bila boleh memilih dan aku punya seorang adik yang akan merawat bapak ibu dirumah, Aku akan menyuruh suamiku bekerja dari satu negara ke negara lain saja dan aku akan mengikutinya untuk belajar bahasa dan kebudayaan, membesarkan anak-anak dan memasakn untuk mereka. Namun bagaimanapun kesempatan 1 tahun yang entah akan datang 2 kali atau tidak ini akan aku manfaatkan dengan baik. Apapun itu berada didekat suami adalah surga bagiku disini.   





No comments:

Post a Comment