Saturday, May 28, 2016

Kehamilan yang penuh kenangan (Part 1)

Tgl  11 september 2014 menjadi awal yg sangat mencenangkan bagiku dan suamiku. Setelah hampir setahun menunda si buah hati. Akhirnya, Alhamdulillah Allah menitipkan janin di rahimku. Hampir setiap hari terhitung sejak aku telat datang bulan, suamiku memintaku utk mengecek dengan alat periksa kehamilan. Ada 2 jenis yang kita beli, dari jenis pertama menyatakan selalu negatif, kemudian jenis kedua menyatakan positif. Tanpa ragu2, aku segera mengontak seorang kawan yang pernah melahirkan di beijing, kawanku menyarankan untuk periksa di Rumah sakit Haidian Mom and Baby (北京市海淀妇幼保及院).

Setelah kandungan mencapai kurang lebih 2 bulan, dengan kemampuan bahasa china yang masih terbatas, kami menanyakan prosedur periksa kandungan dan melahirkan disana, kemudian kami membuat kartu rumah sakit. Teman kami menyarankan kami untuk periksa kandungan dibawah penanganan dokter expert bernama Jia Hong Mei, kemudian kami meminta mba hafna untuk menyelidiki seluk beluk dokter ini. Ternyata benar rate untuk dokter ini sangat tinggi, semua testi moni menyatakan puas atas pelayanan yang diberikan dokter ini beserta staffnya. Akhirnya tanpa ragu suamiku datang pagi buta , sebelum subuh (waktu itu musim dingin subuh baru mulai jam 06:00 pagi) suamiku datang jam 05:30 dari asrama kami. Namun sayang hari itu belum menjadi rejeki bagi kami untuk bertemu dengan dokter Jia, semua nomor antrian yang bisa diambil di mesin otomatis selalu habis, karena saking larisnya ini dokter.

Jadwal praktek selanjutnya suamiku datang lebih pagi, jam 04:30 sudah meluncur dari asrama menuju rumah sakit. Namun sayang juga nomor antrian masih tersisa, namun tak tahu kenapa tidak bisa daftar di nomor antrian dokter Jia. Akhirnya siang hari kami menanyakan pada bagian informasi, mereka mengatakan bahwa setelah usia kandungan lebih dari 4 bulan, otomatis kartu ku bisa untuk daftar di antrian dokter expert, termasuk salah satunya dokter Jia. Namun sekarang belum bisa. Jadi kami putuskan pada hari berikutnya untuk bertemu dengan dokter biasa dengan mengajak seorang penerjemah-kawan kami yang kebetulan belajar dibidang kedokteran (Mba Hafna).

Pada cek kandungan yang pertama itu, aku berada di department kewanitaan, kemudian ditransfer utk USG, ternyata benar aku tengah hamil sekitar 9 minggu lebih 10 hari. Dokter bagian kewanitaan menyarankan aku untuk membuat jadwal periksa rutin. Namun dengan beberapa pertimbangan kami menolaknya, karena kami belum tahu apakah akan melahirkan di beijing atau di indonesia. Akhirnya kami hanya disarankan untuk minum vitamin dan apabila ada keluhan segera datang ke rumah sakit tersebut.

Hari-hari aku lalui dengan gembira, walaupun kandungan di trimester pertama sangat rentan dan badan luar biasa capeknya karena perubahan hormonal, namun aku tetap pada aktivitasku. Pagi dari jam 08:00-12:00 berangkat ke kelas chinese dengan mengendarai sepeda kuning yang dibelikan suamiku khusus untuk aku bawa ke kelas. Siang aku dan suamiku makan di kantin muslim kemudian selepas sholat duhur aku istirahat-tidur siang sampe ashar. Kemudian malam aku belajar. Suamiku pun tidak kurang sedikitpun perhatiannya, dia memasakkan aku makanan yang aku sukai, karena memang aku tak enak makan saat itu. Makan pagi biasanya hanya jagung manis rebus dan telur rebus yang aku bungkus, kemudian aku makan saat pelajaran dikelas. Selebihnya hanya minum teh susu atau milo hangat yang dicampur dengan jahe untuk mengurangi rasa mual, kemudian biscuit dan yoghurt. Untuk buah aku hanya makan mangga yang sulit didapat dan kalaupun ada harganya sangat fantastis. Semeter 1 kelas bahasa bisa dilalui dengan mulus, bahkan nilai yang dihasilkanpun luar biasa, aku bisa menduduki peringkat pertama dikelas, namun itu bukan yang utama. Yang utama adalah ilmu yang aku dapat. Bahkan saat liburan semester 1 (liburan winter) aku masih bisa jalan-jalan ke Xi'an dengan menggunakan kereta sekitar 25jam dari Beijing. Aku masih kuat jalan mengelilingi museum terracotta dan keliling kota Xi'an tanpa masalah. Paling hanya kelelahan sebentar, selebihnya aku bisa melaluinya. Alhamdulilah.

Pada liburan winter ini pun aku dapat kepercayaan dari staff KBRI untuk mengajar anak-anak mereka mulai dari belajar mengaji dan ada yang memintaku mengajarkan bahasa indonesia. Alhamdulilah rejeki untuk bayiku memang tidak kemana.

Sudah hampir 2bulan aku tak mengunjungi rumah sakit untuk periksa kehamilan, karena aku kira, aku baik-baik saja, tidak ada masalah. Namun ibuku di seberang sana sangat khawatir akan kondisiku dan menyarankan aku untuk kerumah sakit. Akhirnya selepas liburan dari Xi'an kami beserta mba hafna kembali kerumah sakit tsb. Kami sangat kaget, karena dokter di departmen kewanitaan menolaku dengan alasan usia kandunganku yang sudah besar, kemudian kami minta utk ditransfer ke bagian gynecology, namun diapun menolak, kemudian kami mengajukan protes ke bagian urusan pasien, namun merekapun menolak dengan alasan kami adalah orang asing, dan level rumah sakit tsb belum cukup utk menangani orang asing. Padahal bulan ke 2 kandungan kamipun periksa disitu, kenapa sekarang mereka menolak kami? Aneh...

Akhirnya kami putuskan utk pindah rumah sakit. Kami pergi ke peking university third hospital yang kebetulan berada dibelakang kampus kami. Setelah dicari informasinya, kami membuat kartu rumah sakit dan mencari tahu beberapa dokter yang bisa berbahasa inggris. Hampir semua dokter disana bisa berbahasa inggris dengan baik. Mereka mempunyai 2x jadwal praktek setiap minggu. 1x untuk kelas ekonomi dengan tarif rendah, 1x untuk kelas VIP dengan tarif tinggi. Kami memutuskan untuk datang menemui dokter tsb dikelas ekonomi. Namun sayang dikelas ekonomi tsb terlalu banyak pasien, sehingga saat aku menemui dokter tsb, beliau keberatan untuk menerimaku sebagai pasienya dengan alasan beliau sedang menangani banyak pasien.

Kemudian hari itu setengah putus asa suamiku mengantarkanku ke sekolah dan dia kembali ke rumah sakit untuk mencari dokter yang lain. Qodarulloh, suamiku bertemu dengan seorang akhwat afrika yang sedang hamil, kemudian suamiku berdiskusi dengan suami akhwat tsb bagaimana cara mendapatkan persetujuan dari dokter tsb. Berdasarkan saran dari pasangan tsb, memang dibutuhkan beberapa kali utk bisa bertemu dan diterima menjadi pasien dokter tsb. Sembari menunggu praktek selanjutnya di Peking university third hospital, kami kembali berharap utk bisa bertemu dengan dokter Jia di Haidian fuyou. Hari selasa saat jadwal dokter Jia praktek, kami sembari seperti detektif ke haidian fuyou, mencari wajah2 mirip dokter Jia, kemudian ada seorang helper menanyakan apa yang sedang kita cari. Kamipun mengatakan bahwa kami mencari ruangan dokter Jia Hong Mei, kemudian helper yang baik tsb mengantarkan kami keruangan dokter Jia, namun sayang hari itu dokter Jia sedang cuti, hari selasa beliau baru akan buka praktek, kamipun menanyakan pada helper tsb, apkah dokter Jia pernah menerima pasien asing? helper tsb mengatakan bahwa dokter Jia adalah satu2nya dokter yang sering menangani pasien asing dirumah sakit ini, bahasa inggrisnya bagus dan kemampuannya tidak diragukan lagi, helper tsb menyarankan kami utk datang lagi di jadwal prktek selanjutnya.

Pantang menyerah bagi kami demi menemukan dokter kandungan, Akhirnya hirnya kami putuskan pada hari selasa itu utk datang lebih pagi di praktek VIP dokter peking university, kami masih berharap dia mau menerima kami, kemudian jika memang sudah tidak mungkin maka kami akan menemui dokter jia atau dengan sangat terpaksa kami akan pulang ke indonesia atau pergi kerumah sakit internasional dengan tarif melahirkan selangit. Sama dengan kejadian sebelumnya, di praktek VIP itupun dokter tsb menolak permintaanku dan merekomendasikan utk menemui dokter lain diruang sebelah. Kemudian aku temui dokter diruang sebelah tsb, dokter tsb tidak menolaku namun dia menyarankan aku tuk datang di prakteknya minggu depan, namun belum pasti pula dia mau menerimaku sbg pasiennya. Rasanya sudah hampir putus asa, air mata sudah berurai, hati sudah sakit, nestapa sekali rasanya anaku ini. Suamikupun sudah stres melihat kondisiku, akhirnya kami putuskan hari itu juga kami ke dokter Jia untuk memohon dengan sangat, kami sudah tidak menghiraukan prosedur rumah sakit haidian fuyou, kami hanya ingin memohon dan memanggil hati nuraninya sebagai dokter. 

Hari itu, Selasa, suamiku mengayuh sepeda dengan laju kencang, aku duduk dibelakangnya, ke stasiun subway xitucheng-subway terdekat dengan peking university third hospital. Kami berlari untuk mengejar jadwal praktek dokter Jia. Sampai di haidian fuyou, aku temui ruangan dokter Jia sudah sepi, hanya ada asistenya,  seorang perawat yang ramah. Dia memberikan alamat kantor dokter Jia padaku, namun aku tak bisa mengingatnya kemudian dia menliskan di secarik kertas. Kami berlarian mencari alamat tsb, di lantai 4 department 6. Kami tanyakan bagian resepsionist, kemudian perawat disana mengatakan bahwa dokter jia sedang visit pasien, diruang depan resepsionis. Tak berapa lama seorang dokter perawakan tinggi semampai bak model, berwajah cantik jelita dengan rambut setengah pirang keluar dan menanyakan "ada yang mencariku?" kemudian aku memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa inggris, dan memang benar bahasa inggris dokter ini memang sangat bagus. Beliau menyambutku dengan ramah dan memintaku utk menunggu, visit pasien selesai kemudian kami bisa berbincang di kantonrya.

Kamipun memeperkenalkan diri, maksud dan tujuan kami. Kami menceritakan kronologis dari awal sampai akhir. Dokter Jia meminta record kehamilanku , hasil USG dan sebagianya. kemudian beliau menelpon bagian perawat dan mengatakan bahwa beliau menginginkan pasien dari Indonesia dengan nama "Daixi" untuk menjadi pasiennya, nanti siang tolong siapkan berkas untuknya. Alhamdulillah, senang sekali rasa hati ini, rasanya ploooong, beribu ucapan terimakasih kami ucapkan pada Beliau, kami sangat bersyukur, dan kami menyadari Allah benar2 telah memilihkan dokter terbaik untuk kami dengan cara seperti ini, tapi kami tak pernah menyesalinya. Ini adalah proses bagi kami untuk belajar, belajar banyak hal from zero to be hero. Dokter Jia memintaku untuk bertemu dengan perawat di bagian kewanitaan dan menyerahkan berkas padanya, kemudian beliau juga memintaku untuk kembali setelah istirahat makan siang. Langsung kami pergi menemui perawat itu, tak disangka dia adalah perawat yang sempat aku temui minggu lalu saat aku ditolak dibagian kewanitaan. Namun dia menyarankan aku agar bertemu dengan kepala kantor urusan pasien, dia baik dan aku pun menangkap maksud baiknya, namun aku tahu, bahwa dia tak punya wewenang untuk menerimaku sebagai pasien dan aku memahaminya.

Setelah urusan adminiatrasi selesai, kamipun segera pergi ke masjid haidian untuk sholat duhur dan makan siang, rasa bahagia dan syukur terus menyelimuti kami. Kamipun tak mau mengecewakan dokter Jia, sehingga selepas makan siang kami langsung pergi ke ruangannya, disana sesi interview dilakukan, Beliau menanyakan tentang data diriku, riwayat sakit, kehamilan, dll dengan sangat teliti. Akupun menjawab dengan jujur dan apa adanya, kemudian dilanjutkan dengan tips2 menjaga kehamilan dan beberapa saran dari beliau yang sangat membantu. sekitar hampir 1,5 jam bersama beliau dan tak terasa waktu sudah agak sore, kamipun bergegas pamit dan dokter Jia meminta kami untuk kembali lagi esok hari untuk cek darah dan urine, kemudian beliau juga memintaku untuk kembali menemuinya 1 minggu kemudian untuk USG, USG ini bertujuan untuk mengecek kelengkapan organ bayi dan mengecek jenis kelaminnya. Disini yang unik, khusus untuk warga asli China, dokter dilarang memberi tahu jenis kelamin bayi pada pasien karena mayoritas masyarakat china menyukai anak laki2, jika yang dikandung adalah anak perempuan, maka mereka tidak segan2 untuk menggugurkan kandungan mereka, karena aborsi disini adalah legal, wajar dan normal. Namun dokter Jia berjanji akan memberi tahu jenis kelamin bayiku karena aku bukan orang China asli. Alhamdulilah, terimakasih ya Allah kau pertemukan aku dengan dokter terbaik yang pernah aku jumpai sekalipun di Indonesia.

Kamipun pulang ke asrama dengan perasaan lega dan haru, kami menyadari betapa sulit menjadi warga asing disini, kami menyadari betapa pelajaran ini sangat berharga, ujian ini sangat sulit bagi kami, tapi dibalik semua itu, nikmat Allah benar2 tiada henti. Ini adalah cara-Nya untuk mempertemukan aku dengan dokter Jia, dokter terbaik sepanjang masa. Alhamdulilah, semoga hidayah Allah senantiasa diberikan pada dokter Jia. Amiin.

Saturday, February 28, 2015

Curhatan untuk suamiku

Terimakasih untukmu yang dengan tanpa henti memahamiku
menerimaku apa adanya dan menyayangiku dengan sederhana...
Terimakasih untukmu yang dengan jerih payahmu, mengumpulkan segenap kekuatanmu, untuk membawaku selalu berada disampingmu...
Terimakasih untukmu yang telah menjadi selimut di musim dingin, angin segar di musim panas dan tiang yang tegar saat badai menerpa...

Kalau dulu impianku  sangat berlebihan akan sebuah cita-cita dan asa
mungkin sekarang impian terbesarku hanya satu, suamiku...
Ijinkan aku selalu berada disampingmu, merawatmu dan merawat anak-anak kita
melihat kalian tumbuh dengan   sehat, melihatmu tersenyum setiap saat dan menghapus peluh di dahimu...

Aku mencintaimu...



Saturday, January 24, 2015

这个学期玩了

Alhamdulilah alakulilhaal...semester ini telah berlalu. Banyak ujian dari Allah yang telah kita lewati bersama, Kelas bahasa china yang menyenangkan, lomba pidato bahasa china dapat juara 3 walopun masih level dasar, ujian2 menulis, mendengar, bicara dan sampai akhirnya aku dapet ranking 1 dikelas, Alhamdulillah...dapet hadiah pula dari sekolah...sungguh diluar dugaan dan Allah benar2 membalas apa yg telah diusahakan, berlelah2 tiap hari sampe pegel ngehafal karakter china. Bangun pagi2 buat ke sekolah. Subhanallah...fyuuuhhh...ini adalah tahun yang berat, makanan khas China sudah terasa hambar, pertanda harus segera pulang ke pangkuan ibu pertiwi **Modus
Semester yang berat telah dilewati bertiga, Subhanallah fabiayyialairobbikummatukadzibaan...2012 datang sendiri, 2013 datang berdua dan insya Allah 2015 pulang bertiga, seneng seneng seneng...
Sekarang sudah memasuki trimester kedua, tiap bulan memang ada tantanganya. 2 bulan pertama tidak enak makan dan badan pegel2, bulan ke 3 badan super pegel sampe memar, stress tingkat akut, suka nangis sendiri, suka muntah. dan ini dibulan keempat rasanya sudah normal kembali hanya memang perut terasa begah. Tapi apapun itu jika teringat yg ada makhluk lucu didalem perut rasanya so excited, rasa sakit hilang, Lelah hilang ganti jadi seneng, bahagia yang tak terkira. Baik-baik diperut ummi ya sayang...muaaaach...
Kami ingin melahirkan dia di sini, sebagai kenang-kenangan bahwa kami berjuang bersama disini, memulai semua dari nol besar walaupun sampai sekarang kami belum punya apa2, tapi kami insya Allah akan punya dia-buah hati kami tercinta, harta kami yang paling berharga, aset kami di dunia dan di akhirat.
Rasanya sekarang feeling untuk belajar ke jenjang berikutnya sudah melemah mendekati titik nadir, walaupun banyak tawaran yang menggiurkan, tapi merawat si kecil sepertinya akan menjadi sesuatu yang sangat membahagiakan melebihi dapat beasiswa S3. Hehe...merawat dia aku akan menjadi madrasah, bukan jadi mahasiswi lagi. jadi nanti sajalah, biarkan dia sampai bisa berjalan setidaknya baru ummi-nya sekolah lagi insya Allah. Tantangannya akan semakin berat memang, tapi kami punya rencana yang sangat indah-jika Allah menghendaki, karena manusia hanya bisa berencana dan Allah yang akan menentukan. Karena sekarang aku bukan lagi single, tapi akan menjadi triple, so segala urusan harus melibatkan 2 makhluk tercinta yang melengkapi hidupku- suami dan anak, juga keempat orang tua yang insya Allah akan kami tanggung hari tuanya. Hidup memang semakin kompleks dan itu yang akan membuat kita semakin struggle- Insya Allah.
So, keeps everything in a good way...Bismillah... 

Monday, September 29, 2014

Fabiayyialaa i robbikummatukadzibaan

Subhanallah, Allohuakbar, Sekarang memasuki ulang tahun pernikahan yang pertama arah kehidupan semakin terlihat walaupun samar. Rejeki pun datang dengan kuasa Allah, seneng banget dan surprise ulang tahun pernikahan dapat kado yang tak terduga dari ibu. Kata ibu ini kado rombongan, yang wisudaan S2, yang ulang tahun ke 23, yang ulang tahun nikahan ke 1 dan sederet doa terpajat dari surat ibu dalam bungkusan itu. Huhuhu langsung nangis deh... Ibu memang ga bisa kasih surprize party tapi over all, walaupun surprizenya diwakilkan tapi aku tetep super bahagia, bukan kadonya bukan nilainya, kalau mau dibilang mungkin nilainya terbilang sangat woow memasuki angka 2 digit didepan tapi arti perhatian yang berlimpah itu yang sangat wonderfull, Ibu sudah mempersiapkannya jauh jauh hari sebelum aku pulang dan 3 hari sebelum aku balik ke beijing ibu memberikan mandat pada mba tarti buat bikin surprize party. Surptize party dari Suami juga ada, aah dia juga ga mau kalah...ya seperti yang ku minta insya Allah bisa buat nabung. Alhamdulillah rejeki sedang membenjiri kami, tapi kamipun tak mau kufur nikmat. Alhamdulillah Bapak sama Ibu membuatkan rumah untuk kami, biar di kampung tapi kami tetap sangat berterimakasih.
Sekarang hidupku serasa lengkap. Amanah dan keinginan orang tua agar aku cepat menyelesaikan S2 ku terbayar sudah. Dan sekarang aku ingin rehat barang sejenak, aku mengikuti suamiku di Beijing, dan untuk mereduksi biaya sewa rumah, akhirnya aku ambil kuliah bahasa mandarin di kampus agar aku diijinkan tinggal di kamar yang dulu berdua dengan suami dengan membayar separuh harga. Memang kuliah bahasa disini harganya fantastis, tapi suamiku bilang "uang itu bisa dicari, tapi momen kebersamaan itu sangat jarang" jadi ya walaupun baru datang di beijing kami sudah di todong hampir 20juta untuk bayar uang sekolah dan uang asrama, kami tetap bersyukur karena Allah masih memberikan kami rejeki untuk makan dan minum, Allah masih memberikan aku kesehatan untuk ke kelas tiap pagi sampai sore, Allah masih memberikan suamiku kesehatan untuk membantuku menyelesaikan pekerjaan rumah yang tercecer dan sebagainya. Walaupun berat setiap pagi sampai sore di kelas dan malam juga harus mereview banyak pelajaran tapi aku sangat menikmatinya. Alhamdulillah setidaknya beban dan janjiku pada bapak ibu sudah terbayarkan. Walaupun jika aku menunda kelulusan (karena beasiswaku 3 tahun) 1 tahun aku bisa sekolah bahasa dengan biaya yang jauh lebih murah, aku bisa dapat asrama gratis dan tentunya uang bulanan dari kampus. Tapi bukankah rejeki sudah dibagi-bagikan secara adil oleh Allah? Awalnya aku yakin karena ada iming-imingan beasiswa dari pemerintah indonesia, kemudian mengajar bahasa indonesia untuk foreigner dan mengajar agama islam untuk anak2 kecil di sini. Dan walaupun nyatanya sampai sekarang beasiswa dari pemerintah indonesia masih tercegat, tawaran mengajar baha indonsia masih belum jelas dan rutinitas mengajar agama islam masih belum dimulai aku masih sangat bersyukur karena Allah memberikanku ketrampilan memasak dan menjahit, tak disangka pula kemarin ada yang pesan masakanku untuk acara pengajian mahasiswa, Alhamdulillah, sedikit itupun rejeki aku masih sangat bersyukur. Berdua dengan suamiku disini dalam keadaan sehat saja aku sudah sangat bahagia. 
Aku ingin memanfaatkan momen berdua disini atau bahkan nanti bisa bertiga saat kami kembali ke tanah air? what a happy I am. Momen ini akan sangat jarang aku temui saat mungkin aku sudah bekerja atau suamiku sudah mulai bekerja.

Sebenarnya kemarin sebelum pulang aku sempat ragu, karena tawaran CPNS di FT Unsoed sangat menggiurkan. Bekerja disana, selain lebih dekat dengan ibu dan bapak yang insya Allah akan aku rawat hari tuanya juga lebih terasa nuansa Desa-nya. Kemudian tawaran dari sekolah tinggi telkom (dulu AKATEL) juga sudah cukup membuat aku ingin membatalkan tiket terbang ke Beijing. Namun aku bukan type orang yang kacang lupa kulitnya, aku masih harus berbakti pada almamaterku, UGM yang membawaku go international. Walaupun sampai saat ini belum ada tindak lanjut dari pihak sana namun aku ingin menungguinya selama 1 tahun, jika dalam kurun waktu itu tetap tidak ada tindak lanjut, mungkin langkah kedepan harus segera ditentukan. Mengingat usiaku yang semakin bertambah, kebutuhan hidup yang harus segera dicukupi, dan lain sebagainya.

Sebenarnya aku sangat menikmati aktivitasku ini, mungkin aku tipe orang rumahan yang sangat suka memasak, menjahit dan segala yang berkaitan dengan rumah. Namun aku juga tak bisa dipisahkan dari kehidupan kampus dan sekolah, karena dari dulu dari dikandung aku sudah merasakan atmosfir sekolah yang ibuku seorang guru. Jadi rasanya memang berat untuk keluar dari lingkup sekolahan, so bekerja di sekolahan adalah pilihan yang smart versiku dan suamiku.

Dikelas bahasa aku punya dua orang teman yang bernasib sama, mereka dari Iran memang beda keyakinan akidah tapi whateverlah bagiku agamaku dan bagimu agamamu. Mereka mengikuti suami mereka yang sekolah S2 dan S3 dan merekapun tinggal dikampus. Bedanya aku tinggal di asrama yang super murah sedangkan mereka di asrama no 1, anyway masalah keuangan adalah faktor utama mereka. Namun mereka mengaku mereka sangat bahagia berada disini, aahhhh.... aku juga. Bila boleh memilih dan aku punya seorang adik yang akan merawat bapak ibu dirumah, Aku akan menyuruh suamiku bekerja dari satu negara ke negara lain saja dan aku akan mengikutinya untuk belajar bahasa dan kebudayaan, membesarkan anak-anak dan memasakn untuk mereka. Namun bagaimanapun kesempatan 1 tahun yang entah akan datang 2 kali atau tidak ini akan aku manfaatkan dengan baik. Apapun itu berada didekat suami adalah surga bagiku disini.   





Thursday, June 19, 2014

Sakit gigi

Ceritanya hari senin kemarin aku masakin sambel teri buat suamiku. Karena sebentar lagi mau pulang kampung akhirnya kita memutuskan untuk tidak beli2 makanan tahan lama karena stok makanan kita yang bawa dari indonesia masih banyak di kulkas. Salah satunya ya ikan asin itu. Hehehe...ceritanya ikan asin disini super mahal dan ga terlalu enak, makanya segala jenis ikan2an kita bawa dri indonesia yang rasanya dijamin yahuuuddd...

Alhasil sambel teri dan ca kangkung kesukaan suami berhasil dimasak dengan rasa yang tidak terlalu mengecewakan. Karena udah santai dan ga dikejar2 thesis lagi, habis masak kayaknya asik nih kalo boci alias bobo ciang. Ga tahu ngimpi apa, bangun2 pas ashar dan udah laper bingiiiittt, yup pasokan ca kangkung dan sambel teri masih banyak dan siap dilahap. Tapi makanya juga ga banyak2 amat, krn janjian sama suami ntar habis sholat ashar mau sepedaan keliling kampus nyari resto halal di depan main building.

Pas makan kok kaya ada yang ganjal di mulut pojok bagian kanan. Aku kira cuma sisa makanan aja dan aku biarkan aja alias lupa. Sampai pas sepedaan ada rasa2 ga enak di mulut dan tetepa dibiarin lupa. Sampai ga kerasa sepedaan udah jauh sampai di mudanyuan, kita nemu resto halal. Niatnya kita coba nih di resto makan menu andalanya dan esok hari mau ajak teman2 Lab makan2 bareng (mau nraktir ceritanya...)

Kebetulan menu utama yangrou chuanr (sate domba) di resto ini agak alot, kata suami si domba tua. Yawes aku makan sedikit dan sisanya aku wariskan ke suamiku yang udah tampak kekenyangan. Sehabis makan rasa ga enak dimulut sebelah kanan masih aja melanda bahkan makin menjadi. So, cant wait to reach at dormitory, ngebut naik sepedanya sesampai di dormitory langsung gosok gigi, nyari2 yang aneh bin ajab di mulut tapi tetep aja ga ketemu.

Paginya pas bangun buat sholat subuh rasa ga enak/sakit yang menjadi di mulut makin berasa, tapi dasar udah ngantuk jadi ya habis subuh langsung tidur lagi (hehehe). Nah, ini dia yang bikin jengkel plus kesel, bangun jam 8 an ini rasa mulut sebelah kanan pojok kaya ada sesuatu tambah ga ngenakin, so minta tolong suami liatin sehabis gosok gigi, dan tetep aja ga nemu apapun. Semakin siang rasa ga enak semakin menjadi, dan diputuskanlah untuk ke dokter gigi di rumah sakit kampus buat ngecek ada apa di mulut pojokan kanan.

Pas lagi makan siang si associate profesor nelpon, katanya suruh ngumpulin form plagiarism sama bagian akademik school 17, ebuset...dulu udah dikasih katanya ga perlu, eh sekarang diminta. Yowes akhirnya memutuskan untuk ke lab dulu ngasih form, habis ngasih form kita meluncur ke rumah sakit yang ga terlalu jauh dari lab, naik sepeda cuma 4 menit.Tapi sebelum itu aku telpon amina sahabatku yang udah jago cas cis cus bahasa mandarin buat jelasin kronologinya ke di isheng alias dokter gigi. Eh, si dia masih diluar kampus dan akhirnya kta janjian sekitar jam 2 buat ke rumah sakit bareng, tapi sebelumnya aku udah nelpon si pum buat nganterin ke rumah sakit, tapi sama aja doinya lagi diluar kampus dan malah ga tau mau balik jam berapa. Yowes, akhirnya jam 12.00 aku dan suamiku memutuskan untuk daftar dulu ke rumah sakit dan pulang terus ntar jam 2 dateng lagi. Tapi rumah sakitnya tutup alias istirahat dan akan akan dibuka lagi jam 2.

Teng, jam 2 kita  dateng ke rumah sakit mau daftar ke poli gigi, ternyata belum jodoh poli giginya hari itu tutup dan akan buka besok harinya. Ujubuset...yasudahlah  tahan dulu nih sakitnya, padahal udah nelpon amina berkali kali suruh cepet2 balik nih rasa sakit udah tak tertahankan. So, diputuskanlah untuk menanggung rasa sakit seharian, .untuk mengurangi rasa sakit suamiku setia mengoleskan counterpain ke pipi setiap kali aku mringis2 (kaya sakit otot aja). Syafakillah...

Jeng jeng jeng.... hari berganti, dan pagi itu aku langsung saja nelpon amina buat siap2 ke rumah sakit. Awalnya janjian jam 7 tapi karena aku baru bsia tidur jam 3 pagi, maka diundur jadi jam 8.30. Sampe dirumah sakit ternyata antrian poli gigi udah mengular (lebay), aku dapet antrian 25, tapi sambil ngobrol2 sama amina semua terasa singkat dan udah dipanggil2 aja sama perawatnya.

Awalnya ditanya "elu berdua bisa bahasa mandarin ga?" lalu aku jawab "dia bisa, gue dikit2 bisa" si perawat nanya lagi "nah sapa yang sakit si?" lalu aku jawab "gue, tapi dia yang mau jelasin, gue ga ngerti musti gimana jelasinya" (lebay, bilang aja ga ngerti kalimatnya hehehe...), so aku dipasangin oto dan disuruh rebahan di kursi dokter gigi. Pertama lihat udah ilfeel banget nih kursi dokternya jadul dan kotor, haduh bagian buang ludahnya kurang bersih, tapi yasudahlah. Si dokterpun dateng, si amina nyeritain kronoginya. Well, diceklah itu mulutku dan ga ngerti dikasih apa tapi kok kaya semacam obat bius lokal, terus si dokter ambil gunting sampai si amina teriak2 katanya "gue ga sanggup lihat deh, mulut elo udah berdarah2 gitu" geli juga nih dengerinya hehehhe....

Kemudian aku disuruh meludah, dan cruuutt... terang aja merah semua dan semacam kaya ada yang digunting2 gitu, eeee....yah gapapalah ga sakit kok. Kemudian si dokter jelasin kalo ga ada duri2 ikan yang ada cuma gusinya berdarah dan luka kemudian udah doi kasih obat di gusi yang luka, nih 20 minutes ga boleh makan or minum nunggu obatnya kerja. Oke, dan aku ga dikasih obat penghilang rasa sakit ato sejenisnya, terimakasih daifu....

Kelar dari poli gigi dirusuh bayar 4 yuan ke kasir, yee kemudian belanja beli makanan buat breakfast sama si amina ke chaosifa, suasana mulut masih aman terkendali. Well, seduah 20 menit bububuu.....sampe rumah dan duaaarrr sakitnyooooo kerasa, kaya habis operasi gigi 2th lalu. Ga dikasih obat ga dikasih apa, cuma meringis sampe nangis krn perih pooolll, akhirnya dikompres sama es batu, dan aku inget kalo bawa kaflam, obat sakit gigi anti inflamasi yang diwanti2 sama dokter gigi frans sewaktu di indo. Udah minum kaflam rasa sakit hilang, dan tidur, bangun sakit lagi....akhirnya malamnya WA si dokter frans, "dok, gusi gue bermasalah nih gue cuma bawa kaflam, dosis makanya berapa nih dok" kemudian teng si dokter balas WA "udah itu makan aja 2x sehari kaflamnya tapi lebih bagus kalo ada antibiotik" kemudian cari2 dilaci obat sapa tau ada antibiotik, dan tralala...dapet tuh antibiotik merk Amoxsan, kirim fotonya ke dokter frans, dan dibales katanya suruh makan 3x sehari dan 1 strip harus habis.

Well, sekarang udah agak mendingan walopun masih sangat sukar buat makan, memang bener nih kata lagu dangdut, lebih baik sakit hati dari pada sakit gigi. Tapi kalo bisa si jangan dua duanga (ngarep.com)

Saturday, June 14, 2014

Graduation Guys...

Bismillah...

Alhamdulillahirobilalamin...my thesis have done by 3rd of june 2014. The time runs so fast, still could not believe that I could pass all the requirement. Still remember when I cried in the middle of the night because I felt how stupid I am, I could not solved the problem and I got nothing in here. Finally, those days were passed and I graduated, now....

Fabiayyiallaairobikummatukadzibaan?

Thanks to whom was come to my thesis presentation for give me "Jiayou", thanks to everyone and here we go...Uvi...dream will be come true, Insya Allah...


Below are the parts of my thesis acknowledgment, just wanna share those words for taken a memory in a deep heart (Alayyy) 

My deep gratitude is belong to Professor FAN Shang Chun, my supervisor, who probably believed me more than I did and also give me chance to be better in studied during this work. He was patient and respect me allot as his international student and gave me allot of assistance during my life in China especially in Beihang University. Also for Dr. Guo Zhan She, my associate supervisor, who always give me guidance, allot of example in my research, suggestion, material, method and idea to solve allot of research problem.
I would like to say lovely thank to all lovely Lab mates (Ān yīng, Hánjǐngxuān, Xù lóng, Cáo lè, Lǐyìlún, Lǐ jīng, Lǐ yàn) who help me to make a comfortable life in microsensor lab 1, enjoy the research and help me to translate allot of material which is given by chinese.
Also to my entire brilliant teacher in Beihang University who taught me courses during my study.
I would like to thank to president of BUAA and International school staff for their cooperation not only for my study but also for my scholarship.
Special thank to Chinese Government with Chinese Scholarship Council (CSC) who has funded all my study and living in China during my study.
Lovely thanks to my dear Indonesian friend in BUAA and my foreign friend (Uyen, Pum, Por, Teyebeh) for their support and good friendship not only in school but also in Da Yun Cun No.10 dormitory.
For my family (mother, father, sisterUmbang & husband, Uyi & husband and my sweet nephew – Ayang, Haidar, Azka, Nissa) who always give me prayer and warmth of love framed in desire. Special for my mother (Mrs. Sarwiyati) and father (Mr. Rodjingun), your simplicity never ask me more than I can do, for your tears and thousands of prayers said over the sake of my success. Thanks so much, I will be back for remove your longing.
For my dearest husband ever, Wahyu Hidayat for deep understanding and lovely life in china. The swittest moment during my study having someone beside me to share all of the happiness and sadness. Thanks to make my life colorful and perfect. Please hold my hand and let’s reach our dreams.

For my lord (Allah SWT) for allot of favors and blessings. And also my beloved prophet (Muhammad SAW) for the living guidance brings our life better. I expect your intercession on the Day of Judgment. Ashadualla illaha Illalah wa ashadu anna Muhammadurrosululloh

Friday, June 13, 2014

Saling percaya

Bismillah...

Alhamdulillah minggu ini sudah bebas dari tugas kampus, tinggal mengurusi form of leaving dan menentukan mau ambil sekolah bahasa dimana. Sekalian ingin sekali berbagi cerita, hehe... tentang kami (Rumah tangga kami) yang Alhamdulillah masih sangat bahagia dan semoga sampai akhir hayat akan tetap demikian. Amin.

Sebenarnya Alasan aku sendiri tak mau pulang ke Indonesia selepas S2 bukan karena tidak percaya sama suamiku disini atau sebaliknya, tetapi lebih tepatnya aku masih ingin belajar, rasanya memang berat melepas status sebagai mahasiswi. Well, bagi kami kepercayaan atau saling percaya itu number 1, lah buat apa kita mengikat janji jika nyatanya kita tidak saling percaya?

Saya tidak pernah marah jika suami saya chatting dengan teman wanitanya dan begitu pula dia pada saya. Mungkin sedikit rasa cemburu itu ada dan wajar, karena kita memang saling mencintai, tapi rasa cemburu kita tidaklah sampai menjadikan masing2 pihak terugikan. Rasa cemburu itu tidak sampai membuat saya melarang dia berteman dengan teman wanitanya dan begitu pua sebaliknya dia. Karena kami saling mempercayai. Kami menikah dan kami bebas berteman dengan teman kami masing2 asal masih dalam batasan wajar. Guys, menikah itu jangan sampai membatasi pergaulan kita. Itulah pernikahan yang sehat menurut kami. Malah diharapkan dengan pernikahan itu kita bisa mempunya banyak teman, saya misalnya, malah bisa punyai banyak teman dari ibu2 dan cewe2 PLN atau cewe2 teman suami saya, begitu pula sebaliknya dengan suami saya. Dan kami merasa sangat bahagia dengan itu.

Jaman jahiliyah pun saya pernah punya pacar dan Alhamdulillah suami saya tak marah dengan kondisi saya yang berteman denganya, karena kami sendiri sudah berprinsip, cemburu itu boleh dan wajar asal jangan berlebihan, bukankah Allah tidak menyukai sesuatu yang berlebihan? Suami saya pun pernah suka sama teman wanitanya dulu walaupun tak sampai berpacaran tetapi its ok for me, jikalau dia masih berteman baik dengan teman wanita tersebut, saya akan menerima dengan senang hati dan malah bisa nambah silaturahmi. Bukan berarti dia sudah tak berteman baik, tapi memang kondisinya sudah beda dan hampir sudah lost contact.

Well, menikah itu menyatukan antara dua insan dalam segala hal. Diantaranya pertemanan, saya senang saya bisa punya banyak teman dan bisa silaturahmi dengan teman2 suami saya baik itu yang laki2 atau perempuan, begitu juga sebaliknya suami saya. Kita sudah tau batasan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh karena kita bukan anak kecil lagi. Saya mencintai dia dan dia juga mencintai saya, kami bukanlah tipe orang yang berperan layaknya polisi bagi pasangan kami. Justru menurut saya orang yang rasa cemburunya berlebihan itu tergolong masih sangat kenakan-kanakan atau dibilang alay. Yah gimana enggak? misal mau ketemu sama si ini si itu lapor, mau ini mau itu lapor, ketemu mantan pacar di FB aja dicemberutin berbulan bulan, Hey, dude loe itu udah alih fungsi jadi polisi ya? cemuburu ya oke tapi ala kadarnya donk...paling geli saya lihat aksi dan tingkah laku beberapa teman saya (maaf) yang sangat super duper over protect pada pasanganya masing2, bukan bermaksud apa, tapi layaknya hidup si suami itu cuma untuk dia aja apa? atau hidup si istri itu cukup untuk dia aja apa? Astaghfirullohaladzim

Justru keadaan demikian membuat kita hidup jadi gak nyaman dan gak tenang, apa2 takut, iya saking cintanya tapi ga over gitu juga kaleeee, kami memang bukan pasangan ideal, tapi kami akan menjadikan diri kami masing2 menjadi seideal mungkin. Semoga kita tetap bisa saling percaya dan menghargai kepercayaan pasangan kita masing2.