Tgl 11 september 2014 menjadi awal yg sangat mencenangkan bagiku dan suamiku. Setelah hampir setahun menunda si buah hati. Akhirnya, Alhamdulillah Allah menitipkan janin di rahimku. Hampir setiap hari terhitung sejak aku telat datang bulan, suamiku memintaku utk mengecek dengan alat periksa kehamilan. Ada 2 jenis yang kita beli, dari jenis pertama menyatakan selalu negatif, kemudian jenis kedua menyatakan positif. Tanpa ragu2, aku segera mengontak seorang kawan yang pernah melahirkan di beijing, kawanku menyarankan untuk periksa di Rumah sakit Haidian Mom and Baby (北京市海淀妇幼保及院).
Setelah kandungan mencapai kurang lebih 2 bulan, dengan kemampuan bahasa china yang masih terbatas, kami menanyakan prosedur periksa kandungan dan melahirkan disana, kemudian kami membuat kartu rumah sakit. Teman kami menyarankan kami untuk periksa kandungan dibawah penanganan dokter expert bernama Jia Hong Mei, kemudian kami meminta mba hafna untuk menyelidiki seluk beluk dokter ini. Ternyata benar rate untuk dokter ini sangat tinggi, semua testi moni menyatakan puas atas pelayanan yang diberikan dokter ini beserta staffnya. Akhirnya tanpa ragu suamiku datang pagi buta , sebelum subuh (waktu itu musim dingin subuh baru mulai jam 06:00 pagi) suamiku datang jam 05:30 dari asrama kami. Namun sayang hari itu belum menjadi rejeki bagi kami untuk bertemu dengan dokter Jia, semua nomor antrian yang bisa diambil di mesin otomatis selalu habis, karena saking larisnya ini dokter.
Jadwal praktek selanjutnya suamiku datang lebih pagi, jam 04:30 sudah meluncur dari asrama menuju rumah sakit. Namun sayang juga nomor antrian masih tersisa, namun tak tahu kenapa tidak bisa daftar di nomor antrian dokter Jia. Akhirnya siang hari kami menanyakan pada bagian informasi, mereka mengatakan bahwa setelah usia kandungan lebih dari 4 bulan, otomatis kartu ku bisa untuk daftar di antrian dokter expert, termasuk salah satunya dokter Jia. Namun sekarang belum bisa. Jadi kami putuskan pada hari berikutnya untuk bertemu dengan dokter biasa dengan mengajak seorang penerjemah-kawan kami yang kebetulan belajar dibidang kedokteran (Mba Hafna).
Pada cek kandungan yang pertama itu, aku berada di department kewanitaan, kemudian ditransfer utk USG, ternyata benar aku tengah hamil sekitar 9 minggu lebih 10 hari. Dokter bagian kewanitaan menyarankan aku untuk membuat jadwal periksa rutin. Namun dengan beberapa pertimbangan kami menolaknya, karena kami belum tahu apakah akan melahirkan di beijing atau di indonesia. Akhirnya kami hanya disarankan untuk minum vitamin dan apabila ada keluhan segera datang ke rumah sakit tersebut.
Setelah kandungan mencapai kurang lebih 2 bulan, dengan kemampuan bahasa china yang masih terbatas, kami menanyakan prosedur periksa kandungan dan melahirkan disana, kemudian kami membuat kartu rumah sakit. Teman kami menyarankan kami untuk periksa kandungan dibawah penanganan dokter expert bernama Jia Hong Mei, kemudian kami meminta mba hafna untuk menyelidiki seluk beluk dokter ini. Ternyata benar rate untuk dokter ini sangat tinggi, semua testi moni menyatakan puas atas pelayanan yang diberikan dokter ini beserta staffnya. Akhirnya tanpa ragu suamiku datang pagi buta , sebelum subuh (waktu itu musim dingin subuh baru mulai jam 06:00 pagi) suamiku datang jam 05:30 dari asrama kami. Namun sayang hari itu belum menjadi rejeki bagi kami untuk bertemu dengan dokter Jia, semua nomor antrian yang bisa diambil di mesin otomatis selalu habis, karena saking larisnya ini dokter.
Jadwal praktek selanjutnya suamiku datang lebih pagi, jam 04:30 sudah meluncur dari asrama menuju rumah sakit. Namun sayang juga nomor antrian masih tersisa, namun tak tahu kenapa tidak bisa daftar di nomor antrian dokter Jia. Akhirnya siang hari kami menanyakan pada bagian informasi, mereka mengatakan bahwa setelah usia kandungan lebih dari 4 bulan, otomatis kartu ku bisa untuk daftar di antrian dokter expert, termasuk salah satunya dokter Jia. Namun sekarang belum bisa. Jadi kami putuskan pada hari berikutnya untuk bertemu dengan dokter biasa dengan mengajak seorang penerjemah-kawan kami yang kebetulan belajar dibidang kedokteran (Mba Hafna).
Pada cek kandungan yang pertama itu, aku berada di department kewanitaan, kemudian ditransfer utk USG, ternyata benar aku tengah hamil sekitar 9 minggu lebih 10 hari. Dokter bagian kewanitaan menyarankan aku untuk membuat jadwal periksa rutin. Namun dengan beberapa pertimbangan kami menolaknya, karena kami belum tahu apakah akan melahirkan di beijing atau di indonesia. Akhirnya kami hanya disarankan untuk minum vitamin dan apabila ada keluhan segera datang ke rumah sakit tersebut.
Hari-hari aku lalui dengan gembira, walaupun kandungan di trimester pertama sangat rentan dan badan luar biasa capeknya karena perubahan hormonal, namun aku tetap pada aktivitasku. Pagi dari jam 08:00-12:00 berangkat ke kelas chinese dengan mengendarai sepeda kuning yang dibelikan suamiku khusus untuk aku bawa ke kelas. Siang aku dan suamiku makan di kantin muslim kemudian selepas sholat duhur aku istirahat-tidur siang sampe ashar. Kemudian malam aku belajar. Suamiku pun tidak kurang sedikitpun perhatiannya, dia memasakkan aku makanan yang aku sukai, karena memang aku tak enak makan saat itu. Makan pagi biasanya hanya jagung manis rebus dan telur rebus yang aku bungkus, kemudian aku makan saat pelajaran dikelas. Selebihnya hanya minum teh susu atau milo hangat yang dicampur dengan jahe untuk mengurangi rasa mual, kemudian biscuit dan yoghurt. Untuk buah aku hanya makan mangga yang sulit didapat dan kalaupun ada harganya sangat fantastis. Semeter 1 kelas bahasa bisa dilalui dengan mulus, bahkan nilai yang dihasilkanpun luar biasa, aku bisa menduduki peringkat pertama dikelas, namun itu bukan yang utama. Yang utama adalah ilmu yang aku dapat. Bahkan saat liburan semester 1 (liburan winter) aku masih bisa jalan-jalan ke Xi'an dengan menggunakan kereta sekitar 25jam dari Beijing. Aku masih kuat jalan mengelilingi museum terracotta dan keliling kota Xi'an tanpa masalah. Paling hanya kelelahan sebentar, selebihnya aku bisa melaluinya. Alhamdulilah.
Pada liburan winter ini pun aku dapat kepercayaan dari staff KBRI untuk mengajar anak-anak mereka mulai dari belajar mengaji dan ada yang memintaku mengajarkan bahasa indonesia. Alhamdulilah rejeki untuk bayiku memang tidak kemana.
Sudah hampir 2bulan aku tak mengunjungi rumah sakit untuk periksa kehamilan, karena aku kira, aku baik-baik saja, tidak ada masalah. Namun ibuku di seberang sana sangat khawatir akan kondisiku dan menyarankan aku untuk kerumah sakit. Akhirnya selepas liburan dari Xi'an kami beserta mba hafna kembali kerumah sakit tsb. Kami sangat kaget, karena dokter di departmen kewanitaan menolaku dengan alasan usia kandunganku yang sudah besar, kemudian kami minta utk ditransfer ke bagian gynecology, namun diapun menolak, kemudian kami mengajukan protes ke bagian urusan pasien, namun merekapun menolak dengan alasan kami adalah orang asing, dan level rumah sakit tsb belum cukup utk menangani orang asing. Padahal bulan ke 2 kandungan kamipun periksa disitu, kenapa sekarang mereka menolak kami? Aneh...
Akhirnya kami putuskan utk pindah rumah sakit. Kami pergi ke peking university third hospital yang kebetulan berada dibelakang kampus kami. Setelah dicari informasinya, kami membuat kartu rumah sakit dan mencari tahu beberapa dokter yang bisa berbahasa inggris. Hampir semua dokter disana bisa berbahasa inggris dengan baik. Mereka mempunyai 2x jadwal praktek setiap minggu. 1x untuk kelas ekonomi dengan tarif rendah, 1x untuk kelas VIP dengan tarif tinggi. Kami memutuskan untuk datang menemui dokter tsb dikelas ekonomi. Namun sayang dikelas ekonomi tsb terlalu banyak pasien, sehingga saat aku menemui dokter tsb, beliau keberatan untuk menerimaku sebagai pasienya dengan alasan beliau sedang menangani banyak pasien.
Kemudian hari itu setengah putus asa suamiku mengantarkanku ke sekolah dan dia kembali ke rumah sakit untuk mencari dokter yang lain. Qodarulloh, suamiku bertemu dengan seorang akhwat afrika yang sedang hamil, kemudian suamiku berdiskusi dengan suami akhwat tsb bagaimana cara mendapatkan persetujuan dari dokter tsb. Berdasarkan saran dari pasangan tsb, memang dibutuhkan beberapa kali utk bisa bertemu dan diterima menjadi pasien dokter tsb. Sembari menunggu praktek selanjutnya di Peking university third hospital, kami kembali berharap utk bisa bertemu dengan dokter Jia di Haidian fuyou. Hari selasa saat jadwal dokter Jia praktek, kami sembari seperti detektif ke haidian fuyou, mencari wajah2 mirip dokter Jia, kemudian ada seorang helper menanyakan apa yang sedang kita cari. Kamipun mengatakan bahwa kami mencari ruangan dokter Jia Hong Mei, kemudian helper yang baik tsb mengantarkan kami keruangan dokter Jia, namun sayang hari itu dokter Jia sedang cuti, hari selasa beliau baru akan buka praktek, kamipun menanyakan pada helper tsb, apkah dokter Jia pernah menerima pasien asing? helper tsb mengatakan bahwa dokter Jia adalah satu2nya dokter yang sering menangani pasien asing dirumah sakit ini, bahasa inggrisnya bagus dan kemampuannya tidak diragukan lagi, helper tsb menyarankan kami utk datang lagi di jadwal prktek selanjutnya.
Pantang menyerah bagi kami demi menemukan dokter kandungan, Akhirnya hirnya kami putuskan pada hari selasa itu utk datang lebih pagi di praktek VIP dokter peking university, kami masih berharap dia mau menerima kami, kemudian jika memang sudah tidak mungkin maka kami akan menemui dokter jia atau dengan sangat terpaksa kami akan pulang ke indonesia atau pergi kerumah sakit internasional dengan tarif melahirkan selangit. Sama dengan kejadian sebelumnya, di praktek VIP itupun dokter tsb menolak permintaanku dan merekomendasikan utk menemui dokter lain diruang sebelah. Kemudian aku temui dokter diruang sebelah tsb, dokter tsb tidak menolaku namun dia menyarankan aku tuk datang di prakteknya minggu depan, namun belum pasti pula dia mau menerimaku sbg pasiennya. Rasanya sudah hampir putus asa, air mata sudah berurai, hati sudah sakit, nestapa sekali rasanya anaku ini. Suamikupun sudah stres melihat kondisiku, akhirnya kami putuskan hari itu juga kami ke dokter Jia untuk memohon dengan sangat, kami sudah tidak menghiraukan prosedur rumah sakit haidian fuyou, kami hanya ingin memohon dan memanggil hati nuraninya sebagai dokter.
Kemudian hari itu setengah putus asa suamiku mengantarkanku ke sekolah dan dia kembali ke rumah sakit untuk mencari dokter yang lain. Qodarulloh, suamiku bertemu dengan seorang akhwat afrika yang sedang hamil, kemudian suamiku berdiskusi dengan suami akhwat tsb bagaimana cara mendapatkan persetujuan dari dokter tsb. Berdasarkan saran dari pasangan tsb, memang dibutuhkan beberapa kali utk bisa bertemu dan diterima menjadi pasien dokter tsb. Sembari menunggu praktek selanjutnya di Peking university third hospital, kami kembali berharap utk bisa bertemu dengan dokter Jia di Haidian fuyou. Hari selasa saat jadwal dokter Jia praktek, kami sembari seperti detektif ke haidian fuyou, mencari wajah2 mirip dokter Jia, kemudian ada seorang helper menanyakan apa yang sedang kita cari. Kamipun mengatakan bahwa kami mencari ruangan dokter Jia Hong Mei, kemudian helper yang baik tsb mengantarkan kami keruangan dokter Jia, namun sayang hari itu dokter Jia sedang cuti, hari selasa beliau baru akan buka praktek, kamipun menanyakan pada helper tsb, apkah dokter Jia pernah menerima pasien asing? helper tsb mengatakan bahwa dokter Jia adalah satu2nya dokter yang sering menangani pasien asing dirumah sakit ini, bahasa inggrisnya bagus dan kemampuannya tidak diragukan lagi, helper tsb menyarankan kami utk datang lagi di jadwal prktek selanjutnya.
Pantang menyerah bagi kami demi menemukan dokter kandungan, Akhirnya hirnya kami putuskan pada hari selasa itu utk datang lebih pagi di praktek VIP dokter peking university, kami masih berharap dia mau menerima kami, kemudian jika memang sudah tidak mungkin maka kami akan menemui dokter jia atau dengan sangat terpaksa kami akan pulang ke indonesia atau pergi kerumah sakit internasional dengan tarif melahirkan selangit. Sama dengan kejadian sebelumnya, di praktek VIP itupun dokter tsb menolak permintaanku dan merekomendasikan utk menemui dokter lain diruang sebelah. Kemudian aku temui dokter diruang sebelah tsb, dokter tsb tidak menolaku namun dia menyarankan aku tuk datang di prakteknya minggu depan, namun belum pasti pula dia mau menerimaku sbg pasiennya. Rasanya sudah hampir putus asa, air mata sudah berurai, hati sudah sakit, nestapa sekali rasanya anaku ini. Suamikupun sudah stres melihat kondisiku, akhirnya kami putuskan hari itu juga kami ke dokter Jia untuk memohon dengan sangat, kami sudah tidak menghiraukan prosedur rumah sakit haidian fuyou, kami hanya ingin memohon dan memanggil hati nuraninya sebagai dokter.
Hari itu, Selasa, suamiku mengayuh sepeda dengan laju kencang, aku duduk dibelakangnya, ke stasiun subway xitucheng-subway terdekat dengan peking university third hospital. Kami berlari untuk mengejar jadwal praktek dokter Jia. Sampai di haidian fuyou, aku temui ruangan dokter Jia sudah sepi, hanya ada asistenya, seorang perawat yang ramah. Dia memberikan alamat kantor dokter Jia padaku, namun aku tak bisa mengingatnya kemudian dia menliskan di secarik kertas. Kami berlarian mencari alamat tsb, di lantai 4 department 6. Kami tanyakan bagian resepsionist, kemudian perawat disana mengatakan bahwa dokter jia sedang visit pasien, diruang depan resepsionis. Tak berapa lama seorang dokter perawakan tinggi semampai bak model, berwajah cantik jelita dengan rambut setengah pirang keluar dan menanyakan "ada yang mencariku?" kemudian aku memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa inggris, dan memang benar bahasa inggris dokter ini memang sangat bagus. Beliau menyambutku dengan ramah dan memintaku utk menunggu, visit pasien selesai kemudian kami bisa berbincang di kantonrya.
Kamipun memeperkenalkan diri, maksud dan tujuan kami. Kami menceritakan kronologis dari awal sampai akhir. Dokter Jia meminta record kehamilanku , hasil USG dan sebagianya. kemudian beliau menelpon bagian perawat dan mengatakan bahwa beliau menginginkan pasien dari Indonesia dengan nama "Daixi" untuk menjadi pasiennya, nanti siang tolong siapkan berkas untuknya. Alhamdulillah, senang sekali rasa hati ini, rasanya ploooong, beribu ucapan terimakasih kami ucapkan pada Beliau, kami sangat bersyukur, dan kami menyadari Allah benar2 telah memilihkan dokter terbaik untuk kami dengan cara seperti ini, tapi kami tak pernah menyesalinya. Ini adalah proses bagi kami untuk belajar, belajar banyak hal from zero to be hero. Dokter Jia memintaku untuk bertemu dengan perawat di bagian kewanitaan dan menyerahkan berkas padanya, kemudian beliau juga memintaku untuk kembali setelah istirahat makan siang. Langsung kami pergi menemui perawat itu, tak disangka dia adalah perawat yang sempat aku temui minggu lalu saat aku ditolak dibagian kewanitaan. Namun dia menyarankan aku agar bertemu dengan kepala kantor urusan pasien, dia baik dan aku pun menangkap maksud baiknya, namun aku tahu, bahwa dia tak punya wewenang untuk menerimaku sebagai pasien dan aku memahaminya.
Setelah urusan adminiatrasi selesai, kamipun segera pergi ke masjid haidian untuk sholat duhur dan makan siang, rasa bahagia dan syukur terus menyelimuti kami. Kamipun tak mau mengecewakan dokter Jia, sehingga selepas makan siang kami langsung pergi ke ruangannya, disana sesi interview dilakukan, Beliau menanyakan tentang data diriku, riwayat sakit, kehamilan, dll dengan sangat teliti. Akupun menjawab dengan jujur dan apa adanya, kemudian dilanjutkan dengan tips2 menjaga kehamilan dan beberapa saran dari beliau yang sangat membantu. sekitar hampir 1,5 jam bersama beliau dan tak terasa waktu sudah agak sore, kamipun bergegas pamit dan dokter Jia meminta kami untuk kembali lagi esok hari untuk cek darah dan urine, kemudian beliau juga memintaku untuk kembali menemuinya 1 minggu kemudian untuk USG, USG ini bertujuan untuk mengecek kelengkapan organ bayi dan mengecek jenis kelaminnya. Disini yang unik, khusus untuk warga asli China, dokter dilarang memberi tahu jenis kelamin bayi pada pasien karena mayoritas masyarakat china menyukai anak laki2, jika yang dikandung adalah anak perempuan, maka mereka tidak segan2 untuk menggugurkan kandungan mereka, karena aborsi disini adalah legal, wajar dan normal. Namun dokter Jia berjanji akan memberi tahu jenis kelamin bayiku karena aku bukan orang China asli. Alhamdulilah, terimakasih ya Allah kau pertemukan aku dengan dokter terbaik yang pernah aku jumpai sekalipun di Indonesia.
Kamipun pulang ke asrama dengan perasaan lega dan haru, kami menyadari betapa sulit menjadi warga asing disini, kami menyadari betapa pelajaran ini sangat berharga, ujian ini sangat sulit bagi kami, tapi dibalik semua itu, nikmat Allah benar2 tiada henti. Ini adalah cara-Nya untuk mempertemukan aku dengan dokter Jia, dokter terbaik sepanjang masa. Alhamdulilah, semoga hidayah Allah senantiasa diberikan pada dokter Jia. Amiin.
Setelah urusan adminiatrasi selesai, kamipun segera pergi ke masjid haidian untuk sholat duhur dan makan siang, rasa bahagia dan syukur terus menyelimuti kami. Kamipun tak mau mengecewakan dokter Jia, sehingga selepas makan siang kami langsung pergi ke ruangannya, disana sesi interview dilakukan, Beliau menanyakan tentang data diriku, riwayat sakit, kehamilan, dll dengan sangat teliti. Akupun menjawab dengan jujur dan apa adanya, kemudian dilanjutkan dengan tips2 menjaga kehamilan dan beberapa saran dari beliau yang sangat membantu. sekitar hampir 1,5 jam bersama beliau dan tak terasa waktu sudah agak sore, kamipun bergegas pamit dan dokter Jia meminta kami untuk kembali lagi esok hari untuk cek darah dan urine, kemudian beliau juga memintaku untuk kembali menemuinya 1 minggu kemudian untuk USG, USG ini bertujuan untuk mengecek kelengkapan organ bayi dan mengecek jenis kelaminnya. Disini yang unik, khusus untuk warga asli China, dokter dilarang memberi tahu jenis kelamin bayi pada pasien karena mayoritas masyarakat china menyukai anak laki2, jika yang dikandung adalah anak perempuan, maka mereka tidak segan2 untuk menggugurkan kandungan mereka, karena aborsi disini adalah legal, wajar dan normal. Namun dokter Jia berjanji akan memberi tahu jenis kelamin bayiku karena aku bukan orang China asli. Alhamdulilah, terimakasih ya Allah kau pertemukan aku dengan dokter terbaik yang pernah aku jumpai sekalipun di Indonesia.
Kamipun pulang ke asrama dengan perasaan lega dan haru, kami menyadari betapa sulit menjadi warga asing disini, kami menyadari betapa pelajaran ini sangat berharga, ujian ini sangat sulit bagi kami, tapi dibalik semua itu, nikmat Allah benar2 tiada henti. Ini adalah cara-Nya untuk mempertemukan aku dengan dokter Jia, dokter terbaik sepanjang masa. Alhamdulilah, semoga hidayah Allah senantiasa diberikan pada dokter Jia. Amiin.