Orang bilang guru itu pahlawan tanpa tanda jasa. Memang sangat benar, guru mengajarkan dengan telaten pada anak didiknya, dengan gaji yang sebenarnya tak seberapa jika dibandingkan dengan waktu yang tersita untuk mengajar. Namun dengan mengajar ada kepuasan tersendiri jika anak didiknya berprestasi atau bahkan lebih pintar dari guru tersebut.
Di Zhongguo (Chinese) ini guru disebut dengan 老师 (baca : Laoshi), namun bedanya profesi guru di Indonesia dengan di China ini adalah, di indonesia orang yang disebut guru adalah dia yang mengajar dikelas, di madrasah dan dimanapun asal profesinya itu mengajar, sedangkan di china ini semua orang yang bekerja di institusi pendidikan disebut dengan guru, baik dia mengajar ataupun mengurusi masalah administrasi, bahkan yang ngurus asrama-ku ini juga disebut dengan guru. Sebegitu menghargainya orang-orang china dengan seseorang yang berkarier di institusi pendidikan, sehingga siapapun yang berkecimpung didalamnya mereka sebut dengan guru. Mengapa tidak? bayangkan saja sebuah sekolah tanpa sistem administrasi yang jelas, maka kegiatan proses pembelajaran akan menjadi terhambat. Siapa yang ngurus uang siswa, siapa yang ngurus jadwal dan bahkan siapa yang mendata jumlah siswa dalam sekolah tersebut. Sehingga jasa pihak administrasi-pun harus diacungi jempol dan perlu dihargai sebagai guru. Bagaimana dengan negara kita? sudahkah negara kita ini menghargai profesi seorang guru layaknya negeri tirai bambu ini?
Aku mencintai profesi seorang guru, kenapa? apakah karena notabene keluargaku adalah guru sehingga aku ikut-ikutan didalamnya? tidak bisa dipungkiri itu merupakan salah satu faktornya, tapi faktor terbesar dan terpenting adalah karena guru itu profesi yang mulia, mendidik generasi penerus bangsa, mencerdaskan bangsa, dan yang paling penting pahala yang didapat jika anak didik kita benar2 menerapkan ilmu yang kita ajarkan (tentunya ilmu yang baik) dan ilmu yang bermanfaat adalah salah satu amalan yang tidak akan pernah putus pahalanya meskipun raga sudah tertimbun tanah. Seperti diterangkan dalam hadist Rosulluloh SAW :
عن أبي هريرة رضى الله عنه أن رسول الله
صلى الله عليه وسلم قال : إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث: صدقة
جارية أو علم ينتفع يه أو ولد صالح يدعو له
Artinya :Daripada Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu katanya,, Rasulullah SAW telah bersabda : Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang berdoa kepadanya.'' (HR Muslim).
Dan kini saatnya aku bercermin dari keluargaku (jadi mellow), Ibuku dan bapaku adalah seorang guru, kami hidup berkecukupan bahkan aku inget betul sewaktu kecil kami sampai hidup kekurangan. Kami berlima (Bapak,Ibu,dan kedua kakak perempuanku) hidup sangat sederhana. Namun Alhamdulilah rizki Allah selalu datang dengan tidak terduga sehingga kini kedua orang tuaku bisa menyekolahkan kadua kakak perempuanku sampai jenjang S2 dan dengan semangat yang tinggi, semangat mengabdi yang tinggi dari kedua orang tuaku, kegigihanya dalam mendidik, Allah memberikanku rizki untuk sekolah gratis di negeri tiai bambu ini. Bahkan jika dihitung-hitung dengan kalkulator penghasilan ibuku sebagai guru (setelah bapaku pensiun) sangatlah minim jika dibandingkan dengan pengeluaran untuk uang bulanan kami dan untuk uang kuliah, uang kos2an,uang transport,dll. Tapi itulah karena keihklasan dalam mengajar, sehingga kemudahan dalam rizki pun selalu datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan bukankah setiap anak membawa rejekinya masing-masing ? Melalui orang tua yang ikhlas dan budi pekerti yang baik.
Ibuku adalah seorang pandidik sejati, bagaimana tidak? tinggal dikampung yang notabene banyak orang yang tidak peduli pada pendidikan. Ibuku mendekati setiap warga yang enggan menyekolahkan anaknya dan bahkan ibuku menyekolahkan mereka dengan gratis asalkan anak itu benar2 mau sekolah, ibuku mencarikanya beasiswa dan potongan biaya sekolah, itulah beliau, pendidik sejati. Dan aku benar-benar mengidolakan beliau, aku mau menjadi guru yang santun dan motivator seperti beliau ditengah-tengah krisis budi pekerti seperti ini. Seperti apa? oke mungkin sekarang masyarakat indonesia sudah mulai terbuka matanya tentang arti pendidikan. Namun mereka lupa akan pendidikan moral dan budi pekerti yang selayaknya. Bagaimanakah seharusnya figur seorang guru? karena guru adalah panutan anak didiknya, sudah selayaknya guru memberikan contoh yang baik, terutama saat ini muncul berbagai macam model baju yang sudah diluar batas kewajaran, dimana budaya western sudah mulai menjajah negeri dan mulai menggerogoti trend kaum muslim, bagus memang, cantik memang, dan menarik. Tapi apakah yang menarik mata dan pandangan itulah yang membuat tangan Allah untuk menarik mereka ke syurga?
Seorang dosenku mengatakan bahwa untuk menjadi pengajar di sebuah perguruan tinggi, kita tidak perlu pandai karena mahasiswa itu sudah bisa mengembangkan akal pikiranya dan bahkan mereka bisa ,ebih pandai dari dosenya. Namun yang perlu diajarkan adalah sopan santun dan tata krama yang baik. Dan begitulah aku, aku menag tak pandai dalam teori apa lagi praktek, bisa dikatakan 50% or less. Tapi aku ingin mengajarkan budi pekerti sehingga mereka bisa menjadi insan-insan yang gak hanya pandai, tapi juga bermoral, Insya Allah.