Wednesday, February 19, 2014

Kutemukan semua padamu my zaujiy

Subhanallah, subhanallah, Alhamdulillah mungkin hanya itu yang dapat aku ucap setelah mengenal dan menjadi istrinya. Senang sekali kalau pasangan kita memang satu prinsip. Bukan hanya sabar dan penyayang, Zaijuyku ini (WH) sangatlah mengerti aku, segala aspek dia selalu toleran denganku. Dari awal kita memang satu visi misi, kita punya cita2 yang sama, kita hanya akan mengabdi untuk negeri. Jadi kemanapun kita akan pergi menuntut ilmu nantinya, Indoesia akan tetap menjadi negeri terhebat dan terbaik di mata kita.

Kita berasal dari keluarga guru di desa, mungkin juga karena faktor X itu kita bisa langsung klop. Ayah ibuku dan dia sama2 guru. Kita juga punya cita2 yang sama, kita pengen jadi guru saja, tak usahlah muluk2 cukup dengan kita hidup bersama dan membesarkan anak2 kita mendidik mereka dan mengabdi untuk bangsa sudah cukup membuat hidup kita bermakna.

Kita bukan tipe2 workholic yang pengen ngetren di perusahaan internasional bergengsi dengan gaji selangit, cukup di indonesia saja jadi guru. Kalopun kita diberi kesempatan untuk keliling dunia kita hanya berharap kesempatan itu dan moment itu tak jauh dari cita2 kita yang hanya ingin menjadi guru.

Subhanallah, jodoh memang sesuai dengan apa adanya kita ya...^ ^

Friday, February 14, 2014

Sebuah perpisahan dan aku pasti kembali untuk kalian


Malam ini aku tidak bisa tidur, kenapa? Karena malam ini adalah malam terakhir aku mendekap bantal guling di kamarku yang sudah aku huni kurang lebih selama 21 tahun. Esok hari aku sudah harus berangkat ke jogja untuk melanjutkan perjalanan ke Jakarta dan pada hari minggunya aku harus siap terbang ke negeri panda itu.
Pagi ini, Sabtu 9 September, aku berangkat ke jogja bersama keluargaku, sengaja kami berangkat pagi-pagi sekali walaupun pesawat yang akan membawaku ke Jakarta itu baru akan terbang jam 15.00, namun lebih baik datang diawal dari pada terlambat, selain itu ibuku harus ke rumah sakit untuk terapi tulang. Ya beberapa tahun ini beliau mengidap penyakit pengapuran sehingga setiap 3 hari sekali beliau harus ke rumah sakit untuk melakukan terapi. Hal ini pula yang menjadi bahan pertimbanganku untuk tetap tinggal, berat hatiku meninggalkan ibuku yang sudah sering sakit-sakitan, walaupun ada ayahku yang menjaganya, namun aku akan merasa lebih puas jika aku tahu tentang semua hal yang berkaitan dengan ibuku secara langsung. Namun apa daya, nasehat dan pilihan ibuku menjadi yang terbaik, dan aku harus menurutinya. Insya Allah ibuku akan baik-baik saja, aku selalu menitipkan segala kesehatan dan umurnya pada sang maha penguasa hidup. Aku berharap ibuku bisa melihatku sukses dikemudian hari, aku selalu berdoa yang terbaik untuknya. Dalam setiap sujudku aku selalu berdoa semoga kebahagiaan senantiasa bersamanya, kesehatan dan kemudahan dalam hidup selalu mengelilinginya selama aku tak bisa disampingnya. Aku yakin ada Dia yang Maha Kuasa yang akan menjaganya dari segala marabahaya. Aku berharap semoga kepergianku bisa menjadikan obat mujarab bagi sakitnya ini. Semoga dengan tercapainya segala cita-citaku yang juga menjadi cita-citanya akan semakin memperpanjang umurnya, menjadikan hidupnya terasa lebih indah dan bermakna.
Setelah segala urusan dirumah sakit selesai, kami melanjutkan perjalanan menuju bandara Adisucipto Yogyakarta, tak lupa aku mampir ke Lab untuk menemui beberapa dosen rekomendator dan dosen pembimbingku, tanpa dukungan dari beliau-beliau ini aku tak mungkin akan jadi seperti ini. Aku juga membawa serta teman setiaku, Mira yang saat itu sedang rapat dengan para dosen. Aku bawa dia ke bandara sekaligus. Sampai di bandara rupanya teman-teman khalaqoh-ku sudah menunggu, mereka ingin mengantarkan aku sekaligus bertatap muka setelah sekian lama tidak bertemu. Beberapa teman kos juga datang. Sampai di bandara Adisucipto, aku segera melakukan check in karena kebetulan counter check in sudah dibuka. Setelah ditimbang ternyata barang yang aku bawa over bagage sehingga aku harus membayar denda, berat barang yang aku bawa ini aku sesuaikan dengan tiket pesawat Jakarta-beijing, karena aku menggunakan pesawat yang berbeda untuk penerbangan Jogja-Jakarta, tentu ketentuan berat bagasinyapun akan berbeda. Aku memang membawa banyak barang-barang terutama baju, aku takut kalau disana akan sulit mencari model baju yang sesuai dengan seleraku, karena notabene seleraku adalah pakaian lebar dan besar-besar sedangkan yang aku tahu China itu negara komunis dengan jumlah penduduk muslim yang sedikit. Mungkin ada pakaian muslim tapi kan tahu sendiri trend pakaian muslim jaman sekarang yang sudah dibilang menyalahi aturan. Setelah kepengurusan check in  selesai, aku kembali ke teman-temanku dan keluarga. Kali ini hatiku benar-benar terasa berat, setelah foto-foto selesai aku pamitan pada mereka satu persatu, aku tak kuasa saat berpamitan pada ibuku, aku memeluknya erat dan menangis, suasana seketika menjadi haru dan beberapa kerabat yang mengantar juga ikuta ikutan menangis. Aku sangat-sangat merasa berat hati saat ini. Aku tak ingin pergi, aku ingin menemani ibu saja dirumah, tapi seketika aku ingat, jika aku tak jadi pergi, sama halnya dengan keputusan terbodoh yang aku ambil seumur hidup. Dengan gaya cool-nya bapaku menasehati bahwa 2 tahun itu tak akan lama, waktu itu berputar sangat cepat dan aku pasti akan cepat kembali secepat itu pula waktu berputar.
Di dalam pesawat aku masih saja menangis, dari mulai pesawat take off sampai kondisi settle di atas awan pikiranku masih saja melayang-layang pada perpisahan dengan ibuku tadi. Aku sempat menyayangkan kenapa aku tidak menuruti kata-kata ibuku saja untuk diantarkan sampai Jakarta? Sehingga aku punya banyak waktu untuk bersama ibuku setidaknya sampai esok hari. Tadinya ibuku dan keluargaku akan mengatarkan aku sampai bandara Soekarno Hatta dengan menggunakan perjalanan darat. Namun aku menolaknya, karena perjalanan dari kampung ke Jakarta itu akan memakan waktu kurang lebih 12 jam, dan akan sangat melelahkan untuk kondisi ibuku saat ini, selain itu aku takut kalau aku benar-benar tidak mau berangkat jika ibuku mengantar langsung sampai ke bandara Seokarno Hatta, pikiranku pasti akan terus melayang-layang ke ibuku karena ibuku juga harus melanjutkan perjalanan darat pulang ke kampung setelah aku take off nantinya, dan aku pikir jika aku hanya diantar sampai jogja itu akan lebih baik, karena di Jakarta nanti aku akan bertemu dengan kakak perempuanku yang kedua, mas Wahyu Hidayat dan kakak iparku (suami kakak perempuan pertama) yang sudah janjian dari jauh-jauh hari. Bukan berarti diantar mereka ke bandara Soekarno Hatta membuat aku mengurungkan diri untuk menangis, tetapi setidaknya itu menjadi lebih baik, daripada aku harus diantar langsung ibuku yang pastinya ikatan hati antara kakak dengan adik dan antara ibu dengan anak akan sedikit berbeda. Dan jika ibuku mengantar langsung ada kemungkinan aku bisa nangis gelosotan di bandara karena tak mau pergi (lebay). Namun jika kakaku yang mengatar ke bandara Soekarno Hatta aku akan merasa malu untuk membatalkan kepergian, karena sifat kakaku yang tegas ini. Bukan berarti ibuku tidak tegas, namun aku tidak bisa meninggalkannya ! itu saja ! dan jika aku menangis di bandara Adisucipto karena berpisah dengan ibuku, maka aku akan sedikit menemukan penawarnya setelah aku sampai di Jakarta nanti dan bertemu kakaku, walaupun tidak bisa dipungkiri aku juga akan mengais lagi sewaktu akan terbang ke China, tapi kali ini yang mengantar bukan ibuku dan aku sudah bisa memastikan bahwa ibuku sudah sampai dirumah saat aku take off menuju China, jadi tak ada pikiran ibuku masih dijalan dan menempuh perjalanan jauh selama 12 jam. Aku bisa sedikit tenang dan lega.
Sekitar 20 menit berada di udara aku masih saja menangis, sudah banyak sekali tissue yang aku gunakan untuk mengusap air mataku ini. Sampai teman sebelah kursiku ini menegurku dan mengajaku ngobrol, akhirnya aku bisa sedikit melupakan suasana haru di bandara itu. Kami ngobrol macam-macam dan aku bisa terhibur karenanya. Satu jam kemudian pesawat itu berhasil landing di bandara Soekarno Hatta, segera aku mengambil bagasiku dan mengaktifkan telepon genggamku, aku yakin tidak lama lagi ibuku akan menelpon aku. Dan benar sekitar 15 menit kemudian beliau menelponku, menanyakan kabar dan apakah aku sudah bertemu dengan kakak apa belum. Aahh ibu kau selalu saja menghawatirkan aku.  Sambil menunggu kakak dan jemputan dari rekanku, mas Wahyu Hidayat, aku berbincang-bincang dengan salah seorang kawan yang baru saja aku kenal di bandara Adisucipto, kebetulan kami satu pasawat namun tempat duduk kami berjauhan dan sama-sama over bagage sehingga harus membayar denda. Kami berkenalan di loket itu dan belakangan aku tahu bahwa beliau itu akan berangkat ke madrid untuk melanjutkan studi S2-nya yang sudah memasuki tahun ke 2 ini, beliau sengaja menungguiku karena beliau pikir aku akan menunggu keberangkatan pesawat ke China di terminal penerbangan internasional sehingga beliau menawarkan untuk menunggu bersama-sama, namun aku menjelaskan bahwa penerbanganku ke China untuk esok malam, hari ini aku akan menghabiskan waktu di Jakarta bersama kakaku. Lama mengobrol rekanku sudah menelpon, dia memberitahuku bahwa dia sudah diluar dan aku disuruh keluar pintu terminal. Disitu aku berpisah dengan kawan yang baru saja aku kenal itu tidak lupa kami bertukar email agar bisa tetap keep in touch. Sampai diluar terminal, aku bertemu dengan rekanku dan kami akan bersama-sama menunggu kedatangan kakaku yang rupanya masih didalam pesawat.
Aku memang membuat janji dengan kakaku untuk bertemu di bandara, kebetulan kakaku yang tinggal di luar jawa itu ada dinas di Jakarta hari senin, aku sengaja meminta kakaku untuk datang lebih awal, karena aku sangat rindu padanya, sudah lama aku tidak bertemu bahkan saat lebaranpun kami tidak bisa bertemu karena dia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Aku ingin bertemu denganya walaupun hanya sehari dan kebetulan dengan adanya perjalanan dinasnya itu memudahkan niatku untuk bertemu denganya. Kemudian di esok harinya sebelum berangkat kakak iparku yang ada di pulau yang sama dengan kakak keduaku itu juga akan menyusul, skenario Allah memang indah, dia juga ada tugas di Jakarta di waktu yang berdekatan dengan keberangkatanku, Subhanallah, aku bisa berkumpul dengan keluargaku disitu. Benar-benar nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?
Setelah sholat maghrib kakaku menguhubungiku, dia mengatakan bahwa pesawatnya sudah landing dan sekarang dia sedang mengambil bagasi. Aku menunggunya di pintu terminal, tak lama kemudian kami bertemu, aku langsung memeluknya, sudah lama aku tak bertemu dengannya, biasanya perjumpaan kami hanya via telpon dan itupun sangat jarang karena aktivitas kami yang sangat-sangat padat. Setelah berusaha mencari tempat menginap, akhirnya kami memakai bus bandara dan disambung dengan taxi akhirnya kami sampai di penginapan yang letaknya lumayan jauh dari bandara itu. Malam hari kami bercengkrama dan menceritakan tentang kehebohan keponakanku, dia menangis minta ikut mamanya ke Jakarta, dengan gaya khas anak kecil yang lugu, dia mengatakan bahwa dia ingin bertemu denganku. Dia sudah tahu kalau aku mau ke China dan dia ingin bertemu denganku dulu.

“Idang kangen lik Uning ma…”rengeknya

 Namun karena dia harus sekolah maka mamanya tak mengijinkannya ikut, lagipula siapa yang akan menjaganya nanti karena mamanya juga punya urusan pekerjaan di Jakarta. Seketika aku merasa sangat rindu pada jagoan kecilku itu, namun aku tak boleh menelponya, karena sudah pasti jika dia tahu aku bersama mamahnya dia akan menangis. Aku cukup mendoakanya, semoga dia menjadi anak yang pandai dan bisa bertemu denganku suatu saat nanti. Dia juga mengatakan bahwa dia juga mau sekolah diluar negeri, aku meng-Amin-ni cita-citanya itu, cita-cita yang keluar dari mulut manis anak kecil yang mengingatkan aku pada ikhsan, si kecil dari desa Matras. Sudah seperti apakah dia sekarang? Masih ingatkah dia dengan kakak-kakak ini? Semoga cita-cita para malaikat kecil itu bisa terkabul, cita-cita yang polos dan penuh kekuatan.
Pagi hari kami bertiga jalan-jalan di kawasan blok M, kami hanya ingin refreshing dan menghilangkan penat, lama memutari pusat perbelanjaan Blok M itu, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 kami harus segera pulang ke penginapan, karena aku harus siap-siap ke bandara, perjalananku masih panjang, tujuanku bukan di Jakarta saja, malam ini aku harus terbang ke China ! dan kakaku harus segera ke tempat diklatnya yang rupanya bukan di Jakarta tapi di Bogor, perjalanan Bogor-Jakarta membutuhkan waktu yang lumayan lama. Aku juga takut akan kemacetan menuju jalur bandara sehingga aku harus meluncur lebih awal. Sampai di penginapan kami membersihkan badan karena seharian diluar membuat badan kami terasa lengket dengan udara Jakarta yang sangat panas itu. Sembari bersiap-siap, kakaku mangatakan padaku bahwa dia ingin mengantarkan aku ke bandara juga. Namun dia harus laporan kedatangan ke kantor bogor untuk mendapatkan kunci penginapan. Setelah dihitung-hitung, ternyata perjalanan Bogor-Jakarta tidak terlalu jauh jika menggunakan taksi, itu kalau tidak macet. Dan pesawatku baru akan terbang jam 21.00 malam, sekarang baru jam 15.30 perjalanan Bogor-Jakarta dengan taksi bolak-balik diperkirakan hanya 2 jam, jadi akhirnya kami memtuskan untuk memesan 2 taksi, 1 taksi ke bandara dan 1 taksi ke bogor. Nantinya kakaku akan langsung ke bandara setelah urusan check in di kantor selesai karena ternyata urusan check in itu tidak bisa diwakili atau sekedar menggunakan telepon, dia harus datang dan menandatangani beberapa berkas kedatangan.
Perjalanan ke bandara memakan waktu sekitar 1 jam, ini dikarenakan kondisi jalan yang macet, walaupun kami sudah masuk jalan tol. Inilah Jakarta dengan segala kemacetanya. Berkali-kali aku hubungi kakaku, aku takut kalau dia juga terkena macet yang parah, aku kira dia tidak perlu kembali lagi ke bandara kalau memang kondisi jalan tidak memungkinkan untuk dilalui dan efisiensi waktu, tenaga serta uang. Jika macet terjadi otomatis argo taksi akan sangat membengkak, apalagi untuk perjalanan bolak-balik Bogor-Jakarta, aku tidak bisa membayangkan itu !
Sampai di bandara, rupanya loket check in untuk pesawat Garuda Indonesia jurusan Jakarta-Beijing belum dibuka, sehingga aku memutuskan untuk menunggu beberapa saat. Berkali-kali aku telpon kakaku itu tapi dia tidak mengangkat, aku menjadi semakin khawatir. Tak berapa lama kemudian dia mengirimku sebuah sms dia mengatakan sedang dalam perjalanan menuju Jakarta lagi. Alhamdulilah aku menjadi sedikit tenang. Setelah counter check in dibuka, segera aku menuju tempat itu dan ternyata aku menjadi penumpang pertama yang check in untuk rute Jakarta-Beijing. Aku membawa semua barang-barangku yang aku kira akan over bagage lagi. Walaupun aku sudah mendapatkan tiket student dengan bagasi 40 kg, namun masih saja over karena banyaknya barang yang aku bawa. Petugas sempat menegurku, namun aku segera menunjukkan visa studentku dan mengatakan bahwa itu adalah perjalanan pertamaku ke China. Aku tunjukan semua dokumen berikut surat undangan dari Beihang University, rupanya bagasiku over 6 kg, petugas sempat bingung, aku membawa 1 tas koper besar berisi baju, 1 tas koper kecil berisi makanan dan perlengkapan lain, 1 tas jinjing berisi buku, 1 tas ransel berisi laptop dan peralatan elektronik lainnya dan 1 tas pundak kecil untuk tenpat dompet, paspor dan surat-surat perjalanan yang sekiranya akan sering dibuka tutup untuk ditunjukkan kepada petugas selama proses perjalanan. Aku mengatakan pada petugas bahwa aku bisa membawa tas ransel dan tas koper kecil itu ke kabin. Namun setelah ditimbang, tas koper besar dan tas jinjing yang akan dimasukan ke bagasi itu kurang dari 40 kg tetapi jika ditambah dengan 1 koper kecilku itu akan over 6 kg. Aku mengatakan pada petugas, oke akan saya bayar kelebihanya silahkan dihitung. Setelah berpikir lama, petugas mengurungkan pembayaranku itu dikarenakan over bagage-ku masih tergolong normal dan bisa dimaafkan terlebih karena aku new student dan ini perjalanan pertamaku. Aku merasa bersyukur sekali, Allah benar-benar memudahkan perjalananku.
Setelah check in selesai, aku kembali keluar dan menemui rekanku, aku masih sangat cemas pada kondisi kakaku, dia mengatakan bahwa jalanan sangat macet, aku takut kalau-kalau dia tidak bisa mengejar waktu sampai di bandara. Sambil menunggu aku teringat kalau aku belum punya mata uang China (Remimbi/RMB/Yuan) seperpun. Aku hanya membawa dolar dan rupiah saja, sebenarnya aku dan ibuku sudah berusaha mencari mata uang china di kota kecilku sehari sebelum berangkat ke jogja, namun nihil kami tak mendapatkanya, akhirnya daripada pulang dengan tangan kosong, aku menukarkan uang rupiah ke dolar. Ini untuk cadangan saja, sebenarnya aku akan diberi uang kedatangan saat sampai di China, namun aku takut saja jika uang kedatangan itu tidak langsung diberikan, mengingat aku datang 1 minggu lebih awal dari jadwal registrasi yang ditentukan oleh panitia. Selain itu aku juga sudah merubah status tabunganku di salah satu Bank swasta, yang tadinya status debet biasa saja langsung aku ubah menjadi gold sehingga bisa dipakai untuk bertransaksi diseluruh dunia.
Sembari mencari money changer yang menjual mata uang China dengan harga miring, telponku bergetar, ternyata kakak iparku sudah sampai di bandara, pesawat Garuda yang dia pakai sudah landing dan dia akan segera menemuiku. Selesai menukar uang, aku menemui kakak iparku tersebut dan kami memutuskan untuk menunggu kakak perempuanku bersama-sama. Sembari menunggu, kami bertiga memutuskan untuk makan malam bersama di salah satu quick food di bandara yang terletak tidak jauh dari terminal keberangkatan internasional itu. Aku semakin cemas karena kakak perempuanku tidak kunjung datang. Sekitar 15 menit kemudian kakak perempuanku menelponku, dia mengatakan bahwa dia sudah di bandara dan cepat-cepat aku mencarinya. Lega rasanya semua sudah berkumpul disini, aku bisa menata hatiku lagi, namun tiba-tiba perasaan enggan pergi ini mulai menggelayut di dadaku, tetapi sengaja aku sembunyikan agar tidak merusak suasana kehangatan itu. Kami memesan makanan dan makan dengan santai dan sesekali disertai candaan. Suasana hangat itu membuatku semakin enggan pergi, namun ternyata waktu berjalan sangat cepat, jam 20.00 itu aku sudah harus masuk ke ruang tunggu, karena pesawat akan segera berangkat pukul 21.00, selesai makan kita berfoto-foto dan bergegas menuju pintu terminal. Di pintu terminal itu kakiku terasa sangat berat untuk melangkah kedalam. Aku masih ingin bersama mereka lebih lama. Aku tak tahu apa yang terjadi esok hari di China, aku tak mau meninggalkan zona nyamanku ini. Aku sangat mencintai mereka. Berkali-kali teleponku berdering, ada sms dari para sahabatku yang mengetahui rencana keberangkatanku ini, mereka mendoakanku dalam sms itu, tak lupa pula ibuku menelpon memastikan bahwa aku sudah berada di bandara saat ini. Aku juga tak lupa menelpon kakak perempuanku yang pertama aku ingin meminta doa restunya dan aku juga ingin mendengarkan suara keponakan-keponakanku yang tak bisa menemuiku saat itu.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 20.30 itu tandanya aku harus melepaskan dekapan erat keluargaku saat itu. Aku harus segera pergi. Tak terasa air mataku mulai menetes, aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk menahanya tapi akhirnya jebol juga saat kakak perempuanku memeluku dengan erat seolah tak mau melepaskan aku, dia menangis tersedu dalam pelukanku, dia mengatakan aku harus segera pulang dan membahagiakan orang tua, aku harus menjaga diri dengan baik dan pastikan pulang secepatnya, keluarga menungguku di tanah air. Aku semakin tidak tahan dengan tangisan kakak perempuanku itu, aku semakin tidak mau melangkahkan kaki untuk masuk kedalam terminal. Setelah dia mengusap air matanya, aku putuskan untuk benar-benar pergi. Kali ini aku harus kuat, aku segera menghapus semua air mataku dan memastikan bahwa aku benar-benar siap terbang malam ini. Lambaian tangan mereka seolah mengartikan bahwa aku harus segera pergi, wujudkan mimpi-mimpi dan cita-cita, bergegaslah kembali untuk mengabdi pada tanah air. Sebelum kakiku benar-benar melangkah menuju pintu terminal, seseorang yang selalu menemaniku berlari kearahku dan membisikan sesuatu ditelingaku, aku tahu apa maksudnya yang kurang lebih akan sama dengan bergegaslah pulang Uvi, aku menunggumu. Air mataku menetes lagi, kali ini aku benar-benar cengeng dan sangat sensitive, tak tahu harus mengatakan apa padanya, aku hanya mengatakan, tolong jaga orang tuaku untukku...
Memasuki pintu pengecekan paspor oleh petugas imigrasi di bandara, aku masih saja menangis, aku tak kuasa meninggalkan mereka. Namun setidaknya hal ini masih normal, aku tidak tahu apa yang terjadi jika yang ada diluar sana adalah ibuku, wanita yang sangat aku cintai, mungkin aku akan pingsan saat itu juga dan tidak jadi berangkat (lebay), bahkan sampai di ruang tunggu itupun aku masih saja meneteskan air mata. Hatiku benar-benar sedih saat itu. Seketika aku teringat, aku harus mengirim beberapa sms balasan ke teman-teman yang dari tadi mengirimiku sms selamat jalan. Sebelum handphone-ku benar-benar dimatikan di dalam pesawat, maka aku kirim sms balasan yang hampir semuanya sama karena aku kirim secara serempak, aku tak kuasa lagi untuk mengetik banyak sms saat itu, hatiku benar-benar pilu dan sedih sehingga rasanya semua organ tubuh ini ikut merasakan betapa nestapanya hatiku ini. Tak lupa aku kirim sms ke keluargaku dan ibuku, aku mengatakan jangan menelponku lagi, karena aku sedang di ruang tunggu, aku mengatakan pada mereka bahwa aku takut akan pingsan jika mereka tetap menelponku, aku mengatakan aku akan segera memberi tahu mereka kalau esok sudah sampai di Beijing dan tolong doakan perjalananku malam ini bisa selamat sampai tujuan.
Ternyata pesawat Garuda yang akan membawaku ke Beijing ini harus delay selama kurang lebih 1 jam, sesorang yang membisikan kata-kata sebelum aku masuk terminal itu menelponku dan memastikan bahwa kakak perempuanku sudah diantar ke tempat pemberhentian bus bandara dan bahkan sudah naik bus bandara menuju Bogor. Kemudian kakak iparku sudah naik taksi menuju hotel tempat dia menginap malam ini. Dia sendiri akan melanjutkan perjalanan menuju tempatnya mencari rizki dengan menunggu pesawat yang akan membawanya ke kota pengharapannya itu. Dia merupakan salah satu diantara suporter- suporterku selama ini. Yang selalu mendukungku untuk mewujudkan segala asa dan cita-citaku untuk kuliah di luar negeri dan menggapai prestasi demi prestasi. Dia adalah supporter terbaik setelah keluargaku. Perannya sangat penting bagiku, tanpanya mungkin aku tak bisa lulus dengan cepat dan tepat waktu, dia sangat membantuku, akupun berjanji dalam diriku bahwa aku akan membantunya mewujudkan mimpi-mimpinya sama halnya dia berjanji membantuku mewujudkan mimpi-mimpiku. This I promise you, Insya Allah…
Sampai di dalam pesawat aku masih saja menangis, aku tak tahu bagaimana mengatasi diriku ini. Aku benar-benar sangat sedih saat ini. Dalam hati aku berjanji, aku pasti akan segera kembali untuk kalian...
Tepat pukul 22.00 pesawat garuda jurusan Jakarta-Beijing lepas landas. Berbait-bait doa aku panjatkan saat di udara ini. Aku tak punya siapa-siapa lagi selain Allah yang selalu kubawa kemanapun aku pergi, aku tak bisa menelpon keluargaku karena telepon genggam harus dimatikan selama perjalanan, kebetulan kursi sebelahku ini kosong sehingga aku bisa dengan leluasa menangis. Aku buka camera-ku, camera berwarna pink yang entah hadiah atau pinjaman seseorang yang mengantarkan aku ke bandara tadi, camera yang akan membantuku merekam memori dan kenangan-kenanganku dalam menjalani hari-hari di Beijing sebagai bukti bahwa aku bisa sampai di Beijing dan berkeliling di kota itu yang nantinya hasil fotonya akan menjadi bukti sejarah perjalanan hidupku dan akan aku ceritakan pada anak cucuku kelak, kemudian akan aku perlihatkan pada dunia bahwa aku bisa mewujudkan cita-citaku. Aku putar video dan slide-slide kenangan yang aku ambil saat lebaran bulan lalu. Aku lihat video keponakan kembarku yang begitu menggemaskan. Aku lihat foto-foto keluargaku, dan itu lumayan bisa mengobati sakit hatiku ini. Sepanjang perjalanan aku tak bisa memejamkan mata, hatiku masih sangat sakit, meninggalkan mereka yang aku cintai.

Saat aku berusaha memejamkan mata salah seorang pramugara menghampiriku

Pramugara : mbak kenapa gak tidur? Maaf ya mbak kalau terganggu dengan kondisi pesawat yang kurang nyaman, biasa mbak orang asing memang suka rebut (sambil menunjuk dengan hati-hati pada serombongan orang China yang sedang main kartu di dalam pesawat)
Me : ahh gapapa mas, saya cumin lagi sedikit gak enak badan (sambil mengusap air mata)
Pramugara : mbak mau ke china ada urusan apa?
Me : mau sekolah mas
Pramugara : ooh mau lanjut kuliah S1 ya disana? Ambil jurusan apa? Kok sendirian saja?
Me : bukan mas, saya mau lanjut S2 Insya Allah, ambil engineering mas, iya sendirian saja nanti disana juga Inysa Allah ada kawan (sambil agak ke-geer-an gara-gara dikira baru lulus SMA)
Pramugara : wah mau S2? Ah yang bener mbak, kelihatannya masih kecil gini kok
Me : ya bener mas ngapain juga saya bohong (sambil tersipu-sipu merasa muda kembali)
Pramugara itu sangat baik padaku, melihat aku yang tidak bisa tidur semalaman membuatnya menawarkan aku berbagai macam makanan yang tersedia di kabin. Namun kondisi hatiku saat ini sedang tidak bersahabat dengan makanan seenak apapun. Aku mencoba untuk tidur walau sekejap, karena aku yakin esok di Beijing aku akan melanjutkan perjalanan baru dan kepengurusan kedatanganku akan lumayan menguras energi.
Baru bisa terlelap beberapa menit, terjadi keributan di dekat kabin belakang. Kebetulan posisi tempat dudukku yang berada di bagian nomor 2 dari kabin belakang menjadi sangat jelas mengenai keributan apa yang terjadi malam ini. Rupanya salah seorang penumpang asli zhongguo (baca : China) mengalami serangan jantung mendadak malam itu. Sontak seluruh crew pesawat sangat kebingungan dan kaget. Namun karena mereka sudah terlatih, kondisi itu bisa segera pulih. Untung saja orang yang terkena serangan jantung itu ada bersama dengan keluarganya. Sehingga salah seorang pramugari yang menelpon si kapten yang berada di kokpit pesawat untuk meminta pendaratan mendadak di bandara terdekat itu menelpon kembali si kapten bahwa si penumpang sudah bisa dipulihkan. Awalnya mereka sempat bingung karena si penumpang tak bisa ditanyai dengan menggunakan bahasa inggris, namun rupanya ada satu crew yang benar-benar asli dari China sehingga dia bisa berbicara dengan penumpang yang sakit tersebut. Ternyata dia bersama keluarganya di dalam pesawat tersebut. Kemudian si penumpang itu dipapah dan dibaringkan ditempat istirahat para crew pesawat yang letaknya bersebelahan dengan tempat dudukku. Aku sempat takut juga kalau-kalau si penumpang itu kambuh lagi penyakitnya. Namun segera aku buang pikiran itu jauh-jauh dan bergegas untuk tidur.
Kurang lebih 2 jam sebelum pesawat landing, para crew pesawat membagikan makan pagi untuk para penumpang. Menu makanannya lumayan enak dan dijamin halal. Aku baru sadar kalau sesaat lagi akan sangat sulit bagiku menemukan makanan yang halal, dan pastinya aku akan sangat kelelahan karena tidurku malam ini kurang berkualitas. Pramugara yang baik hati itu menasehatiku untuk menghabiskan makanan itu karena perjalananku akan sangat melelahkan hari ini, tak lupa sebelum pesawat benar-benar mendarat, dia memberiku beberapa buah roti untuk bekalku di beijing, semoga Allah membalas semua kebaikannya, amin. Setelah pesawat benar-benar akan menginjakan rodanya di daratan Beijing, aku ingat pesan kerabatku untuk membaca sholawat nabi dan ayat kursi agar aku dijauhkan dari segala hal yang tidak diinginkan dan selalu dijaga dalam segala tindakan saat aku di negeri orang ini. Aku mohonkan doa itu dengan sangat khusyuk, dan tak terasa aku meneteskan air mata lagi. Aku sudah rindu keluargaku….
Akhirnya aku sampai di Beijing, China. Negeri pengharapanku dalam meniti masa depan. Dan hari ini pukul 06.00 waktu Beijing, atau setara dengan 05.00 WIB aku menginjakan kaki pertamaku di negeri orang. Aku berharap segala kebaikan dan ridho-Nya akan selalu menemaniku disetiap jejak langkah kakiku menapak di negeri pengharapan ini.



Ya Robbi, mudahkanlah segala urusanku disini, mudahkanlah langkahku mencapai cita-cita, karena engkaulah sebaik-baik maha pemberi kemudahan...
Ya Maha yang membolak-balikan segala isi hati, mantapkanlah aku di bagian bumi-mu ini Ya karim, buatlah hatiku mantap akan segala keputusanku ini, jangan biarkan setan menggerogoti segala keyakinanku, jagalah aku dan hatiku duhai sang maha indah...


يامقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
'Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Diinik'

Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.”
[HR.Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302, al-Hakim 1/525, Lihat Shohih Sunan Tirmidzi III no.2792]

  
يا مقــلـب لقــلــوب ثبــت قــلبـــي عــلى طـا عــتـك
'Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Ta'atik'

Artinya: “Wahai Dzat yg membolak-balikan hati teguhkanlah hatiku diatas ketaatan kepadamu”
[HR. Muslim (no. 2654)]

  
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
'Allaahumma Musharrifal Quluub, Sharrif Quluubanaa ‘Alaa Tho'atika'

Artinya: “Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat kepadamu.” (HR. Muslim)

 
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
'Rabbabaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lana Mil-Ladunka Rahmatan Innaka Antal-Wahhaab'

Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).”
(QS. Ali Imran: 7)



“Sesungguhnya Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada Kamilah mereka dikembalikan”
(Q.S Maryam ayat 40)

“Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”
(Q.S An-Nissa ayat 97)

“Wahai hamba-hamba-Ku yang beriman! Sungguh, bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku (saja)”
(Q.S Al-Ankabut ayat 56)





###


Ternyata IPK dan TOEFL bukan segalanya!!!

Awalnya aku berpikir bahwa yang berhak mendapat beasiswa ke luar negeri adalah dia yang super jenius dengan nilai (IPK) tingkat dewa, yang bisa berpikir serba cepat layaknya halilintar menyambar, yang prestasinya sangat-sangat membanggakan dan bisa dibuktikan dengan berderet-deret piala yang pernah didapat sewaktu sekolah/kuliah serta piagam penghargaan yang bertumpuk-tumpuk. Karena itu yang aku lihat. Hampir semua temanku yang diberangkatkan ke luar negeri untuk menempuh jenjang pendidikan S2 atau S3 itu adalah dia yang kriterianya aku sebutkan diatas atau beliau-beliau yang berprofesi sebagai dosen disebuah perguruan tinggi bergengsi di tanah air.
            Pernah aku tanyai ke seniorku yang mendapatkan kesempatan untuk student exchange ke beberapa negara, dia menjawab bahwa nilainya memang sangat istimewa, atau IPK lumayan dewa, kemampuan bahasa inggrisnya juga so good dibuktikan dengan nilai TOEFLnya yang nyaris sempurna. Dilain kesempatan aku tanya dosenku yang mendapat beasiswa yang sama beliau menjawab bahwa nilainya sewaktu kuliah itu sangat oke begitu pula dengan kemampuan bahasa inggrisnya.
            Mendengar kenyataan itu aku sudah minder duluan, mungkinkah aku yang IPK nya biasa-biasa saja ini dan nilai TOEFL yang tergolong kurang oke ini mendapatkan kesempatan untuk belajar di luar negeri? Sambil mencari-cari artikel tentang belajar keluar negeri, tak sengaja aku temukan salah satu blog yang memuat pengalaman belajar ke luar negeri. Si penulis blog menceritakan bahwa nilainya saat sebelum berangkat adalah sangat mepet hanya 3,00 dan kemampuan bahasa inggris yang tidak terlalu bagus. Dia bisa mendapatkan beasiswa di salah satu universitas di Jepang dengan sponsornya adalah Pemerintah Jepang itu sendiri. Wah tertarik sekali aku ingin mencobanya, namun setelah berkali-kali mencoba untuk mengontak profesor di salah satu perguruan tinggi di jepang, tak ada satupun yang mau menggubris. Pernah aku mengontak salah satu profesor yang ada di universitas dimana temanku mendapatkan beasiswa S2 di Jepang, temanku memberitahukan bahwa temanya yang berada di Lab lain (tetangga Lab) menceritakan bahwa ada student dari Indonesia mengirim email  ke profesor, temanku berfikir siapa lagi kalau bukan aku? Karena memang aku tergolong paling cerewet dan banyak bertanya kalau masalah beasiswa ini. Mendengar berita itu aku langsung berfikir positif, mungkin tak lama lagi emailku akan dibalas oleh sang profesor. Aku harus bersiap-siap jika kabar itu adalah kabar buruk, aku ditolak dan bersiap mencari profesor pengganti, atau aku harus bersiap pula untuk menerima kabar baik darinya jika memang aku diterima menjadi salah satu mahasiswi bimbingan si profesor tersebut. Namun nyatanya nihil, hari berganti minggu dan minggupun telah berganti bulan, tidak ada kabar lanjutan dari emailku tersebut bahkan sampai temanku itu lulus dan melanjutkan studinya di universitas yang sama.
            Selama aku menunggu, selama itu pula semangatku tak pernah padam, bahkan semakin hari semakin bersemangat. Aku sangat yakin seyakin yakinya pasti akan ada lembaga beasiswa yang mau menerimaku bahkan dengan nilai TOEFL yang sangat minim, 473, aku percaya kekuatan doa dan usaha yang sungguh-sungguh.
            Semua itu terbukti setelah aku mendapatkan beasiswa di negeri tirai bambu ini, nilai TOEFLku masih sama 473 dan bukan TOEFL international, hanya TOEFL prediction yang bisa aku ikuti testnya dengan harga hanya Rp 50 ribu. Selain itu IPK ku juga tergolong biasa saja, hanya sekedar cukup untuk kategori cumlaude, hanya 3,53. Padahal ada beberapa teman yang bilang untuk belajar ke luar negeri itu IPK nya harus minimal 3,6 TOEFL nya minimal 550. Sehingga aku sangat-sangat tersugesti disamping itu beberapa penawaran beasiswa yang ada dikampusku selalu memberikan kriteria nilai 550 untuk international TOEFL dan 3,6 untuk IPK, sehingga aku selalu mengurungkan niatku untuk bergabung. Namun setelah aku tanya ke teman-temanku sesama penerima beasiswa dari Chinese Government ini rata-rata IPK mereka tidak lebih dari 3,3 bahkan ada yang 3,2 dan pada awal mendaftar mereka masih berstatus sebagai mahasiswa, sama sepertiku. Mereka mendaftar di tahun terakhir sebelum kelulusan, sehingga apabila mereka diterima maka setelah lulus S1 mereka bisa melanjutkan S2 secara langsung tanpa terputus.
            Pada dasarnya manusia itu diciptakan dengan segala kekurangan beserta kelebihanya. Sekarang tinggal bagaimana kita memanage diri kita dan mengoptimalkannya. Sebagai contoh, aku tidak begitu oke dalam hal per-TOEFL-an, namun aku maksimalkan nilaiku sewaktu di S1 tapi dengan tidak melebihi batas, aku masih cukup tahu diri. Kemampuan akademiku bisa tergolong menengah dan aku tidak menjangkau nilai setinggi gunung, cukup dengan nilai 3,53 ini sudah bisa menutupi kekurang-oke-an-ku dalam hal per-TOEFL-an versiku. Setiap orang punya standar dalam hal akademiknya, dimana hanya orang tersebut saja yang bisa mengukur, seberapa pantas dia mendapatkan nilai yang tinggi atau nilai yang rendah. Jika memang nilai yang didapatkan masih tergolong rendah dan dia merasa bahwa seharusnya nilainya itu sekian dan sekian, mungkin hal itu berasal dari kurangnya doa yang dipanjatkan atau orang itu terlalu meremehkan sehingga hal yang sekiranya dianggap mudah malah sebaliknya. Mudah memang saat mengerjakan soalnya misalnya, namun nilainya diluar dugaan, mungkin karena usahanya kurang atau doanya kurang. Atau sangat sulit saat mengerjakan tapi kok malah nilainya bagus dan diluar dugaan atau bahkan diluar perkiraan yang biasa disebut hoky, hal itu kemungkinan berasal dari usaha yang sungguh-sungguh dan keikhlasan orang tersebut setelah sekuat tenaga dalam berusaha. Ingat, Allah akan melihat usaha kita dan selalu mendengar doa kita. Allah tidak pernah tidur.
            Jika memang nilai kemampuan bahasa kita dan nilai akademik kita masih kurang, maka kita bisa mengoptimalkan nilai keaktifan kita, misalnya aktif dalam organisasi, aktif ikut seminar bahkan aktif ikut lomba-lomba (seperti aku) walaupun belum pernah menjuarainya, janganlah minder akan hal tersebut. Menang kalah itu hanya sekedar permainan, pada dasarnya semua peserta lomba itu adalah pemenang, dia sudah bisa menang walau hanya sekedar datang dan berpartisipasi, karena masih banyak orang-orang diluar sana yang mungkin enggan untuk berpartisipasi dan lebih memilih untuk duduk manis dirumah atau bahkan tidur nyenyak di kosan (mahasiswa banget). Bersyukurlah kita yang sudah bisa datang dalam acara itu, artinya kita sudah bisa memenangkan hawa nafsu kita untuk bermalas malasan dikamar kos dan lebih memilih untuk datang dan berpartisipasi di acara itu.
            Begitu pula halnya dengan mendaftar beasiswa, pada dasarnya semuanya berhak mendapatkan beasiswa, hanya waktunya yang berbeda. Mungkin dia belum bisa mendapatkan di tahun ini, siapa tahu di tahun mendatang atau di program beasiswa yang berbeda dia bisa mendapatkannya bahkan dengan nominal beasiswa yang lebih besar. Kita yang telah mencoba program beasiswa ini juga pada dasarnya adalah pemenang, karena kita sudah berhasil melawan rasa kurang percaya diri karena IPK atau TOEFL kita yang kurang oke. Ini juga berkaitan dengan bagaimana kita mengoptimalkan dan mengetahui keunggulan-kaunggulan diri kita masing-masing. Dan orang yang bisa mengukurnya hanya diri kita masing-masing. Mungkin sesekali kita bisa meminta pendapat teman atau guru kita disekolah dalam mengukur potensi sekaligus kekurangan dalam diri kita. Dan satu lagi, Allah tidak pernah tidur dan tidak pernah lelah untuk mengawasi hambanya. Allah selalu siap siaga memantau hamba-hambanya. Allah maha tahu, bahkan untuk sesuatu yang disembunyikan dalam diri kita, Allah lebih dekat daripada urat nadi kita !
            Kalau pengalamanku di program beasiswa dari Chinese Government ini, nilai kemampuan bahasa tidak menjadi dominan, karena program ini disediakan dalam dua ketegori pada umumnya, yaitu peserta yang berminat dengan bahasa pengantar bahasa inggris yang tentunya harus menyertakan sertifikat TOEFL, dan peserta yang berminat dengan bahasa pengantar bahasa mandarin yang harus menyertakan sertifikat HSK. Namun itu juga tidak terlalu saklek, jika memang peserta belum memenuhi syarat bahasa dari kedua bahasa yang ditawarkan tersebut, ada alternatif lain yaitu kursus bahasa selama 1 tahun yang akan diberikan secara gratis bagi yang berminat. Ada salah seorang temanku dari Vietnam, dia merupakan penerima beasiswa dari CSC untuk tahun 2011, namun dia ikut masuk ke S2 bersama-sama ku di tahun 2012 karena awal dia sampai disini belum bisa bahasa inggris dan bahasa mandarin yang tergolong biasa saja yang tidak memungkinkan untuk langsung masuk ke kelas saat itu, sehingga dia mendaftar program kursus bahasa mandarin selama 1 tahun. Baru di tahun 2012 setelah dia selesai pada program kursus bahasa mandarin itu, dia masuk ke kelas S2 bersamaku, namun dalam kelas dan jurusan yang berbeda. Karena kelasku adalah kelas internasional dengan bahasa pengantar bahasa inggris, sedangkan temanku itu kelas internasional dengan bahasa pengantar bahasa mandarin. Namun kebijakan pengadaan kelas untuk mahasiswa asing juga tergantung dari masing-masing universitas. Kita harus mencari tahu terlebih dahulu tentang seluk beluk bahasa pengantar yang diberikan pihak universitas, jangan sampai kita salah langkah dikira ada kelas bahasa inggris, eh malah adanya bahasa mandarin, kalau kita ready mungkin tidak jadi masalah, ready dalam artian siap belajar 1 tahun untuk program bahasa, namun jika tidak kan bisa jadi bahaya. Tetapi pada umumnya kita akan ditanya dulu kok bahasa pengantar apa yang kita inginkan. So, jangan takut untuk mencoba. Jika memang tidak ada kelas bahasa inggris yang available  di universitas tersebut, kan masih ada banyak universitas dari 31 provinsi tersebar di China yang bekerjasama dengan CSC.
            Walaupun bahasa pengantar dikelasku menggunakan 100 % bahasa inggris, bukan berarti aku tak harus tahu bahasa mandarin. Tentu saja aku harus belajar walau sedikit. Setiap mahasiswa internasional di sini akan mendapatkan kelas bahasa mandarin yang lama dan jenis kelasnya disesuaikan dengan kebijakan masing-masing kampus. Untuk kampusku sendiri, Beihang University, memberikan 1 tahun program bahasa mandarin gratis dan ini merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa asing sepertiku. Sehingga litle by litle aku tahu dan bisa memahami penggunaan kata dari bahasa mandarin ini. Terus terang aku tak pernah mengambil kursus bahasa mandarin dan sejenisnya selama aku di Indonesia. Mendengar percakapan dalam bahasa mandarin saja bisa dihitung dengan jari. Namun setelah aku disini, Alhamdulilah aku bisa sedikit berbicara dan menangkap pembicaraan para native.  
Jadi sekali lagi aku ingatkan pada teman-teman yang benar-benar ingin mendapatkan beasiswa, jangan pernah menyerah dan berputus asa, semua pasti ada jalanya, optimalkan diri kalian, kenalilah kelemahan dan keunggulan dalam diri kalian dan berfikir bagaimana cara mengatasi kekurangan sehingga menjadi sebuah kelebihan. Karena pada dasarnya manusia itu diciptakan dengan kelemahan dan kelebihanya.
Okky setiana dewi mengatakan dalam bukunya, bermimpilah sekalipun itu mimpi untuk memeluk bulan...dan sekarang aku telah memeluk bulan itu. Si kerdil yang nilai TOEFL nya masih dibawah standar bisa ke luar negeri dengan segala susah payahnya....

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah”
(Q.S An-Nissa ayat 28)

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”
 (Q.S Al Anfaal ayat 46)

” Dan apabila manusia ditimpa bencana, dia mohon pertolongan kepada Tuhannya dengan kembali taat kepadaNya, tetapi apabila Dia memberikan nikmat kepadanya, dia lupa (akan bencana) yang pernah dia berdoa kepada Allah sebelum itu dan diadakannya sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalanNya”
(Q.S Az-Zumar ayat 8)




###

Thursday, February 13, 2014

Xin nian kuai le

Tahun baru chinese kali ini rasanye beda banget sama tahun lalu. Kembang api yang jeglar jegler ga sebanyak tahun lalu dan tentunya kali ini udah ada zaujiy disampingku, jadinya tambah seru. Seperti biasa karena lagi libur winter, jadi kita ya aktivitasnya itu2 aja. Awalnya mau ke Xinjiang, tapi setelah dipikir2 biayanya gede banget buat berdua hampir 6jt pp, mending duit segitu ditabung aja buat umroh, kata zaujiy. Jadi kita di asrama aja, menikmati hari, sambil main main keliling Beijing. Soalnya Beijing aja guede banget, belum semua tempat kita jabani. 

Nah buat xin nian kali ini, kita main ke yuanming yuan alias old summer palace, kan bulan kemarin udah ke new summer palace alias iheyuan, jadi sekarang kita maen ke tempat yang beda lagi. Konsep tata tamannya lebih bagus iheyuan tapi yang menarik disini ada reruntuhan bangunan bangunan jaman portugis di china, jadi berasa serem2 gimana gitu. hehehe..., tapi belum juga semua dijajah eh aku udah kedinginan, karena letaknya yang pinggir danau. Walhasil, ga tahan dinginnya, pengenya pulang.

Kita cuma 2 jam aja disini, lihat atraksi tongkat yang super keren dari mbak2 dan kakek2 chinese, terus lihat cara pembuatan permen yang bisa dibentuk jadi binatang hanya dengan cara meniup permenya, lihat atraksi gerobak putri raja, dimana si putri raja itu ya para pengunjung yang mau bayar tiket gerobak, kemudian naik diatas gerobak yang di gotong sama kakek2. Haduh, lihat atraksi ini paling miris deh. Udah yang naik ibu2 yang lumayan gempal badannya, eh yang gotong si kakek2 udah pada tua. Sempet ditawarin zaujiy buat naik, tapi ogah ah kasihan, malu juga.

Atraksi gerobak putri raja

Permen bentuk binatang

Happy couple

Oya, diawal liburan tahun baru kebetulan kita juga dapet invitation dari KBRI Beijing buat jalan2 gratis ke nanshan sky village, disana kita maen sky. Ini sebenarnya acara dari KBRI gratisan buat mahasiswa, staff dan masyarakat indonesia di beijing. Wah senangnya. Tapi disana yang maen sky cuma beberapa karena ngeri dan susah juga ternyata, udah gitu mahal pula pinjem alat sky nya. So, yang maen si zaujiy dan teman2 aja, aku mah lihatin dia maen aja udah seneng, sambil poto2 sendiri hehe...tapi ya lucunya karena emang ga bsia maen sky akhirnya jatuh2 mulu si dia. Yang keren banget dari nanshan sky village ini saljunya bukan salju asli, tapi salju buatan yang ditaruh di lereng2 bukit. Wah subhanallah bener dah ini teknologinya orang china. Jadi ini daerah perbukitan di pinggiran beijing yang ada beberapa bukit semuanya ditutup sama salju buatan, jadi saljunya buanyaaak banget. Hemm...gimana cara ngerawat saljunya ya kalo musim panas beijing kan hooot bangeet. Disini areanya luas banget, jadi ada area buat beginer, middle sama advance. Yang advance itu bisa nyorok dari atas bukit tinggi banget gitu dan naeknya pake gondola. Sementara yang middle mah pake eskalator aja, nah kalo yang beginer ga usah pake bantuan apa2 ya naeknya lah wong tempatnya landai gitu. Hehe....keren banget ini tempat deh, anadi Indonesia bisa buat tempat kaya gini. hemmm...






Belum juga euforia tahun baru selesai, eh yang ditunggu tunggu sama kita datang juga, yaituuu saljuuu....
Jumat malem (6/02/2014) zaujiy udah nengok2 jendela terus karena kabar dari tianqi yubao katanya ini malem mau turun salju. Tapi berhubung udah ngantuk banget salju ga turun2 akhirnya kita tidur dan paginyaa wah semua kota sudah putih. Akhirnya, yasudah singnya kita keluar pas zaujiy mau jumatan, hehe kita foto2 dulu bentar pake kamera Hp, nah aps zaujiy pulang jumatan dilanjut deh foto2 bawa kamera plus tripot yang jadi andalah kita kalo pengen narsis bareng. Ya gitu deh dibawah salju, adem2 an wah pokoknya seru. Kita maen salju berdua. Akhirnya ya ada teman buat perang salju kali ini. Seperti biasa karena lagi males banget masak dan dingin pula perut udah keroncongan, aku minta traktir deh sama zaujiy ke kedai yusuf, ahaaa yangrou chuanr 10 biji langsung habis dibabat sama kita. Pokoknya seneng banget liburan kali ini, biar kita ga keliling china yang penting apapun itu dan dimanapun tempatnya kalo sama zaujiy aku mah bahagia banget.



Wednesday, February 12, 2014

My Passion is...

Ngomong2 soal passion, dulu sebelum nikah aku pengen banget berkarier sampe setinggi2nya, tapi setelah nikah dan muncul naluri keistrian-nya, karier setinggi gunung yang diimpi2kan itu perlahan menjadi bukit. Pengennya ya dirumah, ngurus suami dan anak2. Tapi aku pengen tetep sekolah dan sekolah, yes because life is never ending to study, how can we get diligent because of life. Pengen tetep belajar di bidangku ini walopun bukan bidangnya ibu2 banget, tapi bukan ilmu tentang science yang jadi tolak ukurnya melainkan ilmu tentang bagaimana kita menyikapi riset2 kita dan berhubungan dengan orang lain, dan aku yakin ilmu tentang itu lebih berharga dibandingkan ilmu tentang science yang aku kejar nantinya.

Being a mom and wife itu sesuatu banget, itu passionku sekarang. Tapi karier yang dulu diimpi2kan juga ga begitu saja hangus yaa, tetep pengen, tapi sekedar berbagi ilmu saja. Passionku berkarier tetap di dunia pendidikan entah itu di University yang jadi prior sekarang atau di SMA, SMP, SD bahkan TK? why not? an engineering doctoral degree teach in kindergarden school is amazing, yeah? yang jelas kata suamiku karier itu gak jauh2 dari tugas keibuan dan kewanitaan. Siap komandan ....!!!

Selain itu aku juga gak mau ninggalin hobby-ku yang kece banget. Yeeeyyy...dari dulu suka jahit menjahit, tapi karena selalu dikejar2 waktu dan hanya ada sewing equipment dirumah saja (gak mungkin bawa ke kosan) jadi hobby itu cuma disalurkan kalo ada waktu yang lumayan lama dirumah. Hemm, sekarang Alhamdulillah suami sangat mendukung hobby ku itu dan pas ultah-23 kemarin dibeliin mesin jahit yang cantik disini, jadi sekarang pengen deh jahit baju yang agak kece-an dikit dan ikut rule atau aturan2 baku menjahit, yaitu ikuti pola baju dan dibikin agak rapian dikit,biar eye caching dan look awesome gitu, siapa tahu impian untuk bisa bikin butik dengan hasil karya sendiri bisa tersalurkan kalo si suami mau jadi pemodal nya, Insya Allah, Amiin. Selain butik impian yang sedang diperjuangkan dengan meningkatkan kualitas keterampilan si calon empunya butik, cieehhh.... aku juga suka banget all about make up, pengen banget kursus make up yang nantinya juga pengen buka salon make up untuk weeding dan sejenisnya gitu. Itu semuanya impian masa kecil aja si, tapi sampe sekarang tetep pengen direalisasikan dan Alhamdulillah suami sangat2 mendukung. Ya profesi tetep jadi guru dan ibu dan istri tapi hobby2 itu juga tetep pengen direalisasikan. Kalo kata suami, mah...kalo ngerjain thesis jangan terlalu spaneng, kaya aku nih diselain maen game, lakukanlah apa yang kamu suka untuk hiburan. Nah berhubung aku suka all about fashion, jadi pengen nyelain pake jahit menjahit aja biar produktif.

Terimakasih ya Allah telah memberikanku suami yang sangat baik dan pengertian. Mengenai dimana nanti aku akan menetap itu terserah yang diatas saja, kalo rencana awal si pengenya di jogja aja, Alhamdulillah suami sudah ada secuil tanah disana yang walopun masih belum 100% punya sendiri alias masih nyicil, tapi sudah agak lumayan tenang. Tinggal nyari duit buat bikin bangunannya. Pengenya ga mewah2 yang penting cukup untuk tinggal aku, suami dan anak2 juga untuk butik impian.

Kalo masalah jumlah anak, hihihi.... aku maunya banyaak, tapi ya realistis, jadi ya kita mau 2 atau 3 sudah cukup. Sekarang belum mau rencanain dulu karena aku dan suami yang masih kuliah, kita juga masih pengen pacaran dulu. Karena aku pengen nyelesein semua beban kuliah dulu. Insya Allah nanti dipertengahan kuliah doctor atau diakhir mulai merencakanan momongan. Aku pengen merawat dia dengan penuh cinta, ga pengen mewakilkan perawatan ke pihak ketiga biar mantep gituuu. Insya Allah. Jadi kalo ibunya berpendidikan tinggi kan anaku ga perlu ambil banyak les di lembaga les, lesnya sama ibu aja yang sayang...hehe...

Yes, ibu adalah madrasah buat anaknya, jadi sebisa mungkin ya pendidikan anak ditangani sendiri ya. Pengen deh jadi super mom dan super wife someday....but God will give the best thing however that things is not the one we need. People only can doing and praying, the rest is up to God. God will decide....

Saturday, February 8, 2014

Sindrom penganten baru

Apakabar dengan kehidupan baruku?? Yeaaahhh Alhamdulillah kehidupanku yang baru sudah mulai tertata, sudah mulai rapih walaupun awalnya sangat2 berat, hampir nyerah kalo aku ingat semuanya. Mulai dari poliemik pra dan pasca pernikahan, setelah poliemik mereda, tepatnya 2 minggu setelah pernikahan dan suami sudah harus kembali ke rutinias pekerjaan, tubuhku mulai drop !!

Tepatnya hari kamis malam, setelah minggu sorenya suami pamit berangkat ke rumah mertua dan akan lanjut perjalanan ke Tuban. Malam itu aku ga bisa tidur (waduuuh kebiasaan ada suami yaaa neng, hehehe) bukan karena apa tapi karena seluruh tubuhku menggigil dan panas tinggi, namun aku tahan2 dan coba untuk memejamkan mata dan Alhamdulillah berhasil. Paginyapun aku tak bisa bangun namun aku paksakan saat aku dengar suara motor ibuku, sambil merangkak aku panggil2 ibuku dari jendela rumah untuk memanggilkan tukang pijit langganan keluargaku, karena benar2 seluruh tubuhku rasanya sakiiit dan pusing, mual dan sebagainya. Siangnya tukang pijit yang biasa aku panggil si mbah itu datang. Kemudian setelah memijit seluruh tubuhku selama kurang lebih 2 jam (lamanyaaa) aku bisa jalan walaupun masih sengkoyongan dan aku yang tadinya belum makan apapun mencoba mengisi perut dengan pisang goreng buatan ibu. Karena tidak ada orang dirumah setelah makan itu aku mencoba untuk tidur lagi. Tapi sia2 panas dingin itu datang lagi, walaupun sudah agak mendingan tapi tetap saja aku tak bisa tidur. Akhirnya aku ingat bahwa diatas lemari es ada obat penurun panas, bergegas aku bangun dan aku makan obat itu. Alhamdulillah setelah makan obat aku bisa langsung tidur karena efek obatnya.

Saat waktu duhur suamiku menelpon menanyakan kabar, kemudian aku bilang bahwa sakitku kali ini mirip sakitku waktu opname di RS 2 tahun lalu, dia menyarankan aku untuk sholat, tapi aku tak bisa karena aku belum mandi suci dari tamu bulanan, rencananya akan mandi hari ini tapi untuk sekedar bangun saja aku tak bisa, akhirnya dia menyarankan bersuci pakai debu yang ada disekitar saja. Akhirnya aku tayamum pakai debu yang menempel di meja dekat ranjang (ketahuan mejanya kotor hehehe) lalu sholat dibalik selimut sambil tidur karena aku tidak bisa bangun sama sekali. Setelah sholat aku tertidur. Kemudian Ibuku pulang dari kantor dan melihat kondisiku dikamar yang terbaring sangat lemah, langsung mengajaku ke RS namun aku bilang aku belum mandi karena tak bisa bangun, kemudian ibuku membawakanku makanan dan memaksaku untuk makan. Alhamdulillah aku paksakan untuk makan dan setelah makan aku bisa bangun dengan tertatih ke kamar mandi dan mandi. Setelah mandi dan sholat ashar, ibuku menyuruhku untuk berkemas dan membawa pakaian secukupnya, beliau menginginkan aku untuk opname saja di RS. 

Setelah semua siap aku diantar ibu, bapak dan salah satu tetanggaku ke RS Banjarnegara. Tetanggaku mengira kalau aku hamil, tapi aku bilang bagaimana mungkin orang aku saja baru suci dari tamu bulanan. Kemudian sampai di parkiran RS, ibuku langsung bergegas mencari pintu IGD, aku dituntun tetanggaku keluar dari mobil setelah bapakku memarkir mobil dengan aman, sekeluar dari mobil aku langsung muntah 4x. Semua makanan yang aku makan dari pagi sampai siang keluar semua di parkiran RS. Kondisiku makin melemah. Setelah ibu menemukan IGD, aku dituntun kesana, di IGD aku diperiksa oleh dokter. Kemudian si dokter menyarankan untuk rawat jalan saja, jika kondisi tidak membaik selama 3 hari maka aku disarankan untuk ke poli penyakit dalam, indikasi penyakitku magh kronis dan butuh banyak istirahat namun tidak eprlu opname di RS. Namun ibu tetap tidak tega untuk membiarkan aku hanya dikasih obat jalan, kemudian dengan berbagai cara ibu membujuk pihak RS untuk memberikan aku kamar inap, namun sayang kondisi RS sedang penuh dan tak ada kamar kelas kosong kecuali kelas 3 yang diisi banyak orang, dan dokter tidak mau memberikan kamar itu karena takutnya penyakitku bertambah parah dengan dicampurnya aku dengan orang2 yang sakit lainnya. Kemudian ibu menelpon salah satu anak rekan ibuku yang bekerja di RS, sembari menunggu beliau datang kami duduk2 di ruang tunggu IGD karena resep obat dari dokter belum diberikan. Kemudian aku melihat ada pasien baru yang kelihatanya kondisinya sangat parah dan meminta kamar untuk opname, namun pihak RS tidak memberikanya kecuali kalau mau dikelas 3 atau menunggu hingga hari senin. Karena ibu tetap bersih keras mencari kamar untukku, kemudian aku menasehati kalau sebenarnya orang itu lebih berhak mendapatkan kamar kalaupun ada kamar kosong, karena kondisinya jauh lebih buruk dari aku. Mendengar penjelasanku nampaknya ibuku mulai menyerah, kemudian dokter memberikan aku resep yang harus aku ambil obatnya di instalasi farmasi RS. Setelah mengambil obat, anaknya rekan ibuku menghampiri kami dan dia bilang bahwa benar tidak ada ruang kosong kecuali kelas 3 yang dicampur dengan pasien lain. Beliau sudah mencarikan mulai dari VVIP, VIP, kelas 1 dan kelas 2 semua terisi penuh dan sudah ada waiting list sampai hari senin. Jadi sudahlah perjuangan untuk opname dihentikan dan kami pulang ke rumah. Berharap esok kondisiku membaik dengan makan teratur dan istirahat cukup.

Tiga hari kemudian kami kembali lagi RS namun kali ini dokter RS menyarankan kami untuk langsung ke dokter praktek poli penyakit dalam yang ada di depan RS. Saat diperiksa aku menjelaskan semua keluhan sakitku dan perihal aku harus ke china 2 minggu lagi, sehingga si dokterpun menawarkan semua fasilitas check lab yang nilai rupiahnya lumayan. Hemm...namun suamiku menjelaskan dalam telp bahwa berapapun pasti akan diganti oleh perusahaan, jadi cek saja. Setelah kami menyanggupi, si perawat segera mengambil sample darah dan urine, kemudian kami menunggu sekitar 45 menit untuk melihat hasilnya. Setelah hasil lab keluar, dokter memberi tahu bahwa aku positif terkena thypus walaupun masih stadium awal dan juga magh. Disarankan untuk menjaga pola makan dan teratur minum obat.

Sejak saat itu jenis makananku berubah jadi makanan yang lembut dan tidak berserat. Awal2 agak bosen juga tapi mau gimana lagi. Aktivitas pun tetap aku lakukan. Nah ini yang tak bisa di tolerir, ditengah sakit yang melanda aku harus bolak balik jogja-rumah untuk mengurus tes TOEFL dan segala macam tetek bengeknya. Namun aku nikmati saja, asalkan aku tak telat makan dan obat insya Allah everything will be fine.

Sebelum berangkat ke China aku menyempatkan ke dokter lagi dan mengecek kondisi thypusku Alhamduillah setelah cek yang kedua dokter memberi tahu bahwa HB darahku sudah naik dan kondisiku sudah baik, hanya perlu dijaga pola makan dan jangan terlalu banyak pikiran.

Namun aktivitas tidak berkurang karena segala persiapan keberangkatan ke china dan kepindahan suamiku itu, ya mau gimanapun aku sebagai istrinya harus membantu suamiku. Walaupun suamiku menyarankan untuk istirahat saja dirumah, tapi tetep aja rasanya ga tega kalo dia harus beres2 sendiri (alesaaan, bilang aja maunya berdua terus). Sampe di tuban pun suami ngajak aku ke kantor gara2 di kosan dia sendirian ntar kalo sakit lagi ga ada yang nemenin (cieeeh ileee...)

Setelah pindahan yang memakan waktu lumayan lama dan melelahkan, kita transit di jogja dulu buat ambil visa di agen lalu istri yang kece ini nodong kacamata baru hehehe...lumayan melelahkan perjalanannya karena suami jug harus bantuin nyetir, kalo suami nyetir istri nemenin disamping tapi sambil tidur ya hahahha....alesanya sama, cape sayang....hahahha (alibi)

Setelah acara pindahan selesai sekitar 4 hari setelahnya tibalah saat perpisahan dengan indonesia. Seperti biasa karena perjalanan kami start di Adisucipto-jogja dengan rute jogja-malaysia-beijing, jadi kami pagi2 buta udah berangkat dari banjarnegara. Malam2 semua koper dan barang2 yang jumlahnya lumayan buanyak sudah dimasukkan ke bagasi mobil, jadi jam 2 udah start dan seperti biasa sang supir si bapak dan si suami harus ready membawa penumpang ke jogja hehe...

Sampe di jogja kondisi tubuh masih fit, bahkan sampe saat mau terbangpun masih oke. Padahal sempet berurusan dengan masalah bagasi yang isinya nuget dan harus ditinggal, alhasil si ibu suruh njemput bagasinya di bandara. Nah tibalah di malaysia, gara2 telat makan barang 2 jam langsung ga bisa kompromi. Mual, perih, letih, lesu, menggigil semua jadi satu. Dipaksa makan bekal dari ibu tetep menggigil, udah beli teh panas dan sup panas rasa menggigil tetep ga mau hilang dan kita harus cepat2 check in untuk penerbangan ke beijing. Dikarenakan kondisi tubuh yang mulai drop,kita sampe mau telat check in, dan well bagasi kita yang dibawa ke cabin kena inspeksi katanya kebanyaken, karena saat itu yang bawa cabin bagage cuma si mas, aku udah lemah sempoyongan, dan jeeeeng jeeeng kita disuruh milih, mau ditinggal apa mau ditaruh bagasi dengan bayar. Udah ngeyel sama mas2 nya tapi masnya tetep saja malah tamah nyebahi dan galak, cakep2 galak...(derita naik Air asia). Akhirnya daripada rempong bagasi cabin yang 1 tas kita masukkan ke bagasi bawah dan check in lagi. Alhasil kita harus bayar 1,5juta untuk bagasi itu, Yasudahlah bagi2 rejeki, doaku saat itu ya Allah berikan kami kesabaran dan kemurahan rejeki. Karena doanya orang yang teraniaya kan diijabahi. Lah ga teraniaya gimana, wong lagi sakit gitu barangnya dibawa suami eh malah si mas2 penjaga pintu check in ngotot tanpa rasa kemanusiaan sedikitpun, dan omongnanya udah dihalus2in pake bahasa melayu dan bahas inggris tetep aja songong, dikira kita ga punya duit apa, yaudah aku suruh suami ke counter checkin aja bayar semuanya. Biar miskin tapi punya harga diri. Astagfirulloh masih aja ada ya crew pesawat se songong ini.

Sudahlah lupakan tragedi 1.5juta melayang buat bagasi. Yakin Allah akan menggantinya suatu saat nanti. Amin. Masuk dipesawat Alhamdulillah kondisi mulai membaik, walaupun tetep ga bisa tidur gara2 pesawat yg rame dan lampunya ga dimatikan. Kalo kaya gini ampun deh ga lagi2 naik AA. sampe beijing masih tengah malem, dan kita memutuskan naik taksi ke Da Yun Cun.

Well, sampe di Da yun Cun, kita mulai prepare buat registrasi suami tapi karena pagi buta dan ternyata kamarku sudah dihuni maka suami harus aku titipkan ke teman untuk istirahat. Siangnya kami registrasi. Walaupun kita belum dapat kamar yang bisa bareng, tapi suami menguatkan aku dan next day kita coba loby meloby dan cari2 info apakah married couple without child bisa tinggal 1 flat di asrama atau tidak. Dan Alhamdulillah hari ke 2 kita loby ke pihak sekolah mereka menyetujui dan segera mencarikan kamar kosong yang single buat kami, padahal hari sebelumnya kita udah loby ke pihak asrama katanya ga bisa dan ga ada flat single buat kami, eh sekarang giliran yang nyuruh pihak sekolah ke pihak asrama langsung di eksekusi, nyahoooo tuuh yang bohong ketahuan, bilangnya ga ada kamar kosong, nah ini taunya ada... huuuuu...

Alhasil kamar 808 Da Yun Cun jadi kamar kami. Setelah pindahan selesai dan kamar sudah terkondisikan, tibalah saatnya aku sakit lagi. Kali ini parah karena aku ga bawa obat yang cukup. Dan setelah kontak2 ke salah seorang teman yang belajar kesehatan di china, ternyata thypus adalah penyakit tropis dan tidak ada di china. Pantes aja aku ke dokter di RS kampus bilangnya aku sehat, padahal jelas2 lemah, letih,lesu kaya gini. Walhasil, temanku mencari2 temannya dia yang punya obat thypus, dan dibawakanlah ke aku 2 botol sementara aku sibuk cari temenku yang bisa belikan di indo dan kirim ke beijing. 

Dengan 2 botol obat pemberian temenku dan istirahat selama 1 bulan penuh dan makan bubur setiap harinya, Alhamdulillah kondisiku membaik tentunya dengan perawatan ekstra sabar dari suamiku yang selalu setia merawat dan menjagaku disini. Semua pekerjaan rumah dia yang kerjakan setiap harinya. Karena aku ga boleh ngapa2in, sampe di minggu ke 3 bed-rest ku aku mencoba keluar asrama dan jalan kaki ke walmart beli barang2 kebutuhan. Tapi baru berapa langkah sudah sempoyongan, di walmartpun sampai tak tertahankan rasa pengen gabruk, akhirnya suami cepat2 membawaku pulang. Alhamdulilah hari demi hari terlewati dan setelah 1 bulan penuh istirahat kondisiku membaik. Obat pesananpun sampe di beijing dalam 3 periode. Pertama nitip ke teman kontraktor dari china yang kerja di kantor suami yang kebetulan dia mau liburan ke kampung halaman di beijing, dari dia ada sedikit obat yang dibeli di jakarta. Kedua dibawa oleh teman jogja yang berangkat ke beijing, obatnya adalah obat ekstrak cacing tanah yang dibeli di toko obat china yang ada di indo. Ketiga dibawa oleh teman indo sekampus yang istrinya dokter, dari beliau aku minta dibuatkan resep persis seperti resep dokter Budi (dokter penyakit dalam di banjarnegara) yang resepnya minta di fotokan oleh bagian administrasi keuangan perusahaan suamiku, karena setelah kita berobat kita bisa minta reimburs dengan menujukkan kuitansi. Alhamdulillah obat tersebut tidak ada yang dimakan lagi karena Alhamdulillah aku sudah ga kambuh2an lagi. Usahakan hidup teratur dan makan teratur. Sebenarnya obat Thypus yang kurasa sangat ampuh itu ekstrak cacing tanah yag diambil langsung dan dibuat langsung seperti yang pernah dibuatkan oleh ibuku dan sodara sepupu suamiku waktu aku belum berangkat ke beijing. Tapi berhubung disini kami tak punya halaman dan kata suami cacing yang sering dijumpai di taman depan asrama itu bukan kriteria cacing tanah yang digunakan untuk obat. Jadi ya kita ga bisa bikin sendiri.

Oya, selama aku sakit sebelum aku pergi ke beijing, sodara suamiku membuatkan aku obat dari ekstrak cacing selama aku ada dirumah mertua. Setelah aku pulang kerumah ibu, suamiku yang bikin berdasar instruksi dari mbak sepupu, kemudian kalau suamiku ga sempet bikin dan persediaan obat mulai menipis ibuku yang bikinkan. Subhanallah betapa aku diliputi orang2 yang sangat mencintaiku. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu distakan?padahal cacing itu sangat menjijikan ya, tapi mereka mau membuatkan aku obatnya, dan kebetulan aku pecinta jamu jadi ga perlu rewel buat minum obat itu walaupun terbuat dari cacing tapi ya aku minum aja toh cacingnya udah disaring dan dibuang dan rasa jamunya-pun enak kaya jamu kunyit asam yang biasa aku makan, hehehe...

Well, dan selama aku sakit di beijing, suamiku masak makanan yang lembek2 dahkan dipun ikut makan makanan lembek itu. Karena kalo dia makan makanan yang beda dari yang aku makan, maka aku bakal ga mau makan bubur lagi (reweeelll), saking bosenya makan bubur sampe aku mogok makan. Betapa sabarnya suamiku itu (jadi makin cintaaa) hehehe....

Sekarang Alhamdulillah aku sudah sembuh, semoga ga kambuh2 lagi, aku juga selalu menjaga pikiranku tetep slow dan jangan sampe stress karena kalo sampe stress bisa kambuh lagi dan juga jaga pola makan.


Wednesday, February 5, 2014

The next education journey

Jadi ceritanya obsesiku untuk keliling dunia dengan belajar (sekolah-red) masih menggebu2 (haduuuh inget status mbaaa eh buuu, udah ada suami tuh, mau dikemanain?)hehehhe...so far suamiku ga masalah dengan obsesiku itu, dia sangat mendukung dan mau dijagat manapun aku akan tinggal atau menuntut ilmu selanjutnya, jadi ditengah kemalasan mengerjakan thesis (ga kelar2 buu ngapain aja?) setiap hari kerjaanku browsing tempat kuliah dan beasiswa pemerintah2 asing. Kriteria pertama jelas di China lagi, karena ada belahan jiwa disini. Kemudian usut2 punya usut lumayan banyak juga mahasiswa indo yang mau daftar sini dan teman2 angkatan di beihang 2012 dari masterpun ada beberapa yang mau lanjut doctor sedangkan kuota jenjang peralihan diprediksikan limited number. So, aku harus cepat2 cari pengganti cadangan. Muter2 sampe pusing akhirnya inget tuh tempo hari sodaraku ngasih tahu kalo brunei juga ngasih beasiswa dengan nominal yang wow, hahah aku pikir kenapa ga daftar aja? kan brunei deket indo, mau pulang sebulan sekali bisa karena beasiswanya besaaaaarrr. Tapi pas ditelusuri pengumumanya eh atetoooot udah lewat sodara2, pikirku dan suami yaudahlaaaahhh belum rejeki.

lalu iseng lagi nih cari negara terdekat brunei, ditemukanlah Malaysia, nah ditelusuri lagi beasiswa dari pemerintah malaysia, masih buka si untuk tahun 2014 tapiii setelah dikonfirmasi ke berbagai pihak terkait dan dipelajari alur beasiswanya, prosesnya sangat ribet dan as you know that I hate something ribet, jadi yaaah bye bye aja kali yaa.

Terus munculah ide di Turkey, karena turkey pernah berjaya dalam masa khalifah dulu, dan denger2 eh ga denger2 lagi dink, emang aku udah pelajari alur permohonan beasiswa di turkey sangat mudah bisa dibilang, dan beasiswanya besar. Tapi kemudian suamiku mengusulkan daripada di Turkey mending ke arab aja sekalian. Dan ahaaa aku pikir iya juga ya, tapi aku ga bisa bhs arab, kira2 ada gak ya yang pake bahasa inggris disana? dan jeng jeng jeng bukan uvi namanya kalo ga "gemi" menelanjangi (jieh bahasanya) situs2 beasiswa dan kondisi negaranya. Dan well ditemukanlah MIT nya arab yang bernama KAUST. Apa itu KAUST? gugle aja ya buat yang ga tahu. Yang jelas in my opinion, KAUST itu bagus banget. Kemudian cari2 lah teman yang kuliah di arab, eh dia ngasih link bagus banget tentang KAUST indonesia. daaaaaannnn tralala aku ikuti rulenya buat cari supervisor pembimbing langsung malam itu aku sebar pesona eh salah sebar email ke beberapa profesor di KAUST yang risetnya nyrempet2 riset masterku. Kamudian ada 2 balas emailku dari sekian profesor yang aku kirimi emailnya. Alhamdulillah, kemudian aku ikuti saja apa kata kedua profesor itu tapi ditengah2 jalan 1 profesor menyatakan bahwa topik reisetku kurang sesuai dengan kriterianya. Yasudah masih ada 1 lagi inih, dan yang satu ini Alhamdulillah sudah interest denganku dan sudah skype interview Alhamdulillah lancar jaya, tinggal tunggu kejutan selanjutnya. Ya Rabb berikan yang terbaik untuku, untuk suamiku, untuk keluargaku dan kemaslahatan ummat. Amiiiin.