Malam ini aku tidak bisa tidur, kenapa? Karena malam
ini adalah malam terakhir aku mendekap bantal guling di kamarku yang sudah aku
huni kurang lebih selama 21 tahun. Esok hari aku sudah harus berangkat ke jogja
untuk melanjutkan perjalanan ke Jakarta dan pada hari minggunya aku harus siap
terbang ke negeri panda itu.
Pagi ini, Sabtu 9 September, aku berangkat ke jogja
bersama keluargaku, sengaja kami berangkat pagi-pagi sekali walaupun pesawat
yang akan membawaku ke Jakarta itu baru akan terbang jam 15.00, namun lebih
baik datang diawal dari pada terlambat, selain itu ibuku harus ke rumah sakit
untuk terapi tulang. Ya beberapa tahun ini beliau mengidap penyakit pengapuran
sehingga setiap 3 hari sekali beliau harus ke rumah sakit untuk melakukan
terapi. Hal ini pula yang menjadi bahan pertimbanganku untuk tetap tinggal,
berat hatiku meninggalkan ibuku yang sudah sering sakit-sakitan, walaupun ada
ayahku yang menjaganya, namun aku akan merasa lebih puas jika aku tahu tentang
semua hal yang berkaitan dengan ibuku secara langsung. Namun apa daya, nasehat
dan pilihan ibuku menjadi yang terbaik, dan aku harus menurutinya. Insya Allah ibuku akan baik-baik saja,
aku selalu menitipkan segala kesehatan dan umurnya pada sang maha penguasa
hidup. Aku berharap ibuku bisa melihatku sukses dikemudian hari, aku selalu
berdoa yang terbaik untuknya. Dalam setiap sujudku aku selalu berdoa semoga
kebahagiaan senantiasa bersamanya, kesehatan dan kemudahan dalam hidup selalu
mengelilinginya selama aku tak bisa disampingnya. Aku yakin ada Dia yang Maha
Kuasa yang akan menjaganya dari segala marabahaya. Aku berharap semoga
kepergianku bisa menjadikan obat mujarab bagi sakitnya ini. Semoga dengan
tercapainya segala cita-citaku yang juga menjadi cita-citanya akan semakin
memperpanjang umurnya, menjadikan hidupnya terasa lebih indah dan bermakna.
Setelah segala urusan dirumah sakit selesai, kami
melanjutkan perjalanan menuju bandara Adisucipto Yogyakarta, tak lupa aku
mampir ke Lab untuk menemui beberapa dosen rekomendator dan dosen pembimbingku,
tanpa dukungan dari beliau-beliau ini aku tak mungkin akan jadi seperti ini.
Aku juga membawa serta teman setiaku, Mira yang saat itu sedang rapat dengan
para dosen. Aku bawa dia ke bandara sekaligus. Sampai di bandara rupanya
teman-teman khalaqoh-ku sudah menunggu, mereka ingin mengantarkan aku
sekaligus bertatap muka setelah sekian lama tidak bertemu. Beberapa teman kos
juga datang. Sampai di bandara Adisucipto, aku segera melakukan check in karena kebetulan counter check in sudah dibuka. Setelah ditimbang
ternyata barang yang aku bawa over bagage
sehingga aku harus membayar denda, berat barang yang aku bawa ini aku sesuaikan
dengan tiket pesawat Jakarta-beijing, karena aku menggunakan pesawat yang
berbeda untuk penerbangan Jogja-Jakarta, tentu ketentuan berat bagasinyapun
akan berbeda. Aku memang membawa banyak barang-barang terutama baju, aku takut
kalau disana akan sulit mencari model baju yang sesuai dengan seleraku, karena
notabene seleraku adalah pakaian lebar dan besar-besar sedangkan yang aku tahu China
itu negara komunis dengan jumlah penduduk muslim yang sedikit. Mungkin ada pakaian
muslim tapi kan tahu sendiri trend
pakaian muslim jaman sekarang yang sudah dibilang menyalahi aturan. Setelah
kepengurusan check in selesai, aku kembali ke teman-temanku dan
keluarga. Kali ini hatiku benar-benar terasa berat, setelah foto-foto selesai
aku pamitan pada mereka satu persatu, aku tak kuasa saat berpamitan pada ibuku,
aku memeluknya erat dan menangis, suasana seketika menjadi haru dan beberapa
kerabat yang mengantar juga ikuta ikutan menangis. Aku sangat-sangat merasa
berat hati saat ini. Aku tak ingin pergi, aku ingin menemani ibu saja dirumah,
tapi seketika aku ingat, jika aku tak jadi pergi, sama halnya dengan keputusan
terbodoh yang aku ambil seumur hidup. Dengan gaya cool-nya bapaku menasehati bahwa 2 tahun itu tak akan lama, waktu
itu berputar sangat cepat dan aku pasti akan cepat kembali secepat itu pula
waktu berputar.
Di dalam pesawat aku masih saja menangis, dari mulai
pesawat take off sampai kondisi settle di atas awan pikiranku masih saja
melayang-layang pada perpisahan dengan ibuku tadi. Aku sempat menyayangkan
kenapa aku tidak menuruti kata-kata ibuku saja untuk diantarkan sampai Jakarta?
Sehingga aku punya banyak waktu untuk bersama ibuku setidaknya sampai esok
hari. Tadinya ibuku dan keluargaku akan mengatarkan aku sampai bandara Soekarno
Hatta dengan menggunakan perjalanan darat. Namun aku menolaknya, karena
perjalanan dari kampung ke Jakarta itu akan memakan waktu kurang lebih 12 jam, dan
akan sangat melelahkan untuk kondisi ibuku saat ini, selain itu aku takut kalau
aku benar-benar tidak mau berangkat jika ibuku mengantar langsung sampai ke
bandara Seokarno Hatta, pikiranku pasti akan terus melayang-layang ke ibuku
karena ibuku juga harus melanjutkan perjalanan darat pulang ke kampung setelah
aku take off nantinya, dan aku pikir
jika aku hanya diantar sampai jogja itu akan lebih baik, karena di Jakarta
nanti aku akan bertemu dengan kakak perempuanku yang kedua, mas Wahyu Hidayat dan
kakak iparku (suami kakak perempuan pertama) yang sudah janjian dari jauh-jauh
hari. Bukan berarti diantar mereka ke bandara Soekarno Hatta membuat aku
mengurungkan diri untuk menangis, tetapi setidaknya itu menjadi lebih baik,
daripada aku harus diantar langsung ibuku yang pastinya ikatan hati antara
kakak dengan adik dan antara ibu dengan anak akan sedikit berbeda. Dan jika
ibuku mengantar langsung ada kemungkinan aku bisa nangis gelosotan di bandara karena tak mau pergi (lebay). Namun jika
kakaku yang mengatar ke bandara Soekarno Hatta aku akan merasa malu untuk
membatalkan kepergian, karena sifat kakaku yang tegas ini. Bukan berarti ibuku
tidak tegas, namun aku tidak bisa meninggalkannya ! itu saja ! dan jika aku
menangis di bandara Adisucipto karena berpisah dengan ibuku, maka aku akan
sedikit menemukan penawarnya setelah aku sampai di Jakarta nanti dan bertemu
kakaku, walaupun tidak bisa dipungkiri aku juga akan mengais lagi sewaktu akan
terbang ke China, tapi kali ini yang mengantar bukan ibuku dan aku sudah bisa
memastikan bahwa ibuku sudah sampai dirumah saat aku take off menuju China, jadi tak ada pikiran ibuku masih dijalan dan
menempuh perjalanan jauh selama 12 jam. Aku bisa sedikit tenang dan lega.
Sekitar 20 menit berada di udara aku masih saja
menangis, sudah banyak sekali tissue
yang aku gunakan untuk mengusap air mataku ini. Sampai teman sebelah kursiku
ini menegurku dan mengajaku ngobrol, akhirnya aku bisa sedikit melupakan
suasana haru di bandara itu. Kami ngobrol macam-macam dan aku bisa terhibur
karenanya. Satu jam kemudian pesawat itu berhasil landing di bandara Soekarno Hatta, segera aku mengambil bagasiku
dan mengaktifkan telepon genggamku, aku yakin tidak lama lagi ibuku akan
menelpon aku. Dan benar sekitar 15 menit kemudian beliau menelponku, menanyakan
kabar dan apakah aku sudah bertemu dengan kakak apa belum. Aahh ibu kau selalu saja menghawatirkan aku. Sambil menunggu kakak dan jemputan dari rekanku,
mas Wahyu Hidayat, aku berbincang-bincang dengan salah seorang kawan yang baru
saja aku kenal di bandara Adisucipto, kebetulan kami satu pasawat namun tempat
duduk kami berjauhan dan sama-sama over
bagage sehingga harus membayar denda. Kami berkenalan di loket itu dan
belakangan aku tahu bahwa beliau itu akan berangkat ke madrid untuk melanjutkan
studi S2-nya yang sudah memasuki tahun ke 2 ini, beliau sengaja menungguiku
karena beliau pikir aku akan menunggu keberangkatan pesawat ke China di
terminal penerbangan internasional sehingga beliau menawarkan untuk menunggu
bersama-sama, namun aku menjelaskan bahwa penerbanganku ke China untuk esok
malam, hari ini aku akan menghabiskan waktu di Jakarta bersama kakaku. Lama
mengobrol rekanku sudah menelpon, dia memberitahuku bahwa dia sudah diluar dan
aku disuruh keluar pintu terminal. Disitu aku berpisah dengan kawan yang baru
saja aku kenal itu tidak lupa kami bertukar email
agar bisa tetap keep in touch. Sampai
diluar terminal, aku bertemu dengan rekanku dan kami akan bersama-sama
menunggu kedatangan kakaku yang rupanya masih didalam pesawat.
Aku memang membuat janji dengan kakaku untuk bertemu
di bandara, kebetulan kakaku yang tinggal di luar jawa itu ada dinas di Jakarta
hari senin, aku sengaja meminta kakaku untuk datang lebih awal, karena aku
sangat rindu padanya, sudah lama aku tidak bertemu bahkan saat lebaranpun kami
tidak bisa bertemu karena dia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Aku ingin
bertemu denganya walaupun hanya sehari dan kebetulan dengan adanya perjalanan
dinasnya itu memudahkan niatku untuk bertemu denganya. Kemudian di esok harinya
sebelum berangkat kakak iparku yang ada di pulau yang sama dengan kakak keduaku
itu juga akan menyusul, skenario Allah memang indah, dia juga ada tugas di Jakarta
di waktu yang berdekatan dengan keberangkatanku, Subhanallah, aku bisa berkumpul dengan keluargaku disitu.
Benar-benar nikmat Tuhanmu yang manakah
yang kau dustakan?
Setelah sholat maghrib kakaku menguhubungiku, dia
mengatakan bahwa pesawatnya sudah landing
dan sekarang dia sedang mengambil bagasi. Aku menunggunya di pintu
terminal, tak lama kemudian kami bertemu, aku langsung memeluknya, sudah lama
aku tak bertemu dengannya, biasanya perjumpaan kami hanya via telpon dan itupun
sangat jarang karena aktivitas kami yang sangat-sangat padat. Setelah berusaha
mencari tempat menginap, akhirnya kami memakai bus bandara dan disambung dengan
taxi akhirnya kami sampai di
penginapan yang letaknya lumayan jauh dari bandara itu. Malam hari kami
bercengkrama dan menceritakan tentang kehebohan keponakanku, dia menangis minta
ikut mamanya ke Jakarta, dengan gaya khas anak kecil yang lugu, dia mengatakan
bahwa dia ingin bertemu denganku. Dia sudah tahu kalau aku mau ke China dan dia
ingin bertemu denganku dulu.
“Idang kangen lik Uning ma…”rengeknya
Namun karena
dia harus sekolah maka mamanya tak mengijinkannya ikut, lagipula siapa yang
akan menjaganya nanti karena mamanya juga punya urusan pekerjaan di Jakarta. Seketika
aku merasa sangat rindu pada jagoan kecilku itu, namun aku tak boleh
menelponya, karena sudah pasti jika dia tahu aku bersama mamahnya dia akan
menangis. Aku cukup mendoakanya, semoga dia menjadi anak yang pandai dan bisa
bertemu denganku suatu saat nanti. Dia juga mengatakan bahwa dia juga mau sekolah
diluar negeri, aku meng-Amin-ni
cita-citanya itu, cita-cita yang keluar dari mulut manis anak kecil yang
mengingatkan aku pada ikhsan, si kecil dari desa Matras. Sudah seperti apakah
dia sekarang? Masih ingatkah dia dengan kakak-kakak ini? Semoga cita-cita para
malaikat kecil itu bisa terkabul, cita-cita yang polos dan penuh kekuatan.
Pagi hari kami bertiga jalan-jalan di kawasan blok M,
kami hanya ingin refreshing dan
menghilangkan penat, lama memutari pusat perbelanjaan Blok M itu, ternyata
waktu sudah menunjukkan pukul 13.00 kami harus segera pulang ke penginapan,
karena aku harus siap-siap ke bandara, perjalananku masih panjang, tujuanku
bukan di Jakarta saja, malam ini aku harus terbang ke China ! dan kakaku harus
segera ke tempat diklatnya yang rupanya bukan di Jakarta tapi di Bogor,
perjalanan Bogor-Jakarta membutuhkan waktu yang lumayan lama. Aku juga takut akan
kemacetan menuju jalur bandara sehingga aku harus meluncur lebih awal. Sampai di
penginapan kami membersihkan badan karena seharian diluar membuat badan kami
terasa lengket dengan udara Jakarta yang sangat panas itu. Sembari
bersiap-siap, kakaku mangatakan padaku bahwa dia ingin mengantarkan aku ke
bandara juga. Namun dia harus laporan kedatangan ke kantor bogor untuk
mendapatkan kunci penginapan. Setelah dihitung-hitung, ternyata perjalanan
Bogor-Jakarta tidak terlalu jauh jika menggunakan taksi, itu kalau tidak macet.
Dan pesawatku baru akan terbang jam 21.00 malam, sekarang baru jam 15.30
perjalanan Bogor-Jakarta dengan taksi bolak-balik diperkirakan hanya 2 jam,
jadi akhirnya kami memtuskan untuk memesan 2 taksi, 1 taksi ke bandara dan 1
taksi ke bogor. Nantinya kakaku akan langsung ke bandara setelah urusan check in di kantor selesai karena
ternyata urusan check in itu tidak
bisa diwakili atau sekedar menggunakan telepon, dia harus datang dan
menandatangani beberapa berkas kedatangan.
Perjalanan ke bandara memakan waktu sekitar 1 jam,
ini dikarenakan kondisi jalan yang macet, walaupun kami sudah masuk jalan tol.
Inilah Jakarta dengan segala kemacetanya. Berkali-kali aku hubungi kakaku, aku
takut kalau dia juga terkena macet yang parah, aku kira dia tidak perlu kembali
lagi ke bandara kalau memang kondisi jalan tidak memungkinkan untuk dilalui dan
efisiensi waktu, tenaga serta uang. Jika macet terjadi otomatis argo taksi akan
sangat membengkak, apalagi untuk perjalanan bolak-balik Bogor-Jakarta, aku
tidak bisa membayangkan itu !
Sampai di bandara, rupanya loket check in untuk pesawat Garuda Indonesia jurusan Jakarta-Beijing
belum dibuka, sehingga aku memutuskan untuk menunggu beberapa saat.
Berkali-kali aku telpon kakaku itu tapi dia tidak mengangkat, aku menjadi
semakin khawatir. Tak berapa lama kemudian dia mengirimku sebuah sms dia
mengatakan sedang dalam perjalanan menuju Jakarta lagi. Alhamdulilah aku menjadi sedikit tenang. Setelah counter check in dibuka, segera aku menuju tempat itu dan ternyata aku
menjadi penumpang pertama yang check in
untuk rute Jakarta-Beijing. Aku membawa semua barang-barangku yang aku kira
akan over bagage lagi. Walaupun aku
sudah mendapatkan tiket student
dengan bagasi 40 kg, namun masih saja over
karena banyaknya barang yang aku bawa. Petugas sempat menegurku, namun aku
segera menunjukkan visa studentku dan
mengatakan bahwa itu adalah perjalanan pertamaku ke China. Aku tunjukan semua
dokumen berikut surat undangan dari Beihang University,
rupanya bagasiku over 6 kg, petugas sempat bingung, aku
membawa 1 tas koper besar berisi baju, 1 tas koper kecil berisi makanan dan
perlengkapan lain, 1 tas jinjing berisi buku, 1 tas ransel berisi laptop dan
peralatan elektronik lainnya dan 1 tas pundak kecil untuk tenpat dompet, paspor
dan surat-surat perjalanan yang sekiranya akan sering dibuka tutup untuk
ditunjukkan kepada petugas selama proses perjalanan. Aku mengatakan pada
petugas bahwa aku bisa membawa tas ransel dan tas koper kecil itu ke kabin.
Namun setelah ditimbang, tas koper besar dan tas jinjing yang akan dimasukan ke
bagasi itu kurang dari 40 kg tetapi jika ditambah dengan 1 koper kecilku itu
akan over 6 kg. Aku mengatakan pada
petugas, oke akan saya bayar kelebihanya silahkan dihitung. Setelah berpikir
lama, petugas mengurungkan pembayaranku itu dikarenakan over bagage-ku masih tergolong normal dan bisa dimaafkan terlebih
karena aku new student dan ini
perjalanan pertamaku. Aku merasa bersyukur sekali, Allah benar-benar memudahkan
perjalananku.
Setelah check
in selesai, aku kembali keluar dan menemui rekanku, aku masih sangat cemas
pada kondisi kakaku, dia mengatakan bahwa jalanan sangat macet, aku takut
kalau-kalau dia tidak bisa mengejar waktu sampai di bandara. Sambil menunggu
aku teringat kalau aku belum punya mata uang China (Remimbi/RMB/Yuan) seperpun.
Aku hanya membawa dolar dan rupiah saja, sebenarnya aku dan ibuku sudah
berusaha mencari mata uang china di kota kecilku sehari sebelum berangkat ke
jogja, namun nihil kami tak mendapatkanya, akhirnya daripada pulang dengan
tangan kosong, aku menukarkan uang rupiah ke dolar. Ini untuk cadangan saja,
sebenarnya aku akan diberi uang kedatangan saat sampai di China, namun aku
takut saja jika uang kedatangan itu tidak langsung diberikan, mengingat aku
datang 1 minggu lebih awal dari jadwal registrasi yang ditentukan oleh panitia.
Selain itu aku juga sudah merubah status tabunganku di salah satu Bank swasta,
yang tadinya status debet biasa saja langsung aku ubah menjadi gold sehingga bisa dipakai untuk
bertransaksi diseluruh dunia.
Sembari mencari money
changer yang menjual mata uang China dengan harga miring, telponku
bergetar, ternyata kakak iparku sudah sampai di bandara, pesawat Garuda yang
dia pakai sudah landing dan dia akan
segera menemuiku. Selesai menukar uang, aku menemui kakak iparku tersebut dan
kami memutuskan untuk menunggu kakak perempuanku bersama-sama. Sembari
menunggu, kami bertiga memutuskan untuk makan malam
bersama di salah satu quick food di bandara yang terletak tidak jauh
dari terminal keberangkatan internasional itu. Aku semakin cemas karena kakak
perempuanku tidak kunjung datang. Sekitar 15 menit kemudian kakak perempuanku
menelponku, dia mengatakan bahwa dia sudah di bandara dan cepat-cepat aku
mencarinya. Lega rasanya semua sudah berkumpul disini, aku bisa menata hatiku
lagi, namun tiba-tiba perasaan enggan pergi ini mulai menggelayut di dadaku,
tetapi sengaja aku sembunyikan agar tidak merusak suasana kehangatan itu. Kami
memesan makanan dan makan dengan santai dan sesekali disertai candaan. Suasana
hangat itu membuatku semakin enggan pergi, namun ternyata waktu berjalan sangat
cepat, jam 20.00 itu aku sudah harus masuk ke ruang tunggu, karena pesawat akan
segera berangkat pukul 21.00, selesai makan kita berfoto-foto dan bergegas
menuju pintu terminal. Di pintu terminal itu kakiku terasa sangat berat untuk
melangkah kedalam. Aku masih ingin bersama mereka lebih lama. Aku tak tahu apa
yang terjadi esok hari di China, aku tak mau meninggalkan zona nyamanku ini.
Aku sangat mencintai mereka. Berkali-kali teleponku berdering, ada sms dari para
sahabatku yang mengetahui rencana keberangkatanku ini, mereka mendoakanku dalam
sms itu, tak lupa pula ibuku menelpon
memastikan bahwa aku sudah berada di bandara saat ini. Aku juga tak lupa
menelpon kakak perempuanku yang pertama aku ingin meminta doa restunya dan aku
juga ingin mendengarkan suara keponakan-keponakanku yang tak bisa menemuiku
saat itu.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 20.30 itu
tandanya aku harus melepaskan dekapan erat keluargaku saat itu. Aku harus
segera pergi. Tak terasa air mataku mulai menetes, aku sudah berusaha sekuat
tenaga untuk menahanya tapi akhirnya jebol juga saat kakak perempuanku memeluku
dengan erat seolah tak mau melepaskan aku, dia menangis tersedu dalam
pelukanku, dia mengatakan aku harus segera pulang dan membahagiakan orang tua,
aku harus menjaga diri dengan baik dan pastikan pulang secepatnya, keluarga
menungguku di tanah air. Aku semakin tidak tahan dengan
tangisan kakak perempuanku itu, aku semakin tidak mau melangkahkan kaki untuk
masuk kedalam terminal. Setelah dia mengusap air matanya, aku putuskan untuk benar-benar pergi.
Kali ini aku harus kuat, aku segera menghapus semua air mataku dan memastikan
bahwa aku benar-benar siap terbang malam ini. Lambaian tangan mereka seolah
mengartikan bahwa aku harus segera pergi, wujudkan mimpi-mimpi dan cita-cita,
bergegaslah kembali untuk mengabdi pada tanah air. Sebelum kakiku benar-benar
melangkah menuju pintu terminal, seseorang yang selalu menemaniku berlari
kearahku dan membisikan sesuatu ditelingaku, aku tahu apa maksudnya yang kurang
lebih akan sama dengan bergegaslah pulang
Uvi, aku menunggumu. Air mataku menetes lagi, kali
ini aku benar-benar cengeng dan sangat sensitive, tak
tahu harus mengatakan apa padanya, aku hanya mengatakan, tolong jaga orang tuaku untukku...
Memasuki pintu pengecekan
paspor oleh petugas imigrasi di bandara, aku masih saja menangis, aku
tak kuasa meninggalkan mereka. Namun setidaknya hal ini masih normal, aku tidak
tahu apa yang terjadi jika yang ada diluar sana adalah ibuku, wanita yang
sangat aku cintai, mungkin aku akan pingsan saat itu juga dan tidak jadi
berangkat (lebay), bahkan sampai di ruang tunggu itupun aku masih saja
meneteskan air mata. Hatiku benar-benar sedih saat itu. Seketika aku teringat,
aku harus mengirim beberapa sms
balasan ke teman-teman yang dari tadi mengirimiku sms
selamat jalan. Sebelum handphone-ku
benar-benar dimatikan di dalam pesawat, maka aku kirim sms balasan yang hampir semuanya sama karena aku kirim secara
serempak, aku tak kuasa lagi untuk mengetik banyak sms saat itu, hatiku benar-benar pilu dan sedih sehingga rasanya
semua organ tubuh ini ikut merasakan betapa nestapanya hatiku ini. Tak lupa aku
kirim sms ke keluargaku dan ibuku,
aku mengatakan jangan menelponku lagi, karena aku sedang di ruang tunggu, aku
mengatakan pada mereka bahwa aku takut akan pingsan jika mereka tetap
menelponku, aku mengatakan aku akan segera memberi tahu mereka kalau esok sudah
sampai di Beijing dan tolong doakan perjalananku malam ini bisa selamat sampai
tujuan.
Ternyata pesawat Garuda yang akan membawaku ke
Beijing ini harus delay selama kurang
lebih 1 jam, sesorang yang membisikan kata-kata sebelum aku masuk terminal itu
menelponku dan memastikan bahwa kakak perempuanku sudah diantar ke tempat
pemberhentian bus bandara dan bahkan sudah naik bus bandara menuju Bogor.
Kemudian kakak iparku sudah naik taksi menuju hotel tempat dia menginap malam
ini. Dia sendiri akan melanjutkan perjalanan menuju tempatnya mencari
rizki dengan menunggu pesawat yang akan membawanya ke kota pengharapannya itu.
Dia merupakan salah satu diantara suporter-
suporterku selama ini. Yang selalu mendukungku untuk mewujudkan segala asa
dan cita-citaku untuk kuliah di luar negeri dan menggapai prestasi demi
prestasi. Dia adalah supporter
terbaik setelah keluargaku. Perannya sangat penting bagiku, tanpanya mungkin
aku tak bisa lulus dengan cepat dan tepat waktu, dia sangat membantuku, akupun
berjanji dalam diriku bahwa aku akan membantunya mewujudkan mimpi-mimpinya sama
halnya dia berjanji membantuku mewujudkan mimpi-mimpiku. This I promise you, Insya Allah…
Sampai di dalam pesawat aku masih saja menangis, aku
tak tahu bagaimana mengatasi diriku ini. Aku benar-benar sangat sedih saat ini.
Dalam hati aku berjanji, aku pasti akan
segera kembali untuk kalian...
Tepat pukul 22.00 pesawat garuda jurusan Jakarta-Beijing
lepas landas. Berbait-bait doa aku panjatkan saat di udara ini. Aku tak punya
siapa-siapa lagi selain Allah yang selalu kubawa kemanapun aku pergi, aku tak
bisa menelpon keluargaku karena telepon genggam harus dimatikan selama
perjalanan, kebetulan kursi sebelahku ini kosong sehingga aku bisa dengan
leluasa menangis. Aku buka camera-ku,
camera berwarna pink yang entah hadiah atau pinjaman seseorang yang mengantarkan
aku ke bandara tadi, camera yang akan
membantuku merekam memori dan kenangan-kenanganku dalam menjalani hari-hari di
Beijing sebagai bukti bahwa aku bisa sampai di Beijing dan berkeliling di kota
itu yang nantinya hasil fotonya akan menjadi bukti sejarah perjalanan hidupku
dan akan aku ceritakan pada anak cucuku kelak, kemudian akan aku perlihatkan
pada dunia bahwa aku bisa mewujudkan cita-citaku. Aku putar video dan slide-slide kenangan yang aku ambil saat lebaran bulan lalu. Aku
lihat video keponakan kembarku yang
begitu menggemaskan. Aku lihat foto-foto keluargaku, dan itu lumayan bisa
mengobati sakit hatiku ini. Sepanjang perjalanan aku tak bisa memejamkan mata, hatiku masih sangat sakit, meninggalkan mereka yang aku cintai.
Saat
aku berusaha memejamkan mata salah seorang pramugara menghampiriku
Pramugara : mbak kenapa gak tidur? Maaf ya mbak kalau
terganggu dengan kondisi pesawat yang kurang nyaman, biasa mbak orang asing
memang suka rebut (sambil menunjuk dengan hati-hati pada serombongan orang
China yang sedang main kartu di dalam pesawat)
Me : ahh gapapa mas, saya cumin lagi sedikit gak enak
badan (sambil mengusap air mata)
Pramugara : mbak mau ke china ada urusan apa?
Me : mau sekolah mas
Pramugara : ooh mau lanjut kuliah S1 ya disana? Ambil
jurusan apa? Kok sendirian saja?
Me : bukan mas, saya mau lanjut S2 Insya Allah, ambil engineering mas, iya sendirian saja nanti disana juga Inysa Allah ada kawan (sambil agak
ke-geer-an gara-gara dikira baru lulus SMA)
Pramugara : wah mau S2? Ah yang bener mbak,
kelihatannya masih kecil gini kok
Me : ya bener mas ngapain juga saya bohong (sambil
tersipu-sipu merasa muda kembali)
Pramugara itu sangat baik padaku, melihat aku yang
tidak bisa tidur semalaman membuatnya menawarkan aku berbagai macam makanan
yang tersedia di kabin. Namun kondisi hatiku saat ini sedang tidak bersahabat
dengan makanan seenak apapun. Aku mencoba untuk tidur walau sekejap, karena aku
yakin esok di Beijing aku akan melanjutkan perjalanan baru dan kepengurusan
kedatanganku akan lumayan menguras energi.
Baru bisa terlelap beberapa menit, terjadi keributan
di dekat kabin belakang. Kebetulan posisi tempat dudukku yang berada di bagian
nomor 2 dari kabin belakang menjadi sangat jelas mengenai keributan apa yang
terjadi malam ini. Rupanya salah seorang penumpang asli zhongguo (baca : China)
mengalami serangan jantung mendadak malam itu. Sontak seluruh crew pesawat sangat kebingungan dan
kaget. Namun karena mereka sudah terlatih, kondisi itu bisa segera pulih.
Untung saja orang yang terkena serangan jantung itu ada bersama dengan
keluarganya. Sehingga salah seorang pramugari yang menelpon si kapten yang
berada di kokpit pesawat untuk meminta pendaratan mendadak di bandara terdekat
itu menelpon kembali si kapten bahwa si penumpang sudah bisa dipulihkan.
Awalnya mereka sempat bingung karena si penumpang tak bisa ditanyai dengan
menggunakan bahasa inggris, namun rupanya ada satu crew yang benar-benar asli dari China sehingga dia bisa berbicara
dengan penumpang yang sakit tersebut. Ternyata dia bersama keluarganya di dalam
pesawat tersebut. Kemudian si penumpang itu dipapah dan dibaringkan ditempat
istirahat para crew pesawat yang
letaknya bersebelahan dengan tempat dudukku. Aku sempat takut juga kalau-kalau
si penumpang itu kambuh lagi penyakitnya. Namun segera aku buang pikiran itu
jauh-jauh dan bergegas untuk tidur.
Kurang lebih 2 jam sebelum pesawat landing, para crew pesawat membagikan makan pagi untuk para penumpang. Menu
makanannya lumayan enak dan dijamin halal. Aku baru sadar kalau sesaat lagi
akan sangat sulit bagiku menemukan makanan yang halal, dan pastinya aku akan
sangat kelelahan karena tidurku malam ini kurang berkualitas. Pramugara yang
baik hati itu menasehatiku untuk menghabiskan makanan itu karena perjalananku
akan sangat melelahkan hari ini, tak lupa sebelum pesawat benar-benar mendarat,
dia memberiku beberapa buah roti untuk bekalku di beijing, semoga Allah
membalas semua kebaikannya, amin. Setelah pesawat benar-benar akan menginjakan
rodanya di daratan Beijing, aku ingat pesan kerabatku untuk membaca sholawat nabi dan ayat kursi agar aku dijauhkan dari segala hal yang tidak diinginkan
dan selalu dijaga dalam segala tindakan saat aku di negeri orang ini. Aku
mohonkan doa itu dengan sangat khusyuk, dan tak terasa aku meneteskan air mata
lagi. Aku sudah rindu keluargaku….
Akhirnya
aku sampai di
Beijing, China. Negeri pengharapanku dalam meniti masa depan. Dan hari
ini pukul 06.00 waktu Beijing, atau setara dengan 05.00 WIB aku menginjakan
kaki pertamaku di negeri orang. Aku berharap segala kebaikan dan ridho-Nya akan
selalu menemaniku disetiap jejak langkah kakiku menapak di negeri pengharapan
ini.
Ya Robbi,
mudahkanlah segala urusanku disini, mudahkanlah langkahku mencapai cita-cita,
karena engkaulah sebaik-baik maha pemberi kemudahan...
Ya Maha yang
membolak-balikan segala isi hati, mantapkanlah aku di bagian bumi-mu ini Ya
karim, buatlah hatiku mantap akan segala keputusanku ini, jangan biarkan setan
menggerogoti segala keyakinanku, jagalah aku dan hatiku duhai sang maha
indah...
يامقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
'Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Diinik'
Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas
agama-Mu.”
[HR.Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302,
al-Hakim 1/525, Lihat Shohih Sunan Tirmidzi III no.2792]
يا مقــلـب لقــلــوب ثبــت قــلبـــي عــلى طـا عــتـك
'Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Ta'atik'
Artinya: “Wahai Dzat yg membolak-balikan hati teguhkanlah hatiku diatas
ketaatan kepadamu”
[HR. Muslim (no. 2654)]
اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ
'Allaahumma Musharrifal Quluub, Sharrif Quluubanaa ‘Alaa Tho'atika'
Artinya: “Ya Allah yang mengarahkan hati, arahkanlah hati-hati kami untuk taat
kepadamu.” (HR. Muslim)
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
'Rabbabaa Laa Tuzigh Quluubanaa Ba’da Idz Hadaitanaa wa Hab Lana Mil-Ladunka
Rahmatan Innaka Antal-Wahhaab'
Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada
kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada
kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi
(karunia).”
(QS. Ali Imran: 7)
“Sesungguhnya
Kami mewarisi bumi dan semua orang-orang yang ada di atasnya, dan hanya kepada
Kamilah mereka dikembalikan”
(Q.S Maryam ayat 40)
“Sesungguhnya
orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri,
(kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu
ini?". Mereka menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di
negeri (Mekah)". Para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah itu
luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orang-orang itu
tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”
(Q.S An-Nissa ayat 97)
“Wahai
hamba-hamba-Ku yang beriman! Sungguh, bumi-Ku luas, maka sembahlah Aku (saja)”
(Q.S
Al-Ankabut ayat 56)
###