Awalnya aku berpikir bahwa yang
berhak mendapat beasiswa ke luar negeri adalah dia yang super jenius dengan
nilai (IPK) tingkat dewa, yang bisa berpikir serba cepat layaknya halilintar
menyambar, yang prestasinya sangat-sangat membanggakan dan bisa dibuktikan
dengan berderet-deret piala yang pernah didapat sewaktu sekolah/kuliah serta
piagam penghargaan yang bertumpuk-tumpuk. Karena itu yang aku lihat. Hampir
semua temanku yang diberangkatkan ke luar negeri untuk menempuh jenjang
pendidikan S2 atau S3 itu adalah dia yang kriterianya aku sebutkan diatas atau
beliau-beliau yang berprofesi sebagai dosen disebuah perguruan tinggi bergengsi
di tanah air.
Pernah aku tanyai ke seniorku yang
mendapatkan kesempatan untuk student
exchange ke beberapa negara, dia menjawab bahwa nilainya memang sangat
istimewa, atau IPK lumayan dewa, kemampuan bahasa inggrisnya juga so good dibuktikan dengan nilai TOEFLnya
yang nyaris sempurna. Dilain kesempatan aku tanya dosenku yang mendapat
beasiswa yang sama beliau menjawab bahwa nilainya sewaktu kuliah itu sangat oke
begitu pula dengan kemampuan bahasa inggrisnya.
Mendengar kenyataan itu aku sudah
minder duluan, mungkinkah aku yang IPK nya biasa-biasa saja ini dan nilai TOEFL
yang tergolong kurang oke ini mendapatkan kesempatan untuk belajar di luar negeri?
Sambil mencari-cari artikel tentang belajar keluar negeri, tak sengaja aku
temukan salah satu blog yang memuat pengalaman belajar ke luar negeri. Si
penulis blog menceritakan bahwa nilainya saat sebelum berangkat adalah sangat
mepet hanya 3,00 dan kemampuan bahasa inggris yang tidak terlalu bagus. Dia
bisa mendapatkan beasiswa di salah satu universitas di Jepang dengan sponsornya
adalah Pemerintah Jepang itu sendiri. Wah tertarik sekali aku ingin mencobanya,
namun setelah berkali-kali mencoba untuk mengontak profesor di salah satu
perguruan tinggi di jepang, tak ada satupun yang mau menggubris. Pernah aku
mengontak salah satu profesor yang ada di universitas dimana temanku
mendapatkan beasiswa S2 di Jepang, temanku memberitahukan bahwa temanya yang berada
di Lab lain (tetangga Lab) menceritakan bahwa ada student dari Indonesia mengirim email
ke profesor, temanku berfikir siapa
lagi kalau bukan aku? Karena memang aku tergolong paling cerewet dan banyak
bertanya kalau masalah beasiswa ini. Mendengar berita itu aku langsung berfikir
positif, mungkin tak lama lagi emailku
akan dibalas oleh sang profesor. Aku harus bersiap-siap jika kabar itu adalah
kabar buruk, aku ditolak dan bersiap mencari profesor pengganti, atau aku harus
bersiap pula untuk menerima kabar baik darinya jika memang aku diterima menjadi
salah satu mahasiswi bimbingan si profesor tersebut. Namun nyatanya nihil, hari
berganti minggu dan minggupun telah berganti bulan, tidak ada kabar lanjutan
dari emailku tersebut bahkan sampai
temanku itu lulus dan melanjutkan studinya di universitas yang sama.
Selama aku menunggu, selama itu pula
semangatku tak pernah padam, bahkan semakin hari semakin bersemangat. Aku
sangat yakin seyakin yakinya pasti akan ada lembaga beasiswa yang mau
menerimaku bahkan dengan nilai TOEFL yang sangat minim, 473, aku percaya
kekuatan doa dan usaha yang sungguh-sungguh.
Semua itu terbukti setelah aku
mendapatkan beasiswa di negeri tirai bambu ini, nilai TOEFLku masih sama 473
dan bukan TOEFL international, hanya
TOEFL prediction yang bisa aku ikuti
testnya dengan harga hanya Rp 50 ribu. Selain itu IPK ku juga tergolong biasa
saja, hanya sekedar cukup untuk kategori cumlaude,
hanya 3,53. Padahal ada beberapa teman yang bilang untuk belajar ke luar
negeri itu IPK nya harus minimal 3,6 TOEFL nya minimal 550. Sehingga aku
sangat-sangat tersugesti disamping itu beberapa penawaran beasiswa yang ada
dikampusku selalu memberikan kriteria nilai 550 untuk international TOEFL dan 3,6 untuk IPK, sehingga aku selalu
mengurungkan niatku untuk bergabung. Namun setelah aku tanya ke teman-temanku
sesama penerima beasiswa dari Chinese
Government ini rata-rata IPK mereka tidak lebih dari 3,3 bahkan ada yang
3,2 dan pada awal mendaftar mereka masih berstatus sebagai mahasiswa, sama
sepertiku. Mereka mendaftar di tahun terakhir sebelum kelulusan, sehingga
apabila mereka diterima maka setelah lulus S1 mereka bisa melanjutkan S2 secara
langsung tanpa terputus.
Pada dasarnya manusia itu diciptakan
dengan segala kekurangan beserta kelebihanya. Sekarang tinggal bagaimana kita memanage diri kita dan
mengoptimalkannya. Sebagai contoh, aku tidak begitu oke dalam hal per-TOEFL-an,
namun aku maksimalkan nilaiku sewaktu di S1 tapi dengan tidak melebihi batas,
aku masih cukup tahu diri. Kemampuan akademiku bisa tergolong menengah dan aku
tidak menjangkau nilai setinggi gunung, cukup dengan nilai 3,53 ini sudah bisa
menutupi kekurang-oke-an-ku dalam hal per-TOEFL-an versiku. Setiap orang punya
standar dalam hal akademiknya, dimana hanya orang tersebut saja yang bisa
mengukur, seberapa pantas dia mendapatkan nilai yang tinggi atau nilai yang
rendah. Jika memang nilai yang didapatkan masih tergolong rendah dan dia merasa
bahwa seharusnya nilainya itu sekian dan sekian, mungkin hal itu berasal dari
kurangnya doa yang dipanjatkan atau orang itu terlalu meremehkan sehingga hal
yang sekiranya dianggap mudah malah sebaliknya. Mudah memang saat mengerjakan
soalnya misalnya, namun nilainya diluar dugaan, mungkin karena usahanya kurang
atau doanya kurang. Atau sangat sulit saat mengerjakan tapi kok malah nilainya
bagus dan diluar dugaan atau bahkan diluar perkiraan yang biasa disebut hoky, hal itu kemungkinan berasal dari
usaha yang sungguh-sungguh dan keikhlasan orang tersebut setelah sekuat tenaga
dalam berusaha. Ingat, Allah akan melihat usaha kita dan selalu mendengar doa
kita. Allah tidak pernah tidur.
Jika memang nilai kemampuan bahasa
kita dan nilai akademik kita masih kurang, maka kita bisa mengoptimalkan nilai
keaktifan kita, misalnya aktif dalam organisasi, aktif ikut seminar bahkan aktif
ikut lomba-lomba (seperti aku) walaupun belum pernah menjuarainya, janganlah
minder akan hal tersebut. Menang kalah itu hanya sekedar permainan, pada
dasarnya semua peserta lomba itu adalah pemenang, dia sudah bisa menang walau hanya
sekedar datang dan berpartisipasi, karena masih banyak orang-orang diluar sana
yang mungkin enggan untuk berpartisipasi dan lebih memilih untuk duduk manis
dirumah atau bahkan tidur nyenyak di kosan (mahasiswa banget). Bersyukurlah
kita yang sudah bisa datang dalam acara itu, artinya kita sudah bisa
memenangkan hawa nafsu kita untuk bermalas malasan dikamar kos dan lebih
memilih untuk datang dan berpartisipasi di acara itu.
Begitu pula halnya dengan mendaftar
beasiswa, pada dasarnya semuanya berhak mendapatkan beasiswa, hanya waktunya
yang berbeda. Mungkin dia belum bisa mendapatkan di tahun ini, siapa tahu di
tahun mendatang atau di program beasiswa yang berbeda dia bisa mendapatkannya
bahkan dengan nominal beasiswa yang lebih besar. Kita yang telah mencoba
program beasiswa ini juga pada dasarnya adalah pemenang, karena kita sudah
berhasil melawan rasa kurang percaya diri karena IPK atau TOEFL kita yang
kurang oke. Ini juga berkaitan dengan bagaimana kita mengoptimalkan dan
mengetahui keunggulan-kaunggulan diri kita masing-masing. Dan orang yang bisa
mengukurnya hanya diri kita masing-masing. Mungkin sesekali kita bisa meminta
pendapat teman atau guru kita disekolah dalam mengukur potensi sekaligus
kekurangan dalam diri kita. Dan satu lagi, Allah tidak pernah tidur dan tidak
pernah lelah untuk mengawasi hambanya. Allah selalu siap siaga memantau
hamba-hambanya. Allah maha tahu, bahkan untuk sesuatu yang disembunyikan dalam
diri kita, Allah lebih dekat daripada urat nadi kita !
Kalau pengalamanku di program
beasiswa dari Chinese Government ini,
nilai kemampuan bahasa tidak menjadi dominan, karena program ini disediakan
dalam dua ketegori pada umumnya, yaitu peserta yang berminat dengan bahasa
pengantar bahasa inggris yang tentunya harus menyertakan sertifikat TOEFL, dan
peserta yang berminat dengan bahasa pengantar bahasa mandarin yang harus
menyertakan sertifikat HSK. Namun itu juga tidak terlalu saklek, jika memang peserta belum memenuhi syarat bahasa dari kedua
bahasa yang ditawarkan tersebut, ada alternatif lain yaitu kursus bahasa selama
1 tahun yang akan diberikan secara gratis bagi yang berminat. Ada salah seorang
temanku dari Vietnam, dia merupakan penerima beasiswa dari CSC untuk tahun
2011, namun dia ikut masuk ke S2 bersama-sama ku di tahun 2012 karena awal dia
sampai disini belum bisa bahasa inggris dan bahasa mandarin yang tergolong
biasa saja yang tidak memungkinkan untuk langsung masuk ke kelas saat itu,
sehingga dia mendaftar program kursus bahasa mandarin selama 1 tahun. Baru di
tahun 2012 setelah dia selesai pada program kursus bahasa mandarin itu, dia
masuk ke kelas S2 bersamaku, namun dalam kelas dan jurusan yang berbeda. Karena
kelasku adalah kelas internasional dengan bahasa pengantar bahasa inggris,
sedangkan temanku itu kelas internasional dengan bahasa pengantar bahasa
mandarin. Namun kebijakan pengadaan kelas untuk mahasiswa asing juga tergantung
dari masing-masing universitas. Kita harus mencari tahu terlebih dahulu tentang
seluk beluk bahasa pengantar yang diberikan pihak universitas, jangan sampai
kita salah langkah dikira ada kelas bahasa inggris, eh malah adanya bahasa
mandarin, kalau kita ready mungkin
tidak jadi masalah, ready dalam
artian siap belajar 1 tahun untuk program bahasa, namun jika tidak kan bisa
jadi bahaya. Tetapi pada umumnya kita akan ditanya dulu kok bahasa pengantar
apa yang kita inginkan. So, jangan
takut untuk mencoba. Jika memang tidak ada kelas bahasa inggris yang available di universitas tersebut, kan masih ada banyak
universitas dari 31 provinsi tersebar di China yang bekerjasama dengan CSC.
Walaupun bahasa pengantar dikelasku
menggunakan 100 % bahasa inggris, bukan berarti aku tak harus tahu bahasa
mandarin. Tentu saja aku harus belajar walau sedikit. Setiap mahasiswa
internasional di sini akan mendapatkan kelas bahasa mandarin yang lama dan
jenis kelasnya disesuaikan dengan kebijakan masing-masing kampus. Untuk
kampusku sendiri, Beihang University, memberikan 1 tahun program bahasa
mandarin gratis dan ini merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa asing
sepertiku. Sehingga litle by litle
aku tahu dan bisa memahami penggunaan kata dari bahasa mandarin ini. Terus
terang aku tak pernah mengambil kursus bahasa mandarin dan sejenisnya selama
aku di Indonesia. Mendengar percakapan dalam bahasa mandarin saja bisa dihitung
dengan jari. Namun setelah aku disini, Alhamdulilah
aku bisa sedikit berbicara dan menangkap pembicaraan para native.
Jadi sekali lagi aku ingatkan pada teman-teman yang
benar-benar ingin mendapatkan beasiswa, jangan pernah menyerah dan berputus
asa, semua pasti ada jalanya, optimalkan diri kalian, kenalilah kelemahan dan
keunggulan dalam diri kalian dan berfikir bagaimana cara mengatasi kekurangan
sehingga menjadi sebuah kelebihan. Karena pada dasarnya manusia itu diciptakan
dengan kelemahan dan kelebihanya.
Okky setiana dewi mengatakan dalam bukunya,
bermimpilah sekalipun itu mimpi untuk memeluk bulan...dan sekarang aku telah
memeluk bulan itu. Si kerdil yang nilai TOEFL nya masih dibawah standar bisa ke
luar negeri dengan segala susah payahnya....
“Allah hendak
memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah”
(Q.S An-Nissa ayat 28)
“Dan taatlah kepada Allah dan
Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi
gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar”
(Q.S Al Anfaal
ayat 46)
” Dan apabila manusia ditimpa bencana, dia
mohon pertolongan kepada Tuhannya dengan kembali taat kepadaNya, tetapi apabila
Dia memberikan nikmat kepadanya, dia lupa (akan bencana) yang pernah dia berdoa
kepada Allah sebelum itu dan diadakannya sekutu-sekutu bagi Allah untuk
menyesatkan (manusia) dari jalanNya”
(Q.S Az-Zumar ayat 8)
###
Luar biasa...terimakasih mbak atas inspirasinya..
ReplyDeletemohon doanya saya sedang persiapan untuk fight melawan kerasnya persaingan mendapatkan beasiswa di luar negeri.......
Hebat (Y) terima kasih mbak atas postingannya, sangat memotivasi..
ReplyDeletemohon do'anya mbak supaya saya mendapatkan besiswa ke luar negri juga.. amin :)
super sekali....
ReplyDeletemohon do'anya mbk supaya bisa menyusul seperti mbak, amin :)
Alhamdulillah, makasih mbak. A good motivational post membuat sy semakin yakin dan semangat. Semoga sy bisa nyusul amin :)
ReplyDeletepengen banget bisa sekolah di luar, makasih ya mbak,, :)
ReplyDeletekekuranganku masih banyak,, tapi aku akan tetap berusaha,,
Bismillah..
ReplyDeleteMoga2 impianku bisa kesampaian juga sekolah di luar negeri
Makasih mbak udah mau berbagi ceritanya =)
kuncinya itu tekad. seimbang antara niat yg lurus dengan doa
ReplyDeletesemoga aku bisa sekolah keluar negeri juga ..amin.....
ReplyDeletemakasih ya mbak
wahhh bisa tau langkahnya bisa sampai mendaftar di Cina mba? Saya sagat tertarik
ReplyDeletemba saya pengen banget daftar di universitas di cina, boleh tau contact person mba ngga?
ReplyDeleteThanks mba...tulisan mba amat sangat membuat sy termotivasi tuk slalu berjuang.. ^-^
ReplyDeletemau tanya itu di universitas mana ya?
ReplyDeletealhamdulilah. terimakasih motivasinya k, semoga saya bisa seperti kakak
ReplyDeletesmoga bisa mngkikuti jejaknya
ReplyDeleteLuar biasa sekali. Sangat memotivasi. Semoga saya bisa segera menyusul...
ReplyDeletesangat menginspirasi.. saya sedang berjuang kaa.. doakan juga.. usahanya berhasil seperti kaka .. salam bahagia
ReplyDeletesangat menginspirasi.. saya sedang berjuang kaa.. doakan juga.. usahanya berhasil seperti kaka .. salam bahagia
ReplyDeletepostingan nya sangat bermanfaat sekali mbak untuk memotivasi saya mendapatkan beasiswa luar negeri
ReplyDeleteHaha Toefl kita bisa sama persis tuh mbak ya wlwpn masi ITP. Kampus saya bahkan di kota kecil Papua Barat.
ReplyDelete3.53 itu tinggi banget yaa...bagi saya
ReplyDelete