Friday, February 14, 2014

Ternyata IPK dan TOEFL bukan segalanya!!!

Awalnya aku berpikir bahwa yang berhak mendapat beasiswa ke luar negeri adalah dia yang super jenius dengan nilai (IPK) tingkat dewa, yang bisa berpikir serba cepat layaknya halilintar menyambar, yang prestasinya sangat-sangat membanggakan dan bisa dibuktikan dengan berderet-deret piala yang pernah didapat sewaktu sekolah/kuliah serta piagam penghargaan yang bertumpuk-tumpuk. Karena itu yang aku lihat. Hampir semua temanku yang diberangkatkan ke luar negeri untuk menempuh jenjang pendidikan S2 atau S3 itu adalah dia yang kriterianya aku sebutkan diatas atau beliau-beliau yang berprofesi sebagai dosen disebuah perguruan tinggi bergengsi di tanah air.
            Pernah aku tanyai ke seniorku yang mendapatkan kesempatan untuk student exchange ke beberapa negara, dia menjawab bahwa nilainya memang sangat istimewa, atau IPK lumayan dewa, kemampuan bahasa inggrisnya juga so good dibuktikan dengan nilai TOEFLnya yang nyaris sempurna. Dilain kesempatan aku tanya dosenku yang mendapat beasiswa yang sama beliau menjawab bahwa nilainya sewaktu kuliah itu sangat oke begitu pula dengan kemampuan bahasa inggrisnya.
            Mendengar kenyataan itu aku sudah minder duluan, mungkinkah aku yang IPK nya biasa-biasa saja ini dan nilai TOEFL yang tergolong kurang oke ini mendapatkan kesempatan untuk belajar di luar negeri? Sambil mencari-cari artikel tentang belajar keluar negeri, tak sengaja aku temukan salah satu blog yang memuat pengalaman belajar ke luar negeri. Si penulis blog menceritakan bahwa nilainya saat sebelum berangkat adalah sangat mepet hanya 3,00 dan kemampuan bahasa inggris yang tidak terlalu bagus. Dia bisa mendapatkan beasiswa di salah satu universitas di Jepang dengan sponsornya adalah Pemerintah Jepang itu sendiri. Wah tertarik sekali aku ingin mencobanya, namun setelah berkali-kali mencoba untuk mengontak profesor di salah satu perguruan tinggi di jepang, tak ada satupun yang mau menggubris. Pernah aku mengontak salah satu profesor yang ada di universitas dimana temanku mendapatkan beasiswa S2 di Jepang, temanku memberitahukan bahwa temanya yang berada di Lab lain (tetangga Lab) menceritakan bahwa ada student dari Indonesia mengirim email  ke profesor, temanku berfikir siapa lagi kalau bukan aku? Karena memang aku tergolong paling cerewet dan banyak bertanya kalau masalah beasiswa ini. Mendengar berita itu aku langsung berfikir positif, mungkin tak lama lagi emailku akan dibalas oleh sang profesor. Aku harus bersiap-siap jika kabar itu adalah kabar buruk, aku ditolak dan bersiap mencari profesor pengganti, atau aku harus bersiap pula untuk menerima kabar baik darinya jika memang aku diterima menjadi salah satu mahasiswi bimbingan si profesor tersebut. Namun nyatanya nihil, hari berganti minggu dan minggupun telah berganti bulan, tidak ada kabar lanjutan dari emailku tersebut bahkan sampai temanku itu lulus dan melanjutkan studinya di universitas yang sama.
            Selama aku menunggu, selama itu pula semangatku tak pernah padam, bahkan semakin hari semakin bersemangat. Aku sangat yakin seyakin yakinya pasti akan ada lembaga beasiswa yang mau menerimaku bahkan dengan nilai TOEFL yang sangat minim, 473, aku percaya kekuatan doa dan usaha yang sungguh-sungguh.
            Semua itu terbukti setelah aku mendapatkan beasiswa di negeri tirai bambu ini, nilai TOEFLku masih sama 473 dan bukan TOEFL international, hanya TOEFL prediction yang bisa aku ikuti testnya dengan harga hanya Rp 50 ribu. Selain itu IPK ku juga tergolong biasa saja, hanya sekedar cukup untuk kategori cumlaude, hanya 3,53. Padahal ada beberapa teman yang bilang untuk belajar ke luar negeri itu IPK nya harus minimal 3,6 TOEFL nya minimal 550. Sehingga aku sangat-sangat tersugesti disamping itu beberapa penawaran beasiswa yang ada dikampusku selalu memberikan kriteria nilai 550 untuk international TOEFL dan 3,6 untuk IPK, sehingga aku selalu mengurungkan niatku untuk bergabung. Namun setelah aku tanya ke teman-temanku sesama penerima beasiswa dari Chinese Government ini rata-rata IPK mereka tidak lebih dari 3,3 bahkan ada yang 3,2 dan pada awal mendaftar mereka masih berstatus sebagai mahasiswa, sama sepertiku. Mereka mendaftar di tahun terakhir sebelum kelulusan, sehingga apabila mereka diterima maka setelah lulus S1 mereka bisa melanjutkan S2 secara langsung tanpa terputus.
            Pada dasarnya manusia itu diciptakan dengan segala kekurangan beserta kelebihanya. Sekarang tinggal bagaimana kita memanage diri kita dan mengoptimalkannya. Sebagai contoh, aku tidak begitu oke dalam hal per-TOEFL-an, namun aku maksimalkan nilaiku sewaktu di S1 tapi dengan tidak melebihi batas, aku masih cukup tahu diri. Kemampuan akademiku bisa tergolong menengah dan aku tidak menjangkau nilai setinggi gunung, cukup dengan nilai 3,53 ini sudah bisa menutupi kekurang-oke-an-ku dalam hal per-TOEFL-an versiku. Setiap orang punya standar dalam hal akademiknya, dimana hanya orang tersebut saja yang bisa mengukur, seberapa pantas dia mendapatkan nilai yang tinggi atau nilai yang rendah. Jika memang nilai yang didapatkan masih tergolong rendah dan dia merasa bahwa seharusnya nilainya itu sekian dan sekian, mungkin hal itu berasal dari kurangnya doa yang dipanjatkan atau orang itu terlalu meremehkan sehingga hal yang sekiranya dianggap mudah malah sebaliknya. Mudah memang saat mengerjakan soalnya misalnya, namun nilainya diluar dugaan, mungkin karena usahanya kurang atau doanya kurang. Atau sangat sulit saat mengerjakan tapi kok malah nilainya bagus dan diluar dugaan atau bahkan diluar perkiraan yang biasa disebut hoky, hal itu kemungkinan berasal dari usaha yang sungguh-sungguh dan keikhlasan orang tersebut setelah sekuat tenaga dalam berusaha. Ingat, Allah akan melihat usaha kita dan selalu mendengar doa kita. Allah tidak pernah tidur.
            Jika memang nilai kemampuan bahasa kita dan nilai akademik kita masih kurang, maka kita bisa mengoptimalkan nilai keaktifan kita, misalnya aktif dalam organisasi, aktif ikut seminar bahkan aktif ikut lomba-lomba (seperti aku) walaupun belum pernah menjuarainya, janganlah minder akan hal tersebut. Menang kalah itu hanya sekedar permainan, pada dasarnya semua peserta lomba itu adalah pemenang, dia sudah bisa menang walau hanya sekedar datang dan berpartisipasi, karena masih banyak orang-orang diluar sana yang mungkin enggan untuk berpartisipasi dan lebih memilih untuk duduk manis dirumah atau bahkan tidur nyenyak di kosan (mahasiswa banget). Bersyukurlah kita yang sudah bisa datang dalam acara itu, artinya kita sudah bisa memenangkan hawa nafsu kita untuk bermalas malasan dikamar kos dan lebih memilih untuk datang dan berpartisipasi di acara itu.
            Begitu pula halnya dengan mendaftar beasiswa, pada dasarnya semuanya berhak mendapatkan beasiswa, hanya waktunya yang berbeda. Mungkin dia belum bisa mendapatkan di tahun ini, siapa tahu di tahun mendatang atau di program beasiswa yang berbeda dia bisa mendapatkannya bahkan dengan nominal beasiswa yang lebih besar. Kita yang telah mencoba program beasiswa ini juga pada dasarnya adalah pemenang, karena kita sudah berhasil melawan rasa kurang percaya diri karena IPK atau TOEFL kita yang kurang oke. Ini juga berkaitan dengan bagaimana kita mengoptimalkan dan mengetahui keunggulan-kaunggulan diri kita masing-masing. Dan orang yang bisa mengukurnya hanya diri kita masing-masing. Mungkin sesekali kita bisa meminta pendapat teman atau guru kita disekolah dalam mengukur potensi sekaligus kekurangan dalam diri kita. Dan satu lagi, Allah tidak pernah tidur dan tidak pernah lelah untuk mengawasi hambanya. Allah selalu siap siaga memantau hamba-hambanya. Allah maha tahu, bahkan untuk sesuatu yang disembunyikan dalam diri kita, Allah lebih dekat daripada urat nadi kita !
            Kalau pengalamanku di program beasiswa dari Chinese Government ini, nilai kemampuan bahasa tidak menjadi dominan, karena program ini disediakan dalam dua ketegori pada umumnya, yaitu peserta yang berminat dengan bahasa pengantar bahasa inggris yang tentunya harus menyertakan sertifikat TOEFL, dan peserta yang berminat dengan bahasa pengantar bahasa mandarin yang harus menyertakan sertifikat HSK. Namun itu juga tidak terlalu saklek, jika memang peserta belum memenuhi syarat bahasa dari kedua bahasa yang ditawarkan tersebut, ada alternatif lain yaitu kursus bahasa selama 1 tahun yang akan diberikan secara gratis bagi yang berminat. Ada salah seorang temanku dari Vietnam, dia merupakan penerima beasiswa dari CSC untuk tahun 2011, namun dia ikut masuk ke S2 bersama-sama ku di tahun 2012 karena awal dia sampai disini belum bisa bahasa inggris dan bahasa mandarin yang tergolong biasa saja yang tidak memungkinkan untuk langsung masuk ke kelas saat itu, sehingga dia mendaftar program kursus bahasa mandarin selama 1 tahun. Baru di tahun 2012 setelah dia selesai pada program kursus bahasa mandarin itu, dia masuk ke kelas S2 bersamaku, namun dalam kelas dan jurusan yang berbeda. Karena kelasku adalah kelas internasional dengan bahasa pengantar bahasa inggris, sedangkan temanku itu kelas internasional dengan bahasa pengantar bahasa mandarin. Namun kebijakan pengadaan kelas untuk mahasiswa asing juga tergantung dari masing-masing universitas. Kita harus mencari tahu terlebih dahulu tentang seluk beluk bahasa pengantar yang diberikan pihak universitas, jangan sampai kita salah langkah dikira ada kelas bahasa inggris, eh malah adanya bahasa mandarin, kalau kita ready mungkin tidak jadi masalah, ready dalam artian siap belajar 1 tahun untuk program bahasa, namun jika tidak kan bisa jadi bahaya. Tetapi pada umumnya kita akan ditanya dulu kok bahasa pengantar apa yang kita inginkan. So, jangan takut untuk mencoba. Jika memang tidak ada kelas bahasa inggris yang available  di universitas tersebut, kan masih ada banyak universitas dari 31 provinsi tersebar di China yang bekerjasama dengan CSC.
            Walaupun bahasa pengantar dikelasku menggunakan 100 % bahasa inggris, bukan berarti aku tak harus tahu bahasa mandarin. Tentu saja aku harus belajar walau sedikit. Setiap mahasiswa internasional di sini akan mendapatkan kelas bahasa mandarin yang lama dan jenis kelasnya disesuaikan dengan kebijakan masing-masing kampus. Untuk kampusku sendiri, Beihang University, memberikan 1 tahun program bahasa mandarin gratis dan ini merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa asing sepertiku. Sehingga litle by litle aku tahu dan bisa memahami penggunaan kata dari bahasa mandarin ini. Terus terang aku tak pernah mengambil kursus bahasa mandarin dan sejenisnya selama aku di Indonesia. Mendengar percakapan dalam bahasa mandarin saja bisa dihitung dengan jari. Namun setelah aku disini, Alhamdulilah aku bisa sedikit berbicara dan menangkap pembicaraan para native.  
Jadi sekali lagi aku ingatkan pada teman-teman yang benar-benar ingin mendapatkan beasiswa, jangan pernah menyerah dan berputus asa, semua pasti ada jalanya, optimalkan diri kalian, kenalilah kelemahan dan keunggulan dalam diri kalian dan berfikir bagaimana cara mengatasi kekurangan sehingga menjadi sebuah kelebihan. Karena pada dasarnya manusia itu diciptakan dengan kelemahan dan kelebihanya.
Okky setiana dewi mengatakan dalam bukunya, bermimpilah sekalipun itu mimpi untuk memeluk bulan...dan sekarang aku telah memeluk bulan itu. Si kerdil yang nilai TOEFL nya masih dibawah standar bisa ke luar negeri dengan segala susah payahnya....

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah”
(Q.S An-Nissa ayat 28)

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”
 (Q.S Al Anfaal ayat 46)

” Dan apabila manusia ditimpa bencana, dia mohon pertolongan kepada Tuhannya dengan kembali taat kepadaNya, tetapi apabila Dia memberikan nikmat kepadanya, dia lupa (akan bencana) yang pernah dia berdoa kepada Allah sebelum itu dan diadakannya sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalanNya”
(Q.S Az-Zumar ayat 8)




###

20 comments:

  1. Luar biasa...terimakasih mbak atas inspirasinya..

    mohon doanya saya sedang persiapan untuk fight melawan kerasnya persaingan mendapatkan beasiswa di luar negeri.......

    ReplyDelete
  2. Hebat (Y) terima kasih mbak atas postingannya, sangat memotivasi..
    mohon do'anya mbak supaya saya mendapatkan besiswa ke luar negri juga.. amin :)

    ReplyDelete
  3. super sekali....
    mohon do'anya mbk supaya bisa menyusul seperti mbak, amin :)

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, makasih mbak. A good motivational post membuat sy semakin yakin dan semangat. Semoga sy bisa nyusul amin :)

    ReplyDelete
  5. pengen banget bisa sekolah di luar, makasih ya mbak,, :)
    kekuranganku masih banyak,, tapi aku akan tetap berusaha,,

    ReplyDelete
  6. Bismillah..
    Moga2 impianku bisa kesampaian juga sekolah di luar negeri
    Makasih mbak udah mau berbagi ceritanya =)

    ReplyDelete
  7. kuncinya itu tekad. seimbang antara niat yg lurus dengan doa

    ReplyDelete
  8. semoga aku bisa sekolah keluar negeri juga ..amin.....
    makasih ya mbak

    ReplyDelete
  9. wahhh bisa tau langkahnya bisa sampai mendaftar di Cina mba? Saya sagat tertarik

    ReplyDelete
  10. mba saya pengen banget daftar di universitas di cina, boleh tau contact person mba ngga?

    ReplyDelete
  11. Thanks mba...tulisan mba amat sangat membuat sy termotivasi tuk slalu berjuang.. ^-^

    ReplyDelete
  12. mau tanya itu di universitas mana ya?

    ReplyDelete
  13. alhamdulilah. terimakasih motivasinya k, semoga saya bisa seperti kakak

    ReplyDelete
  14. Luar biasa sekali. Sangat memotivasi. Semoga saya bisa segera menyusul...

    ReplyDelete
  15. sangat menginspirasi.. saya sedang berjuang kaa.. doakan juga.. usahanya berhasil seperti kaka .. salam bahagia

    ReplyDelete
  16. sangat menginspirasi.. saya sedang berjuang kaa.. doakan juga.. usahanya berhasil seperti kaka .. salam bahagia

    ReplyDelete
  17. postingan nya sangat bermanfaat sekali mbak untuk memotivasi saya mendapatkan beasiswa luar negeri

    ReplyDelete
  18. Haha Toefl kita bisa sama persis tuh mbak ya wlwpn masi ITP. Kampus saya bahkan di kota kecil Papua Barat.

    ReplyDelete
  19. 3.53 itu tinggi banget yaa...bagi saya

    ReplyDelete